Sebelum memulai kisahku, aku ingin memperkenalkan diriku dulu, namaku Nadine, umur 25 tahun, bagian marketing di sebuah perusahaan asing di Indonesia. Tubuhku termasuk tinggi, 172 cm, ditunjang dengan bentuk tubuh yang pas hasil dari menjaga tubuh secara rutin dengan senam. Rambutku panjang sedada agak bergelombang, biasa kuikat bila sedang bekerja. Hari itu aku pulang agak cepat karena ada beberapa klien yang mengubah jadwal appointmentnya, meminta pak supir untuk langsung menuju rumah sahabatku Sandra. Sesampainya di sana aku turun di depan pagar dan kupikir supirku suruh pulang siapa tahu ibuku ada keperluan dan pastinya aku tidak bakalan bisa pulang cepat. Sekian lama tak berjumpa pasti Sandra akan menahanku lama di sini. Semenjak suaminya tugas di kota G, Sandra kerap mengundang kami, hanya aku dan Dian sahabat karibnya untuk sering dimintanya ke rumahnya bahkan menginap. Dian, kutahu telah sering menginap di sini. Sedangkan aku baru kedua kali ini mendapat kesempatan datang disebabkan jauhnya tempat tinggal kami. Kerap tetangga Sandra yang rata-rata masih muda seumuran datang berkunjung ke rumahnya pada akhir minggu. Ada beberapa kawan Sandra yang kukenal yaitu Tina dan Tamara. Mereka mempunyai hobi bergosip terkadang omongan mereka menjurus ke hal-hal urusan kamar tidur kalau sudah begitu ramailah suasana. Keduanya yang kuketahui bernasib sama dengan Sandra sering ditinggal suani ke luar kota bahkan sampai berbulan-bulan. Pada satu hari saat aku pertama kali datang tanpa sengaja aku mendengar ocehan mereka saat melintas ruang tamu tempat mereka ngobrol
“Sand, apa kamu ngga kesepian tanpa suami.” (Sand yang dimaksudkan itu adalah Sandra)
“Kadang-kadang sunyi juga tapi aku sentiasa sibukan diri dengan pekerjaan. jadinya bisa lupa jauh dari suami,” aku mendengar jawaban Sandra.
“Kalau kesepian kamu boleh ikut kami. Kami berdua sering mengadakan acara kecil secara rahasia di rumah Tamara. Kamu bisa ikut kalau mau.”ujar Tina
“Acara apaan sih?”
“itu tu, ketemu dan kenalan dengan pejantan muda.” aku terdengar suara salah satu dan disambut tertawa cekikikan yang lain.
“Paling besar usia 16-17 an tahun loh, boleh pilih, ada Melayu, Cina, India.” ujar Tamara ngoceh tanpa malu-malu lagi.
“Betul kata Tamara. aku suka si Kikan, orangnya kurus tinggi dan barangnya besar dan panjang, bikin gua ketagihan” sahut Tina
“Kalau gua sih sukanya si Aliong, bocah Cina itu putih kulitnya dan kepala burungnya yang merah walau ukuran barangnya belum setanding dengan milik Kikan.”
“Ahh.. edan kalian berdua,” kata Sandra.
“Ngga papa dibilang edan Sand, ketimbang gua harus nahanin napsu, bisa-bisa benar-benar jadi edan“
Aku dengar riuh tertawa mereka semua bila membicarakan lelaki-lelaki muda. Aku pikir lelaki-lelaki ini pasti lelaki bayaran. Kata orang, gigolo atau brondong. Aku pernah dengar-dengar tentang aktivitas para istri kesepian yang menggunakan jasa gigolo untuk melampiaskan hasrat seks mereka.
“Sand, lu boleh cobain Aliong atau Kikan, atau juga Ipung anak India satu itu memang paling hebat. Menjerit melolong gua dibuatnya hari itu. Nikmat ngga ketolongan, gila banget deh”
“Mereka itu kan tidak disunat, apa kalian ngga jijik dan geli?” aku dengar suara Sandra bertanya. berminat jugakah Sandra, aku bertanya dalam hati.
“Kamu belum coba aja, Sand. Malah yang tak bersunat itulah yang membuat aku ketagihan.”
Aku naik ke atas karena tak kuasa mendengar cerita-cerita seks para istri kesepian itu. Biarkanlah Sandra ngalur ngidul dengan kawan-kawannya itu. Tak mungkin aku yang lajang ikut-ikutan nimbrung obrolan bersama mereka yang sudah menikah. Kesunyiaan Sandra akan terisi dengan kedatangan kawan-kawannya, dan biarkanlah mereka dengan cerita orang dewasa. Lebih baik aku menunggu mereka pulang. Siangnya aku diperkenalkan Sandra dengan Alfi, anak asuh mereka yang tadinya adalah loper koran yang sering mengantar koran ke rumah Didit. Alfi baru pulang dari sekolah. Anak itu baru berusia 16 tahunan. Aku cepat akrab dengan Alfi dan menyukainya karena tingkah lakunya yang sopan dan ramah. Sandra memang memberi kami berdua serep kunci rumahnya, ia ingin kami leluasa memakai sekaligus mengawasi rumahnya saat ia berangkat menyusul suaminya di kota G. Aku masuk ke dalam rumah dengan kunci tersebut aku ingin memberinya kejutan seperti saat-saat kami masih kuliah dulu.
Suasana rumah terasa sepi, aku melirik jam tanganku, pantas…baru pukul setengah sebelas lewat sekarang ini, masih agak pagi. Aku lalu menuju ke tingkat atas. Saat tiba di depan kamar Sandra aku terdengar suara orang bercakap mesra. Melalui pintu kamar yang sedikit terbuka sehingga aku dapat mengintip dari celah pintu ke dalam kamar Sandra. Bukan main kagetnya aku melihat pemandangan di sana. Aku melihat Sandra tidak sendirian melainkan bersama seorang pria yang tak lain adalah Alfi. Dan yang membuat aku benar-benar terperanjat bila melihat Sandra yang hanya berpakaian baju tidur tipis transparan sedang membuka kancing resleting celana Alfi. Anak itu sudah tidak berbaju. Sandra duduk di pinggir ranjang sementara anak itu berdiri di hadapannya. Apa yang sedang mereka lakukan. Apakah Sandra telah berselingkuh sepeninggal suaminya keluar kota seperti yang dilakukan oleh kedua tetangganya Tina dan Tamara? Dan yang lebih membuatku tak habis berpikir Sandra melakukannya dengan Alfi yang merupakan anak asuh mereka yang masih anak ABG. Apa yang membuat hal ini terjadi padahal usia perkawinan mereka belum genap satu tahun. Selama ini sudah tak ada rahasia diantara kami bertiga. Apabila salah satu dari kami mempunyai problem yang lain membantu mencarikan solusinya. Apakah untuk hal yang satu ini ia malu mengatakannya padaku karena menyangkut masalah tempat tidur dengan sang suami? Entahlah, yang jelas apa yang terpampang di depan mataku saat ini sungguh membuat nafasku sesak. Suatu perasaan ‘menggelitik’ mulai menerpaku…turun ke ke bawah ke antara kedua kaki ku…aku tahu kalau kemaluanku mulai melembab menyaksikan pemandangan itu. aku baru menyadari kalau celana dalamku ternyata sangat basah. Kulihat tanpa disuruh Alfi menarik lepas celana dalamnya sendiri. Sekarang ia berdiri telanjang bulat di hadapan Sandra. Sejak masih sekolah dulu memang aku sudah biasa melihat Sandra telanjang jika bersama aku dan Dian begitupun sebaliknya ketika sehabis olahraga sepulang sekolah kami bertiga selalu mandi di bareng di rumah Dian atau rumahku. Dan menjadi kebiasaan kami mandi telanjang beramai-ramai. namun kali ini cukup aneh bagiku menyaksikan seorang anak laki-laki berbugil di hadapan sahabatku Sandra.
Nampak Sandra tersenyum melihat benda pada selangkangan anak itu …batang kemaluan Alfi! Gila…. ia memegangnya! Benda itu berwarna gelap hitam menegang keras. Kepala kemaluannya berwarna merah gelap masih ditutupi kulit kulup. Sandra nampak begitu suka melihat kemaluan Alfi yang besar dan panjang itu. Batang Alfi yang berkepala bulat besar itu terhangguk-hangguk. Kepala pelirnya yang hitam memang besar luar biasa mirip sebuah tomat berukuran sedang. Sekarang penis itu hanya beberapa inci di hadapan muka Sandra. Sandra tersenyum melihat penis Alfi yang terhangguk-hangguk di hadapannya. Ia memegang batang besar itu dan mengurutnya lembut. Kepalanya mulai kelihatan bila Sandra menolak kulit kulup ke pangkal. Kepala bulat itu licin berkilat terkena cahaya lampu. Sandra menempelkan batang hidungnya yang putih dan mancung ke kepala penis yang licin itu. Ia kemudian menarik nafas dalam-dalam menghirup bau kepala pelir Alfi. Alfi hanya tersenyum melihat Sandra menikmati aroma kepala pelirnya. Tangan kiri Sandra memegang dan mengocok pelan batang pelir Alfi. Kepala penisnya yang berwarna merah itu hanya sepertiga saja kelihatan. Aku jadi teringat obrolan Sandra dan kawan-kawannya tempo hari kala itu ia mengatakan kalau ia merasa dia jijik dan geli dengan alat kelamin pria yang tak bersunat. Tapi sekarang dia sendiri malah membelai mesra dan sedang menghidup aroma kepala pelir yang tak bersunat. Bahkan menciuminya dengan penuh gairah. Sandra mengurut kemaluan Alfi dengan perlahan-lahan. Alfi tersenyum puas melihat Sandra mengurut kemaluannya. Tangan lembut Sandra bermain-main dengan kulit kulup. Didorong dan ditarik hingga kepala merah gelap itu terbuka dan tertutup. Lama juga Sandra bermain sorong tarik kulit kulup Alfi. Aku lihat kemaluan besar dan berkepala tomat itu makin tegang. Bagiku bentuk zakar Alfi amat hoboh, tapi Sandra melihatnya dengan penuh gairah dan bernafsu. Aku cukup banyak tahu soal anatomi alat repreduksi laki-laki dari situs-situs porno di internet saat aku iseng mengaksesnya dengan teman di kantor.
Dari dulu lagi aku rasa geli melihat batang pelir yang tak berkhitan. Kulit kulup yang menutupi kepala pelir sama sekali tidak cantik. Tapi agaknya pandangan setiap wanita berbeda. Wajah Sandra yang bersinar penuh gairah membuktikannya. Dengan nafsu yang membara dia medorong dan menarik kulup di kepala pelir. Kulit lebihan di kepala licin diremas-remas penuh nafsu. Ternyata selera Sandra sama saja dengan selera Tina dan Tammi yang menyukai zakar tak bersunat. Aku lihat Sandra tidak hanya memberi perhatian kepada batang zakar Alfi. Biji testis yang berwarna hitam itu ikut diremas-remasnya. Penis epal yang licin dan lembab itu dicium penuh gairah oleh Sandra. Aku dapat melihat Sandra meresapi dalam-dalam aroma kepala zakar Alfi. Lama sekali Sandra mencium kepala licin dan bongkok seperti pisang tanduk itu. Telur Alfi yang berkedut dan berbulu keriting itupun dicium Sandra penuh rakus. Badan dan paha Sandra bergetar dan berombak. Terangkat-angkat badannya menikmati aroma zakar Alfi. Seterusnya Sandra menghisap-hisap kepala kemaluan Alfi dengan penuh nafsu. Terlihat lidah Sandra bermain-main di sekitar kepala zakar Alfi. Lidah Sandra yang kasar dan basah itu menari-nari di kepala licin. Kepala tomat itu menjadi sasaran belaian mulut Sandra. Bibir Sandra yang merah basah itu mencucup penuh mesra kepala hitam kemerahan milik Alfi. Kembung kedua pipi Sandra bila kepala tomat itu menhujam ke dalam mulut Sandra. sekali sekala Sandra menjilat dan mengulum batang dan bijinya. Selepas puas menghisap kepala merah milik anak asuhnya itu, Sandra berdiri. Alfi membuka satu persatu kancing baju tidur yang dipakai Sandra hingga baju itu terlepas jatuh ke lantai lalu menarik ke bawah celana dalam Sandra. Kini tiada sehelai benangpun menutupi tubuh keduanya. Sandra sememangnya tidak memakai bra hingga nampak jelas gunung kembarnya dan bukit kemaluannya yang berbulu hitam yang dipangkas rapi. Kulitnya yang putih halus masih terawat dan kemaluannya yang dirawat rapi memang cantik. Sandra berdiri tegak. Dadanya membusung, pinggangnya ramping dan pinggulnya lebar memang sempurna sebagai seorang wanita. Buah dadanya yang lumayan besar itu bulat tegang dan dengan putingnya warna merah kecoklatan mengacung tegak.
Alfi yang sedang berdiri memeluk Sandra. Pipi Sandra diciumnya dan bibirnya yang merah basah dikulumnya. Lidah Alfi yang merah menari-nari di bibir Sandra yang menggairahkan. Lidah merah itu kemudian menjulur ke dalam mulut Sandra. Sandra mengisap lidah Alfi penuh gairah. Alfi merangkul leher Sandra dan mulutnya benar-benar beradu dengan mulut Sandra. Air liur mereka saling bertukar. Sandra menelan liur Alfi sementara Alfi menelan liur Sandra penuh selera. Puas saling berkucupan, Alfi mengalihkan perhatiannya ke gunung kembar Sandra. Alfi melumat puting Sandra dan mengisapinya bagai seorang bayi kehausan. Sesekali puting sebesar chery berwarna pink itu dihisap dan digigit-gigit manja. Sandra hanya mampu mengerang. Ulah anak itu membuat badannya bergetar dan mengelinjang nikmat.
“Fiii,Gelii… kakak tidaak tahaaaan,” terdengar suara Sandra mendesah lirih.
Sandra merebahkan badannya yang sintal itu di tengah tengah kasur tidur telentang menunggu tindakan anak itu. Gunung kembar yang membusung dengan kedua puting yang tegak mengacung, sementara kedua pahanya dibuka lebar. Bulu bulu halus yang terjaga rapi menghiasi bukit kemaluan yang membengkak sungguh pemandangan yang mampu menaikan napsu pria yang memandangnya. Kulihat kepala anak itu mengambil tempat di antara paha putih Sandra. Wajahnya hanya beberapa senti dari kemaluan Sandra yang akan menjadi sasaran selanjutnya. Alfi mengusap lembut selangkangan Sandra. Jari-jarinya bermain-main di bibir vagina Sandra yang kelihatan merekah merah. Bibir kemaluan Sandra masih merapat dengan bibir dalam warna merah muda. Dengan jari tangannya Alfi berusaha mencari daging kecil yang berada di penjuru atas gua kenikmatan Sandra. Setelah ditemukannya lalu ia membenamkan mukanya ke selangkangan Sandra dan daging kecil itu dijilati dengan rakusnya.
Ouuggghh…..Fiii!!!!!!….
Slepp..slepp..cleppp…Sandra menggerang dan menggelinjang
Terlihat belahan vagina Sandra licin mengkilap di bawah sinar lampu karena cairannya mengalir deras dari kemaluannya tanpa terbendung seiring nikmat yang dirasakannya. membanjiri permukaan vaginanya itu seluruhnya menjadi sasaran mulut Alfi. Bunyi sumbang terdengar saat ia menyeruput setiap tetes cairan yang keluar tanpa sisa.
Kakiku gemetar melihat bagaimana kelakuan ABG itu terhadap sahabatku. Sebagai wanita nomal pemandangan ini telah mematik api gairah dari dalam diriku, tanpa dapat kucegah cairan keluar dari dalam selangkanganku terasa merembes membasahi celana dalamku. Dalam kamar berhawa dingin itu aku lihat manik-manik peluh di badan Sandra. Nafsu dan gairah telah membakar tubuh Sandra. Ia hanya mampu melempar kepalanya kiri kanan sambil tangannya menarik narik sprey menahan gejolak kenikmatan yang dirasainya bila lidah Alfi melingkari kelentitnya. Hingga akhirnya ia tak lagi mampu menahan kenikmatan tersebut meledak seiring pekiknya
“Fiii!!!!!!!….kakak keluarrrrrr…ouughhhhhhh!!!!!”
Sandra mengangkat pinggulnya sambil menekan kepala Alfi kuat-kuat ke selangkangannya. Baru kali ini aku melihat seorang wanita mengalami orgasme. Dampaknya yang kuat telah ikut membawa letupan-letupan kecil yang nikmat pada kemaluanku. Mendadak vaginaku berkontraksi
“Oh..uh..uhhh” aku merintih lirih
Nikmatnya bukan kepalang hingga nyaris aku mengeluarkan rintihan lebih keras. Ketika hal itu terjadi pada diriku. Kakiku tak kuat menopang tubuhku untuk berdiri aku jatuh terduduk meresapi denyutan demi denyutan pada bagian kewanitanku. Sungguh tak kumengerti kenikmatan itu datang hanya dengan menonton adengan mereka berdua tanpa melakukan keintiman. Sandra kelihatan lemah dan tubuhnya menjadi tiada daya sama sekali, namun kapala Alfi masih terjepit di antara kedua pahanya yang putih dan masih terus merangsangnya dengan remasan dan belaian di seluruh daerah sensitifnya. Mulut dan lidahnya melakukan hisapan dan jilatan liar pada kemaluan Sandra. Sementara tangannya juga meremas gundukan daging kenyal yang dibaluti kulit halus dan kencang puting kembar payudara Sandra tegak mengacung ke atas.
Aku rasa tenaga Sandra telah pulih semula. Matanya memberi isyarat agar Alfi menyetubuhinya. Alfi naik menindih tubuhnya, namun ia tidak segera ke sasarannya. Kedua payudara Sandra kembali dijilati dan dihisapinya mesra. Sandra hanya mengerang menahan nikmat. Sandra meronta-ronta kegelian bila puting susunya terus dihisap oleh Alfi. Terlihat cairan nikmat yang hangat makin banyak mengalir keluar membasahi bibir-bibir lembut dan paha Sandra.
“Oughhhh….Kakak sudah tak tahan, setubuhi kakak sekarang Fi!”
Tubuh Alfi makin rapat ke Sandra. Sekarang kedua paha Sandra terkangkang lebar memberi akses seluasnya hingga posisi kemaluannya terbuka siap dimasuki kemaluan anak itu. Mataku tak lepas menatap kejadian saat itu, napasku seakan tercekat di kerongkonganku. Meski aku pernah menonton film biru namun yang akan kusaksikan kali ini adalah sebuah persetubuhan secara nyata, apalagi ini bukan hanya sekedar persetubuhan normal namun ini adalah sebuah persetubuhan antara seorang wanita dewasa dengan seorang anak laki-laki di bawah umur. Kulihat Alfi memegang batang penisnya yang mengacung tegak dan mengarahkan kepala berkulupnya ke celah vagina Sandra. Diusapkannya ujung berkulup itu ke permukaan bibir vagina Sandra baru kemudian ditekannya kuat. Aku pun penasaran melihat pemandangan yang menakjubkan itu, muatkah seluruh batang kemaluan Alfi masuk ke dalam vagina Sandra yang kecil dan mungil itu? Aku dapat melihat kepala kulup tersebut mulai membelah dan menyelam ke dalam lubang vagina Sandra. Perlahan, terus melesak masuk sampai akhirnya lenyap dan terbenam seluruhnya di dalam liang rahim Sandra, saat itu tubuh Sandra benar-benar telah menyatu dengan tubuh anak itu.
“Ougghh!!!….Fiiii!!!…enak bangetttt!!!” Sandra mengerang keenakan seiring terbenamnya daging hitam berkulup Alfi ke dalam liang cintanya.
Gila!!! masuk semua pikirku, sungguh beruntung bangsat kecil ini… betapa tubuh sempurna Sandra kini sudah di nikmatinya secara utuh dan hal itu ia peroleh tanpa paksaan. Hal tabu itu betul-betul terpampang di hadapanku. Sandra sahabatku yang cantik saat ini merintih dalam tindihan seorang ABG. Awalnya aku tak menyangka anak seusia Alfi mampu menyetubuhi seorang gadis dewasa dugaanku selama ini ternyata meleset . Alfi begitu penuh cinta dan gairah untuk sebuah persetubuhan. Kini ia menggerakkan penisnya maju mundur sementara mulutnya terus melumat puting susu Sandra dan menghisapinya secara bergantian. Kedua paha Sandra yang putih mulus itu menjepit pinggangnya Sandra tersenyum kepada Alfi seolah-olah memuji kejantanan Alfi. Kurang lebih 10 minit Alfi bergerak maju mundur hingga Sandra kembali menjerit tertahan.
aku rasa Sandra telah mengalami orgasme lagi. Orgasme yang begitu kuat sampai-sampai ia harus mencengram seprey sedemikian kerasnya hingga nyaris robek tertarik. Alfi masih rajin mengocok dengan kuat. penisnyanya dengan cepat kelihatan keluar masuk lubang vagina Sandra. Hingga satu saat kelihatan badan Alfi menggigil dan pahanya bergetar.
“Ka..kak manisss…Alfi dapetttt..kakk.sekaranggg…Oughhhh!!” kulihat anak itu mengenjan sambil menekan dalam-dalam kemaluannya hingga bongkahan pantatnya terlihat kempot
Aku kembali kaget ketika itu Alfi tidak mencabut penisnya saat berejakulasi. ia melepaskan air maninya di dalam kemaluan Sandra! Sa..sa…Sandra membiarkan anak itu berejakulasi di dalam liang senggamanya. Apakah ia tidak takut benih anak itu membuahinya atau Sandra sedang tidak dalam keadaan subur. Jika tidak alangkah cerobohnya sahabatku ini. Setidaknya ia bisa memerintahkan anak itu memakai kondom! Aku dapat melihat mata Sandra yang tadinya terpejam tiba-tiba terbeliak menerima pancutan kuat dan hangat menerpa pangkal rahimnya.
“Ohhh..Alfi sayang….. kamu.. dapettt..”
Berkali-kali Alfi memancutkan benihnya memenuhi cekungan liang senggama Sandra. Ia membiarkan zakarnya tertancap dalam kemaluan Sandra beberapa saat ketika meresapi sisa orgasme hingga tuntas. Sesaat kemudian Alfi menarik lepas batang penis yang berselimut berlendir dan kelihatan kulit kulupnya mengecut. Seketika itu juga kulihat dengan jelas cairan putih dan kental yang tentunya benih anak itu mengalir keluar dari bibir vagina Sandra.
“Begitu banyak…Sandra..Sandra.. bagaimana jika kamu hamil?” kataku dalam hati saking menghayatinya adegan itu
Aku lihat daging itu Alfi masih sangat keras. Kepala bulatnya bersinar dengan limpahan spermanya yang masih keluar.
“Oouuuuuhh.. Fii masukin lagiiiii, sayang!!” rengek Sandra mengemis agar Alfi menghujam dirinya lagi. Aku ingat saat bercanda dengan Tamara dan Tina tempo hari. Sandra mengatakan kalau dia geli dengan pelir tak disunat. Namun Sekarang ia malah ingin segera pelir berkulup Alfi mengaduk-aduk lubang kemaluannya. Tiada sedikitpun adengan persetubuhan tersebut yang terlewat olehku. Cairan lendirku sendiri semakin banyak yang keluar. Terasa celana dalamku telah basah di bagian kemaluanku. Aku begitu terangsang melihat adegan mereka barusan.
“Kak, Alfi ngentot kakak lagi.”
Sandra hanya tersenyum seperti memberi izin Alfi melakukan pencabulan terhadap dirinya. Sandra tak henti-henti memandang daging kenikmatan Alfi yang sedang menuju ke arah kemaluannya yang sudah dibanjiri oleh lendir pelincin yang banyak. Dan .. tiba-tiba kepala Sandra terangkat sedikit diikuti oleh punggungnya juga terangkat.
“Auu.. aahh.. mmmmmm.” aku mendengar jeritan dan erangan dari mulutnya ketika kepala bulat licin itu memasuki kembali separuh ke dalam lubang kemaluannya. Bibir vagina Sandra seperti ikut masuk ke dalam bila kepala besar itu mulai menyelam. Kontras sekali warna pelir Alfi dengan warna vagina Sandra. Batang bulat hitam berurat terbenam dalam lubang merah di celah paha Sandra yang putih mulus.
Mata Sandra terbeliak menerima batang hitam tak bersunat yang berbentuk helm itu. Secara terus menerus mengaduk aduk bagian dalam kewanitaannya. Kemaluan Sandra mengepit kuat batang Alfi. Sandra sedang sepuas-puasnya menikmati batang Alfi yang panjang dan besar itu, ia menjerit penuh nikmat tiap kali Alfi menarik dan menolak batangnya keluar masuk. Beberapa menit kemudian aku lihat Sandra sekali lagi sedang dilanda kenikmatan.
“Fiii kamu besar bagettttt.ouuhhhhg” Sandra seperti meracau, meminta dengan suara erangan nikmat.
“Fiiii tahannn di dalemmm… kakak… keluarrr…Oughhhhh!!!!…mmmmmmmgggh,”
Alfi menekan penisnya sedalam ia mampu dan menahannya disitu bersamaan dengan tubuh sintal Sandra mengejang dan sampai pada puncak kenikmatan untuk kali yang kesekian. Kali ini kenikmatan itu berlangsung lama sekali. Mungkin Sandra benar-benar puas bila batang kemaluan anak asuhnya yang besar dan panjang itu penuh memadati seluruh dinding lubang kemaluannya. Persetubuhan itu berjalan lagi. Aku dapat melihat dengan jelas batang hitam keluar masuk dalam vagina Sandra yang berwarna merah muda. Kontras sekali kulit Alfi yang gelap dengan kulit Sandra yang putih. Batang hitam tersebut terlihat berlendiran dan di selaputi buih putih. Tedengar bunyi aneh bila Alfi melajukan tikamannya. Bulu-bulu dipangkal kemaluan Alfi mengusap-usap bibir kemaluan Sandra yang lembut. Pinggul Sandra terlonjak-lonjak mengikuti irama entotan Alfi dan kepalanya terlempar kiri kanan kerena sengatan kenikmatan. Paha Sandra bergetar dan kakinya menendang-nendang udara. Pahanya yang mulus itu mangepit rapat pinggang Alfi. Berkali kali Alfi menghantarkan Sandra ke puncak kepuasan sebagai wanita dewasa di atas ranjang Sandra dan suaminya. Selain diriku hanya cahaya temaram lampu dan deritan ranjang yang menjadi saksi pergumulan dua insan yang tak lama lagi akan mencapai klimaksnya. Di dalam kebisuan malam yang dingin dan tenang itu, hanya terdengar erangan Sandra dan lenguhan Alfi yang masih berpacu dalam birahi.
Selepas setengah jam aku lihat Alfi makin melajukan hentakannya. Selama setengah jam jugalah Sandra menjerit dan mengerang penuh nikmat. Kepala penis kepunyaan Alfi membuat Sandra menjerit histeris. Jeritan nikmat ini menyebabkan Alfi makin bergairah. Dayungan Alfi makin laju hingga badan Sandra bergoyang-goyang. Hingga akhirnya Alfi merapatkan badannya ke badan Sandra dan ditekan paling kuat dan terdengar Alfi mengerang kuat.
“Aakkkhhh… Kakkkkkk enakkkkk!!”
Dari caranya aku rasa Alfi sedang memancutkan maninya ke dalam rahim Sandra. Rahim yang merupakan hak suaminya, Didit. Mata Sandra terbeliak menerima semburan mani panas kepunyaan Alfi. Pantat Alfi menekan habis daging penisnya sedalam mungkin ke celah paling dalam vagina Sandra dan saat itu juga sekali lagi Sandra menjerit sungguh kuat.
“Oughh…Fiiii kakakkk juga kuluarrrr!!!!! Oghh…”
Aku kagum pada batang pelir Alfi yang berbentuk pelik tersebut. Benda itu mampu memberikan kenikmatan ragawi bagi Sandra hingga berulang – ulang kali. Sandra memeluk erat tubuh kecil Alfi seperti tidak ingin melepaskannya. Sepertinya Sandra ingin batang berkepala tomat tersebut terendam selama-lamanya dalam lubang vaginanya. Sandra mau batang Alfi melekat dalam kemaluannya macam pelir anjing melekat dalam vagina anjing betina bila kawin. Sandra seperti ingin memerah habis hingga ke titik mani Alfi yang terakhir. Gerakan Sandra kemudiannya mengendur telentang lemah dibawah dekapan tubuh Alfi sambil tersenyum puas kepada Alfi. Tiada lagi gerakan dan suara erangan Sandra. Alfi memeluk erat tubuh Sandra. Sandra mencium pipi Alfi dengan mesra dan penuh kasih sayang. Sandra mengulum bibir tebal Alfi yang hitam itu. Kemaluan Alfi masih terendam dalam kemaluan Sandra. Alfi membiarkan saja senjatanya terendam dalam terowong nikmat Sandra. Selepas beberapa menit bila tak lagi benihnya yang keluar, Alfi menarik perlahan kemaluannya dari lubang kemaluan Sandra. Batang yang masih berlendir itu terjuntai separuh keras. Lubang vagina Sandra masih ternganga selepas Alfi mencabut keluar daging kemaluannya. Cairan putih pekat terlihat meleleh keluar dari lubang vagina Sandra membasahi sprey.
Di depan mataku sendiri aku menyaksikan seluruh perselingkuhan sahabat baikku dengan seorang bocah ABG. Memang aku benar-benar tidak menyangka Sandra telah tega menghianati Didit dengan menyerahkan tubuh dan kehormatannya sebagai isteri pada Alfi. Apakah kejantan Alfi yang telah membuat sahabatku itu rela digaulinya. Tak dapat kupungkiri Alfi meski masih di bawah umur telah membuktikan daging penis berkulup berkepala tomat digilai oleh perempuan dewasa yang tak lain adalah ibu angkatnya sendiri Sandra. Aku menjinjit kembali menuju ke tingkat bawah. Aku putuskan untuk pulang agar mereka berdua tetap tak menyadari kedatanganku. Biarlah besok aku kembali lagi ke sini. Aku tak ingin Sandra tahu jika aku mengetahui perselingkuhannya dengan Alfi. Hati-hati aku keluar melalui pintu depan dan kembali menguncinya dan pergi mengunakan taxi. Dalam beberapa minit saja aku telah sampai di rumah tubuhku terkulai lemas Ketegangan masih cukup terasa setelah cairanku membasahi hampir seluruh celana dalamku. Aku masuk ke kamar dan tidur keletihan.
***************************
Dua hari kemudian
Aku kembali ke rumah Sandra kali ini aku tidak lagi menyelinap masuk ke dalam rumahnya secara diam-diam. Tak lama setelah kupencet bel Sandra muncul dari balik pintu menyambutku dengan kecupan hangat di pipiku.
“Nad..sayang!!!kemana saja sih kok ngga pernah kesini nengokin aku,..?” cecarnya manja. Memang di antara kami bertiga Sandra yang paling manja.
Sandra menarikku ruang keluarga lalu kami berdua duduk di sofa
“Sorry ya Sand aku sibuk sekali akhir-akhir ini, lagian aku takut nganggu rumah tangga kamu sama Didit”
“uhhh..kamu ngga tahu aku kesepian banget soalnya Didit kerap berangkat dalam waktu yang panjang”
“Bukannya Dian sering kemari, bahkan katanya di telpon dia sering kamu minta nginep nemenin kamu”
“itu dia, sebenarnya dian sudah tinggal bersamaku di sini, cuma tiga hari yang lalu ia harus berangkat ke Singapore selama tiga minggu karena ada pekerjaan kantornya, jadinya aku sendirian di rumah”
“maksudmu aku mau kamu tahan di sini selama Dian ngga ada?”
“emang iya sih tapi apa kamu tega biarin aku sendirian? Dan emang kamu ngga kangen sama aku?”
“Iya..iya tuan putri”
“Cup! Trims ya nad kamu sama Dian memang sahabatku yg paling kusayang” ujarnya kesenangan sambil mengecup pipiku.
Sejak dulu aku memang tak bisa menolak permintaan sahabatku yang satu ini. Selalu saja aku berhasil ia paksa menuruti kemanjaan-kemanjaannya. Kami bertiga begitu menyayangi satu dengan yang lain.
“Sand…pakaianmu awut-awutan gitu? Kamu baru bangun jam segini? dasar putri malas” Sandra saat itu mengenakan gaun tidur pajang mirip kimono, mungkin karena ia banyak bergerak talinya terlepas dan jatuh ke lantai hingga gaun tidur itu tersingkap ke samping.
Sandra segera merapikan bajunya meski kejadian itu terlihat wajar dan berlangsung cepat namun aku sempat melihat bagian-bagian tubuh Sandra yang terbuka tadi. Terlihat bercak-bercak merah gigitan di seputar payudaranya yang putih bersih. Deg..hatiku kembali di jalari perasaan aneh seperti beberapa hari yang lalu. Apakah mereka baru saja melakukan hal itu lagi pikirku.
“Ada apa Nad? Kok bengong gitu?” Sandra memperhatikan kebengonganku.
Sejenak alam pikiranku masih dipengaruhi kejadian tsb hingga aku tak segera menjawab Sandra.
“ohh.. uhh..tidak a.pa apa” aku tergagap
Kebodohanku barusan itu mengundang tanya tentu saja Sandra dapat melihat kejanggalan dari sikapku barusan . Seperti halnya diriku mengerti akan dirinya begitupun sebaliknya. Pergaulan yang demikian erat dan mendalam sudah barang tentu sulit untuk menyembunyikan rahasia diantara kami. Senyum Sandra membuatku makin salah tingkah. Hingga ia membuka kembali percakapan.
“Sini ada yang ingin aku beritahukan kekamu, Nad”
Ia menatap mataku sambil menghela napas dalam-dalam. Wajahnya tersirat kepasrahan.
“Ada apa Sand, nampaknya serius sekali?”
“Nad sayang sebenarnya sudah lama aku mempertimbangkan untuk mengatakan hal ini kapadamu, hanya saja tadinya aku masih ragu takut kalau kamu malah tidak suka dan membenciku”
Deg..hatiku berdebar apakah Sandra bermaksud membuka aib perselingkuhannya padaku.
“aku tahu hari itu kamu datang ke sini dan melihat apa yang aku lakukan dengan si Alfi”
“a..aa..pa kamu tahu Sand?” aku terkejut bagaimana mungkin ia mengetahui jika kehadiranku kala itu. Seingatku aku tak membuat mereka terganggu.
“Iya Sand, maaf saat itu aku tak sengaja memergoki kalian”
“Ngga pa pa, aku pikir suatu saat cepat atau lambat kamu akan tahu juga. Aku sempat mendengar suara langkahmu saat menaiki tangga, mungkin kamu lupa tangga rumahku terbuat dari kayu”
“Jadi kamu sengaja membiarkan aku menyaksikan semua. Kenapa kamu tak cegah aku saat itu? Apa kamu ngga kuatir aku mengatakannya pada Didit?”
“Aku percaya kamu tak akan melakukan hal itu apa lagi terhadap aku. Aku tahu kamu menyayangi aku seperti halnya diriku terhadap dirimu.”
“Tentu saja Sand kamu tahu itu”
“Untuk itulah aku ingin mengatakan semuanya sekarang kepadamu”
Sandra lalu menceritakan suatu kisah yang sungguh luar biasa buat kudengar. Tak pernah terbayangkan olehku sahabatku Sandra telah menyerahkan kegadisannya untuk direngut Alfi yang kala itu belum genap berusia 17 tahun. Lebih gilanya lagi hal itu dilakukan atas permintaan sang calon suaminya, Didit. Bahkan hal itu berlangsung di hadapannya!
Jadi meleset dugaanku selama ini, Sandra ternyata tidaklah menghianati cinta Didit. Malahan Alfi merupakan penentu utuhnya rumah tangga mereka. Sebab Didit kerap harus meninggalkan Sandra demi kariernya. Dengan adanya Alfi memungkinan Sandra tidak berpikir berselingkuh dengan pria lain. Anak itu sungguh perkasa Sandra tidak harus kehilangan akan nafkah batin dari Didit. Malam-malam Sandra selalu diisi dengan persetubuhan panas dengan sang Alfi kecil. Kondisi ini mereka lakukan nyaris hampir setiap hari sejak mereka menikah. Sedangkan Didit ketimbang bersetubuh langsung dengan Sandra istrinya, ternyata ia mencapai kepuasan lebih dasyat hanya bermasturbasi di sofa menonton persetubuhan istrinya dengan anak itu.
Aku mendengarkan sambil melongo dengan takjub dan sulit dipercaya apabila aku tak mendengarkan langsung dari mulut Sandra. Birahiku menjalar naik keseluruh tubuhku sepanjang mendengarkan ceritanya
“bener-benar tak pernah kusangka apa yang terjadi pada rumah tanggamu Sand. Anak itu bahkan yang merengut kegadisanmu bukan Didit, sungguh aneh Sand jika suamimu tidak sampai cemburu” ujarku masih termagu-magu
“Bukan hanya aku saja yang sudah ia perawani”
“Emang ada gadis lain? Ten..tentunya kamu tidak bermaksud mengatakan ….” aku tak dapat menyelesaikan kalimatku. Tidak mungkin… mustahil…. Dian!
“iya si Dian, Nadine sayang, malah Dian sendiri yang mau suka rela diperawani Alfi.”
Ternyata penis berkulup itu sudah menambah satu korban lagi dan lagi-lagi korbannya juga sahabat baikku. Begitu banyak kejadian yang tak ku duga selama ini Dian aku tahu sekali sifatnya ia yang paling sering mencampakan pria, jika ada cowo yang berani menyentuhnya walau itu hanya merangkul pasti akan didepaknya jadi jangan harap bisa berhasil mendapatkan cintanya. Ia mengenal hubungan seks untuk pertama kali dari Alfi . Awalnya hanya melihat anak itu masturbasi malah keterusan. Sejak Alfi berhasil merengut keperawanan Sandra dan Dian, keduanya menjadi begitu tergila-gila bahkan ketagihan berhubungan seks dengan Alfi. Anak itupun demikian, ia tak pernah seharipun melewati hari-harinya tanpa ngentot kedua sahabatku yang cantik itu. Semakin lama hubungan batin yang aneh diantara mereka bertiga semakin kuat dan tak terpisahkan lagi.
“Alfi itu begitu jantan meski ia masih di bawah umur, kemampuannya di atas ranjang melebihi pria dewasa sekalipun.” ujar Sandra memuji anak itu
Aku hanya termagu mendengar cerita Sandra. Ini bukanlah hanya angan-angan seorang istri yang kesepian namun hal ini sebuah realita yang sudah terjadi meski terdengar sangat aneh.
“Apa kalian tidak takut atau jangan-jangan sudah pernah hamil,”
“aku malah berharap Alfi bisa membuahi rahimku begitu juga dengan Dian, namun sampai saat ini tak satupun dari kami berdua berhasil ia buahi. Sebetulnya aneh juga padahal kami sudah berhubungan ratusan kali selama enam bulan ini dan kami tak pernah mempergunakan kondom atau pengaman lainnya”
Geli juga aku membayangkan kehamilan mereka diperoleh dari seorang ABG kurus seperti Alfi. Kupikir benih anak seusia Alfi belumlah matang betul untuk membuat kehamilan pada seorang wanita dewasa. Kalaupun itu terjadi itu merupakan satu kebetulan.
“Nad..”
Suara Sandra memecah keheningan barusan
“Ya..”
“Alfi bilang ia menginginkan kamu Nad”
Aku kaget sekali mendengar ucapan Sandra
“maksuddd..mu ….anak itu mempunyai…. hasrat padaku?”
Sandra mengangguk
“Kupikir kamu juga menginginkan anak itu gituin kamu kan?”
“Ng…gak lah”
“ngaku saja ..aku yakin kamu mau kan?”
“Ngaco akh”
“Lihat ni kalau kau tak percaya,” Sandra menyerahkan satu benda kepadaku.
Aku meneliti benda yang diserahkan Alfi. Itu celana dalam wanita. Aku terkejut begitu mengenali celana dalam satin lembut warna krem itu adalah milikku.
“Itu milikku Sand”
“kutemukan di bawah bantalnya pagi ini”
“Untuk apa anak itu menyimpan celana dalam kotorku?”
“Biasanya ia bermasturbasi sambil membayangkan sedang bersetubuh dengan pemilik celana dalam tersebut.” jelas Sandra lagi
Aku agak jengah mendengar penuturan Sandra yang demikian vulgar.
“Tapi aku tetap ngga mau begituan sama anak bau kencur gitu Sand,” akal sehatku masih berusaha bertahan meski desakan didalam dadaku menggelora ditambah lagi bagian kewanitaanku berdenyut-denyut simultan tak kumengerti.
“Terserah kamu kalau tak mau. Tapi kalaupun kamu melakukannya kamu tak akan menyesal lo.” tambah Sandra sambil tersenyum menggodaku, sepertinya ia tahu kegelisahanku,
“Sand…”
“Mmm?”
“Engg…”ada sesuatu pada kerongkongan yang megganjal suaraku
“Kenapa Nad?”
“Ah..ngga jadi”
“Loh.. kamu malu mengatakan padaku. Hmmm..Aku tahu kamu sebenarnya juga kepingin digituin sama dia, khan?”
“Sudah…sini ikut aku, kamu ngga boleh nolak sekarang” Sandra dengan cepat mengalahkan reaksiku sadari mengamit lenganku dan menarikku menuju kamarnya. Aku tahu apa maksud sahabatku itu.
“Aaargg Sandraaaa kamu mau apaa?”
“Aku mau kamu dikawinin si Alfi sekarang..”
“Sannnd….Argg..akuu ngga mauuu!”
Mulutku mengatakan tidak mau namun langkahku tetap mengikuti tarikan Sandra menuju ke kamarnya. Benar saja dugaanku di dalam kamar Sandra nampak Alfi tanpa busana sedang duduk di kasur. Meski sepertinya ia terkejut namun di wajahnya terpancar kegirangan. Mungkin ia tadinya berharap Sandra masuk untuk kembali bercinta dengannya namun tak diduganya ia malah mendapatkan bonus.
“kak Sandra…..?”
“Fi ..kakak mau pergi ke mall sebentar. Kakak ingin kamu nerusin yang kita lakuin tadi pagi tapi kali ini kamu sama kak Nadine”
“Sanddd.. kamu udah gilaaa… masa aku haruss..” aku protes, spontan rasa maluku muncul
Perkataanku tak sempat selasai karena Sandra menyergap bibirku dengan ciuman panas. Aku tak sempat menghindar, ciuman itu demikian bernafsu. Lidah Sandra menerobos rongga mulutku dan menari-nari disana. Aku serasa melayang ke awan di buatnya. Belum pernah Sandra dan aku melakukan ini juga terhadap Dian. Dua menit kami bercumbu dengan panas hingga akhirnya Sandra melepaskan ciumannya. Sandra tahu aku sudah menyerah pasrah
“Kamu maukan manis?” ia kembali meminta kesediaanku secara suka rela.
“Sandd… aku masih perawan”
“Biar Alfi membuatmu tidak perawan lagi” ujarnya sambil membelai rambutku.
Aku tak dapat berkata-kata lagi sepertinya aku memang harus menuruti apa kata hatiku sendiri. Memang aku sudah terlalu terangsang akibat menonton langsung ataupun mendengarkan cerita tentang hubungan mereka. Hasrat liar dalam diriku memang menginginkannya, hanya saja tadinya aku ragu untuk melakukannya dengan anak sekecil itu. Kini keraguan itu sirna, yang tertinggal hanyalah gejolak birahi yang menggebu untuk disalurkan. Tak ada waktu untuk mencari-cari pria lain yang macho ataupun tampan, saat ini hanya ada Alfi yang sudah siap menggauli aku di ranjang Sandra. Ia mendorong tubuhku ke sofa perlahan kancing blusku di lepasinya satu demi satu hingga nampak bra yang kupakai lau rokkupun dilucutinya hingga hanya tersisa celana dalamku, lalu jemarinya memberi kode ke Alfi untuk mendekat. Anak itu melompat dari kasur ternyata Sandra sengaja tidak melepas penutup terakhir diriku ia ingin Alfi sendiri yang membuka hadiah utamanya
“Nad..aku tinggal kalian berdua ya biar kali pertama ini bisa kalian nikmati berdua saja tanpa gangguan orang lain.”
Sandra pergi setelah membuka jalan bagi aku sahabatnya untuk merasakan pula apa yang pernah ia dan Dian rasakan dulu.
Sepeninggal Sandra, Alfi mulai agresif menggauliku. Meski belum dewasa namun Alfi sangat berpengalaman ia seolah tahu apa yang aku butuhkan. Tanpa bicara ia mulai membelai belai pipiku yang halus dan memberikan hawa nafasnya ke tengkukku. Rasa geli dan hangat mulai menjalariku. Aku semakin membiarkannya melakukan itu dan suatu kesempatan dengan keberaniannya ia pun mencium bibirku. Aku terkejut dan melepaskan kulumannya pada bibirku. Kulumannya terlepas, namun anehnya aku tidak berusaha menjauh dari pelukannya. Aku kemudian melengoskan wajahku ke arah lain padahal aku melakukan itu semua adalah untuk menghindarkan kesan aku amat butuh saat itu. Tampak Alfi bukanlah bocah laki laki kemaren sore yang bisa aku bikin semaunya. Tanpa di suruh dia lalu meraih wajahku dan kembali mengulum bibirku beberapa saat.
“Sudah ahhh Fii, aku gak bisa bernafas nih” kataku berusaha melepaskan kulumannya.
Namun apalah dayaku untuk menahan setiap tindakannya. Dia lalu melepaskan kulumannya dari bibirku, namun sebelah tangannya sudah memasuki blus piyamaku. Dengan perlahan dan pasti jari-jarinya memasuki belahan dadaku dan berhenti di puting susuku. Rasa geli, juga nafsu mulai melandaku. Aku tak kuat diperlakukan begitu olehnya. Tanganku berusaha menahan gerakan jari-jarinya yang sudah berada di dalam bhku saat itu, bagaimanapun aku merasa malu. Dengan sebisaku aku berusaha menahan setiap gerakan jari-jarinya di permukaan puting susuku. sekuat aku menahannya sekuat itu pula ia berusaha memilinnya sehingga usahaku menahannya semakin melemah karena deraan nafsu yang sudah mulai mempengaruhi setiap sendi tubuhku. Diperlakukan seperti itu, aku semakin terjerat oleh percikan birahi yang di kobarkan Alfi. Perlahan dan pasti ia berhasil melepas atasan piyama tidurku dan kini hanya tinggal bh yang hanya menutupi sebagian kecil di dadaku. Aku semakin terjebak ke jurang gairah yang mulai menampakkan wujudnya. Aku pun kini seolah ikut menerima perlakuannya saat itu. Rasa hangat yang di pancarkan jari jari Alfi di permukaan kulitku sanggup membuatku merelakan dia melepas pengait bh yang aku kenakan saat itu.
Bibir anak itu mulai merayap dan menggigit kecil puting susuku secara perlahan dan mampu membuatku seolah melayang. Kulit dadaku seakan rela menerima semua perlakuannya saat itu. Berulang ulang ia ekspos kedua bukit dadaku dengan intensitas yang meninggi. Aku serasa di perlakukan utuh sebagai wanita. Dengan kedua tanganku aku raih kepala Alfi, seakan tak rela ia menyudahi tindakannya itu. Saat ini aku tak peduli lagi siapa Alfi dan apa statusnya, yang penting saat ini bagiku bagaimana dahagaku terpuaskan. Merasa aku sudah menerima semua perlakuannya, Alfi membisikkan sesuatu padaku.
“Kak…Nadin, di kasur kakak aja kita gituan ya? Alfi pengen perawani di tempat tidur seperti kak Sandra sama kak Dian”
Anak ini secara terang-terangan menyatakan hasratnya. Ia seakan yakin aku akan mau melakukan hubungan yang lebih lagi denganku malam itu. Aku juga sadar Alfi, hal ini akan terjadi juga tanpa dapat kuhindari lagi. Saat ia meminta pindah ke kamarku, aku terbayang sedikit tentang kejadian yang akan terjadi. Apalagi status ku yang masih gadis. Masih ada harapan bagiku untuk membatalkan keinginan Alfi saat itu. Akupun bangun dari rebahan di sofa berjalan ke arah kasur Sandra dan duduk di atas ranjang. Alfi saat itu menutup pintu kamar dan menguncinya. Ia lalu duduk di sampingku, diraihnya tanganku dan dibawanya ke bibirnya dan diciuminya. Melihat tingkahnya itu, aku seakan terenyuh akan sikapnya yang terlihat sabar. Aku yakin tanpa dapat kucegah pasti malam ini ia akan melakukan hal yang belum pernah aku lakukan dan ia bakal mengambil sesuatu yang berharga yang seharusnya kupersembahkan bagi pria yang bakal menjadi suamiku kelak. Aku tahu ini amat bertentangan dengan norma agama dan adat ketimuran yang kuanut, apalagi aku termasuk wanita dari keluarga yang amat menjunjung tinggi tata krama, namun saat ini seakan hilang semua. Perbuatan dan penyelewengan Sandra seakan menjerat diriku untuk melakukan perbuatan itu, meski saat itu aku menyadari tidaklah benar tindakanku saat ini. Anak itu tentu saja tak pernah menyadari perbuatannya saat itu menyalahi hukum dan amat tercela, hanya saja ia tak ingin memaksaku melakukan hal itu.
Dengan suara lirih seolah menahan sesuatu dia masih sempat bertanya padaku.
“Kakak mau..Alfi entot kan?” sambil menatap bola mataku dalam dalam.
Aku pun memandangnya dengan tatapan yang sayu seolah mengiyakan keinginannya, namun hanya beberapa saat.Aku kembali menundukkan mukaku ada rasa malu jika aku memintanya melakukan itu. Alfi adalah anak laki laki yang terlanjur cepat mengalami kedewasaan, ia sudah amat banyak pengalaman seolah tahu apa yang harus ia perbuat. Sikap diamku saat itu seakan persetujuan untuk perbuatannya selanjutnya. Sambil meraih kedua tanganku lalu tubuhku dibawanya ke pelukannya. Kini tubuh kami amat dekat, meski saat itu kami masih mengenakan pakaian. Namun karena aku tak memakai bra saat itu, seolah mampu membuatnya semakin bernafsu padaku. Ketika aku dalam pelukannya, aku merasakan ada rasa damai dan hangat yang sudah lama tidak aku rasakan lagi. Ada rasa nyaman dalam pelukan tubuh Alfi yang kurus itu, meski aku akui ada juga takut dan sedikit keraguan aku rasakan saat itu. Namun hasrat dan gairah seolah mampu mengalahkan semua rasa yang ada dalam diriku itu. Aku semakin tenggelam dalam sosok tubuh Alfi. Masih dalam pelukan ketat Alfi, akupun kembali terpaksa menerima kuluman panasnya di bibirku. Rasa geli karena lidahnya yang menjelajah dalam rongga mulutku mampu membuatku terlena dan susah untuk bernafas. Dipancing seperti itu, aku mau tidak mau membalas kuluman Alfi, hingga membuat lidah kami seakan saling berkait dan ludah kami bercampur satu sama lainnya. Dengan lincah tangan Alfipun melepas kancing atasan piyamaku hingga terlepas ke lantai. Jari-jarinya itu pun memilin dan memutar putingku hingga aku semakin terlonjak nafsuku. Puas memainkan lidahnya di bibirku mulutnya turun melata di kulit dadaku.
“Kak, tetek kakak lebih gede dari punya kak Sandra, Alfi suka banget, mmhh!” celotehnya sambil melumat payudaraku gemas, ya di banding Sandra atau Dian, payudaraku memang yang paling besar, 34B.
Kembali aku merasakan geli yang amat sangat diperlakukan begitu. Aku hanya bisa meraih kepalanya yang saat itu berada di belahan dadaku. Kalung yang kukenakan seolah mengganggu aktifitas mulutnya di dadaku. Dengan tangan kirinya ia singkirkan kalungku kearah tengkukku lalu kembali ia menyedot bukit dadaku bergantian kiri kanan.
Berbagai rasa kembali menderaku. Aku masih meraih kepalanya seakan tak ingin cepat berlalu.aku merasakan rasa basah di organ vitalku saat itu. Selama beberapa menit Alfi menggigit gigit dadaku dengan lembut dan meninggalkan tanda kemerahan di dadaku yang putih. Aku hanya mampu memicingkan mataku dan menuruti perbuatan bocah itu. Tiba tiba ia menghentikan aktifitasnya pada dadaku. Aku pun membuka mataku ingin tahu apa yang menyebabkan ia menghentikan perbuatannya itu. Ternyata anak itu menaiki tubuhku menempatkan tubuhnya di antara ke dua pahaku, kupikir sudah saatnya ia akan melakukan eksekusi. Aku memang pernah melihat kemaluan Alfi yang aneh itu saat ia dan Sandra bersenggama tempo hari. Namun baru kali ini kulihat kedahsyatannya dari dekat. Inilah benda yang telah merengut kegadisan kedua sahabatku sekaligus memberikan kenikmatan hingga keduanya ketagihan akan seks. Dan sebentar lagi adalah giliranku, daging itu sudah sedemikian tegang siap untuk melaksanakan tugasnya, yaitu memerawaniku. Batangnya panjang dan besar. Rasanya mungkin lebih enam inci panjangnya yang tentunya akan membuatku bakal kesakitan untuk pertama kali. Yang menjadi fokus perhatianku ialah kepala zakar Alfi karena yang tidak disunat itu. Aneh bila melihat penis anak seusia Alfi yang tak disunat. Apalagi daging kepalanya tidak muncul keluar daripada kulit kulup sungguhpun dalam keadaan tegang. Hanya sepertiga saja kepala zakarnya yang berwarna merah kelihatan bila dalam keadaan keras. Bila dia menarik kulit kulup kepala pelirnya berkilat hitam kemerahan macam yang seperti tomat itu terpacak di ujung batangnya. Kulit kulupnya seperti mencekik di bagian belakang leher takoknya. Kulit kulup yang ditarik itu berkedut-kedut macam simpul melingkari batang zakar. Bentuk kepalanya yang heboh dan aneh digilai Sandra dan Dian. Pertama kepala pelir Alfi sungguh terlalu besar. Kepala yang lebih besar itu berbanding batangnya kelihatan aneh. Kini benda itu mengacung tegak diarahkan Alfi tepat di mulut kewanitaanku.
“akh Fi…perih….akh..pelan-pelannn!!!” erang ku saat kepala penis Alfi mendesak pelan ke dalam liang vagina ku.
Anak ini sungguh tidak sabaran. Ia main eksekusi saja. Aku menahan perutnya dengan kedua telapak tanganku hingga gerakannya terhenti.
Mungkin takut aku akan mengurungkan persetubuhan kami, ia kini berlaku lebih sabar . Alfi menahan laju penisnya sejenaknya lalu dengan pelan dan lembut ia coba lagi masukan benda itu ke dalam vaginaku. Rasa perih makin menjadi dan terasa sakit meski penisnya terus maju pelan.
“Fi….akh…” pekikku, Alfi menahan lagi, mendiamkan otot vagina aku merekah dan relax supaya ngga tegang. aku memejamkan mata sambil tanganku meremas sprey menahan perih. Beberapa saat kemudian ia mulai memajukan lagi pantatnya dan mendorong penisnya lagi makin dalam dan rupanya vagina aku mulai terbiasa. Perih yang tadi aku rasakan berkurang
“Fi…sakit….” erangku tertahan.
Alfi berhenti lagi, rupaya belum setengah dari penis Alfi yang masuk, setelah diam sebentar Alfi mulai masuk lagi, kali ini perih dan sakit semakin berkurang. Ia lalu mencium bibirku memenangkanku, kubalas ciumannya dengan lembut. Begitulah ia melakukan tarik ulur hingga akhirnya ujung penisnya menumbuk dan tertahan sesuatu dalam liang senggamaku, aku tahu itu selaput daraku, lambang kesucianku sebagai seorang gadis perawan yang akan segera hilang.
“Kak Nadin.. Alfi tak kuat lagiii..” erangnya sembari memeluk pinggangku erat
Dengan sekali dorongan kuat Alfi menekan habis sisa batang kemaluannya hingga akhirnya masuk penuh ke dalam vaginaku. Aku tersentak dan sedikit menjerit merasakan ada sesuatu yang robek
“Aduhhh!!Fiiii…sakiiiit!!” aku menjerit lirih.
Nafasku tak teratur merasakan vaginaku penuh oleh batang penis Alfi. Aku tahu aku kehilangan keperawananku namun saat itu kemaluan Alfi kurasakan berdenyut-denyut lalu cretttt….creettt..creettttt! beriring setiap denyutnya sesuatu memancar deras menghantam dasar liang vaginaku.
Sungguh aneh, kegadisanku telah direngut oleh seorang ABG yang masih di bawah umur, bahkan aku tak berusaha mencegahnya. Setelah ejakulasi tadi batang penis anak ini tak kunjung mengecil, benda itu terus-terusan berdenyut dan kaku. Alfi mendiamkan beberapa saat, perih masih aku rasakan, namun perlahan rasa gatal nikmat mulai muncul dan seperti tahu akan itu Alfi mulai menggoyang dan memaju-mundurkan penisnya.
Vaginaku yang basah melicinkan gerakan masuk-keluar penisnya di vaginaku. Aku mulai merasa nikmat dengan perlakuan Alfi. aku buka mata dan melihat Alfi tersenyum. Alfi mengecup bibirku lalu bilang
”udah ga sakit kan kak?” tanya Alfi, aku mengangguk.
Vaginaku semakin basah oleh lendir cintaku. Pantat Alfi maju-mundur dan gerakannya penisnya meluncur lancar dalam kekesatan liang vaginaku. Aku yang mulai meregang kegelian dan nikmat semakin menikmati persetubuhan pertamaku. Bibirku mulai dan merintih keenakan, desahan-desahan mulai keluar dari mulutku. Alfilah yang kini semakin intens bergerak memberinya kenikmatan mengocok penisnya di dalam vaginaku. Ia tetap telaten meski aku mulai terbiasa, kurasakan penuh di dalam vaginaku. Gatal dan nikmat, lebih nikmat dibanding saat Alfi menjilat vaginaku tadi. Ia mencium bibir sambil meremas dadaku, kami mulai liar, goyangan Alfi mulai bisa kuimbangi. Kadang ia menggoyang keras, namun kembali lembut payudaraku bergoyang seirama dengan goyangannya.
Alfi mulai mengoceh “Kak….eeuukkk…uuh…nikmat…banget vagina……nya….eekk!”
Bocah ini memang amat pintar mengatur tempo persenggamaan. Hujamannya amat penuh dengan ketelatenan dan pengalaman. Kuakui Alfi memang perkasa meskipun masih di bawah umur.
Pejantan kecil ini melebihi kemampuan laki laki dewasa dalam hal bersetubuh. Betapa aku sudah pernah menyaksikan ia membuat Sandra sahabatku menggelepar takluk dalam pelukannya. Dan kini aku merasakan sendiri bagaimana perkasanya anak ini dalam menaklukan perempuan di atas ranjang. Namun rasa nikmat menyengat memutus pikiranku saat itu. Hingga kenikmatan itu tak tertahankan lagi menghantarkanku kepada orgasme.
”Fi…Fi…akh….kakak…akh…ooo…eemmppppp…mau…kelu…kelua r…Fi…akh!!” aku merasakan ada cairan yang menyembur deras dari dalam vaginaku.
Orgasme itu terasa begitu kuat seakan menarik lepas jiwa dari ragaku aku mendekap tubuh Alfi dengan keras sambil menutupkan mataku rapat. Aku menggigit bibir bawahku merasakan kenikmatan saat itu. Alfi tahu aku orgasme dan ia sendiri dapat merasakan cengkraman bagian kewanitaanku pada penisnya. Alfi menjerit keras dan panjang saat mencapai orgasme.
“kakkk!!..enakkk!!!!”
Anak itu membalas dekapanku sambil menghujamkan kemaluannya sedalam mungkin ke liang rahimku sambil melepaskan spermanya di dalamnya.
Crettttt!!!!…creettttt!!!! Crettttt….Crutttttt!! pancutan demi pancutan deras dan hangat menerjang bagian terdalam kemaluanku. Alfi bisa kembali orgasme setelah hampir beberapa menit menggauliku. Tiada rasa ngilu lagi. malah kurasakan amat nyaman berada di dekapan Alfi. Tubuh kecil Alfi masih berada di atas tubuhku tanpa melepaskan kemaluannya. Alfipun mencumbuku dengan mesra sambil tangannya mengelus-elus seluruh tubuhku yang halus bahu, dada, dan leherku yang jenjang yang basah oleh keringat dikecupinya dengan mesra. Tubuhku tergolek tak berdaya sesaat, mataku yang terpejam dengan penuh cinta, seraya memberikan kecupan hangat. Dibiarkannya aku menikmati sisa-sisa kenikmatan orgasme yang hebat. Juga memberi kesempatan menurunnya nafsu yang kurasakan.
“Kak Nadin maafin Alfi ya kak”
“Ngga pa pa Fi..kakak juga sudah bisa menikmati tadi.”
Aku merasakan kepuasan bersebadan dengan Alfi meski harus kehilangan kesucianku. Aku memandang wajahnya dari bawah dengan pandangkan sendu .kami sama-nama sudah letih dan kehabisan tenaga. Seiring waktu kemaluan Alfi kembali ke ukuran semula dan terlepas dari jepitan liangku. Saat itu barulah Alfi rebah tertidur sambil mendekap tubuhku. Kepalanya terkulai di dadaku
*************************
Sudah seminggu Alfi menjadi ‘suami’ku dan jujur saja aku sangat menikmati kehidupan seksku selama seminggu ini. Alfi benar-benar pemuda yang sangat perkasa, kehebatannya memuaskanku di atas ranjang membuatku betul-betul ketagihan merasakan nikmatnya sodokkan penisnya yang besar dan panjang. Ia membuatnya tergila-gila dan aku mau melakukan apa saja yang ia inginkan. Jika nafsu birahi sedang memuncak, aku tak segan-segan memintanya menyetubuhiku. Aku sudah tak perduli lagi kalau Alfi adalah anak bau kencur atau bukan. Selama seminggu ini liang vaginaku selalu disiramnya dengan sperma segar. Dan entah berapa kali aku menahan jeritan karena kenikmatan luar biasa yang ia berikan. Walaupun semalam-malaman sudah puas menjilat, menghisap, dan mencium sepasang payudaraku. Alfi selalu meremasnya lagi jika ingin berangkat sekolah saat pagi hari, katanya sich buat menambah semangat. Aku tak mau melarang karena aku juga menikmati semua perbuatannya itu, walau akibatnya aku harus merapikan bajuku lagi. Hari demi hari aku selalu melakukan itu hingga aku jarang pulang ke rumah. Mamaku tidak pernah mempermasalahkannya, sebab ia tahu aku tinggal bersama kedua sahabatku. Dua bulan berselang tamu bulananku tak kunjung datang, Sandra dan Dian membawaku ke dokter Lila, darinya ternyata aku dinyatakan positif hamil. Hal ini disambut gembira Sandra, betapa tidak, ia dan Didit, suaminya sudah berusaha agar bisa hamil oleh Alfi namun ternyata akulah yang duluan hamil walau paling terakhir ditiduri Alfi. Kini kami bersama tengah menanti kelahiran bayiku dan Alfi.