Namaku Lia. Aku adalah ibu rumah tangga yang telah berumur 35 tahun.
Hidupku boleh dikatakan beruntung, aku mempunyai rumah yang megah di
Pulomas dan harta benda yang melimpah, sehingga bagiku krisis moneter
tak terlalu berpengaruh bagi perekonomian keluargaku. Suamiku, Liem, 50
tahun, mempunyai jaringan bisnis baik di maupun di luar negri. Ia adalah
pengusaha yang sukses. Walaupun dijejali dengan materi yang melimpah
ruah, tetapi kehidupanku rumah tanggaku terasa hambar. Dulu, aku
dikawinkan dengan Liem setelah aku menamatkan kuliahku, umurku kira-kira
22 tahun. Aku adalah anak tunggal. Aku tidak terlalu mengenalnya,
keluargaku yang menjodohkanku dengannya karena pada waktu itu Liem
adalah rekan bisnis ayahku, dan ayahku sangat mempercayainya.
Di awal perkawinan, hubungan suami istri kami hanya sebagai formalitas
saja, Liem banyak menghabiskan waktunya di luar rumah, bahkan hingga
umurnya yang telah mencapai setengah abad ini, ia masih sering berada di
luar. Sedangkan di rumah, sering aku merasa kesepian, karena aku belum
juga dikaruniai seorang anak yang bisa mengisi kesepianku. Untuk
memenuhi hasrat birahiku, aku sering menonton film Blue. Aku terangsang
tiap kali melihat gerakkan penis yang menusuk-nusuk vagina. Uuhh.., aku
mulai mempermainkan vaginaku dengan jariku, membayangkan, penis yang
panjang dan besar itu, menghunjam keras, menusuk-nusuk liang vaginaku.
Suara-suara melenguh, gerakan-gerakan pinggul, ekspresi muka dari
masing-masing pasangan yang begitu mendalami kenikmatan bersetubuh. Tak
henti-hentinya tanganku memain-mainkan klitorisku.., naik.., turun..,
naik.., turun.., sambil berputar.., kugerakkan tanganku dengan cepat,
sehingga vaginaku mulai basah dan membengkak.., “aahhkk..”, walaupun
penis itu hanya bayanganku saja, tapi sudah terasa nikmat sekali.
Kadang, kugoyang-goyangkan pinggulku.
“aahhkk nikmat sekali..”. Sementara, suara ceplak ceplok terdengar dari
TV, gaya dog-style.., “aahh.., aahh.., aahh..”, bercampur-baur dengan
lenguhan-lenguhan nikmat. Aku menikmati segala suara-suara senggama yang
keluar dari TV 36 inch-ku itu. “Ssshh.., sshh..”, kugigit bibir
bawahku, mendalami khayalku bersenggama dengan penis raksasa, aku
merasakan kanikmatan yang makin memuncak. “aahh.., aahh..”, eranganku
membahana menyamai erangan di TV. Kupercepat gerakan jariku, aku tak
tahan lagi, sesuatu akan menyemprot keluar dari dalam liang Vaginaku.
“aahhkk.., ahhkk.., ahhkk..”, otot-otot tubuhku mengejang bagaikan
tersetrum listrik ribuan volt. Alam pikirku terbang ke awang-awang
meresapi kenikmatan orgasme. “aahh.., aahh.., niikkmaat sekali..”,
kuhela nafas panjang. Kukira sampai disini saja masturbasiku.
Akibat lama-lama bermasturbasi dengan berkhayal disetubuhi oleh penis
raksasa, aku jadi ingin betul-betul merasakan nikmatnya penis raksasa.
Tapi, penis siapa..?, Sampai pada suatu hari, pertanyaanku itu terjawab.
Hari itu, aku hendak pergi ke Gym, biasa, Fitness. Untuk mempertahankan
tubuhku agar tetap langsing dan kencang. Aku mempunyai supir pribadi
yang biasa mengantarku ke Gym, namanya Pak Marlon, orang dari Sorong,
Irian Jaya. Pak Marlon ini telah dipercaya menjadi supir pribadi suamiku
selama hampir 10 tahun. Kami mendapatkan beliau dari seorang teman. Pak
Marlon ini setia menjadi supir keluarga kami, apalagi dengan gaji $500
per bulan, ia selalu dapat diandalkan. Tetapi pagi itu, kudapati seorang
anak muda sedang mengelap mobil Mercy-ku.
“Mana Pak Marlon..?”, tanyaku.
“Pagi bu, maaf, nama saya Rony, saya anak Pak Marlon, hari ini bapak
tidak bisa kerja sebab beliau harus menjenguk keluarga kami yang sakit
di Bandung, jadi untuk sementara saya gantikan..”, katanya dengan sopan.
Hmm.., anak muda ini.., kuperhatikan tubuhnya dari atas sampai bawah..,
boleh juga badannya yang gelap dan atletis, tangannya yang kekar,
dadanya yang bidang dengan bahu yang lebar. Mukanya.., rasanya aku
pernah lihat. Hmm.., mirip seperti Baby Face, penyanyi itu. Boleh juga
nih, kataku dalam hati.
“Oke Rony.., kamu bisa antar saya ke Gym..?”, tanyaku.
“Bisa nyonya..”, jawabnya.
Dalam perjalanan, aku bertanya banyak tentang dia. Ternyata umurnya
telah 23 tahun, dan ia sekarang ia telah menyelesaikan kuliahnya di–
(edited by Yuri) jurusan Teknik Sipil. Aku berusaha untuk akrab
dengannya. Kadang pada saat aku memulai suatu pembicaraan, aku sentuh
bahunya, dia tampak salah tingkah.:)
Sampai di Gym, aku segera berganti baju dengan menggunakan Bicycle Pents
yang pendeknya 2-3 senti dari selangkanganku, dan menggunakan baju
tanpa lengan yang ketat, menampakkan perutku yang kencang. Dengan
pakaian itu, tubuhku yang tinggi (169/52) dan kulitku yang putih
(Chinese), serta rambutku yang bergaya Demi More di film Ghost, aku
tampak seksi dan sportif. Mulailah aku menjalani latihanku.
Selesai Fitness, dengan masih mengenakan pakaian senamku tadi dan handuk
kecil untuk mengelap keringat, aku berjalan keluar Gym menuju mobilku
di areal parkir. Rony yang sejak tadi menunggu di mobil, segera berdiri
dan membukakan pintu belakang mobil untukku. Lalu aku bilang kalau aku
ingin duduk di depan. Dengan cepat ia menutup pintu belakang, kemudian
membuka pintu depan. Ketika itu, lengannya secara tidak sengaja
menyerempet payudaraku, “Ups.., geli..”, ketika lengan itu bersentuhan
dengan payudaraku. Kulihat Rony jadi salah tingkah. Aku tersenyum
kepadanya. Kulihat ia memperhatikan bagian bawah tubuhku, ketika aku
memasukkan kakiku jenjang dan mulus itu, dan pantatku ke dalam mobil dan
mendudukkan pantatku di jok. Setelah menutup pintu, ia berlari kecil
melalui depan mobil ke arah pintu pengemudi. Dari dalam mobil, kulihat
bagian atas celana Rony yang menggembung.
Di dalam mobil, kamipun kembali ngobrol. Agar lebih akrab, kularang ia
memanggilku dengan sebutan nyonya, panggil saja Lia. Makin lama obrolan
kami terasa makin akrab, kadang aku tertawa, mendengar obrolan-obrolan
lucu yang menyerempet-nyerempet, dan dengan gemas kucubit lengan Rony
yang berisi itu. Kadang kuperhatikan tangannya yang hitam dan kekar itu
memegang kemudi. Sungguh macho. Suatu ketika, Rony membanting stir ke
kanan secara tiba-tiba, ternyata, karena keasyikan ngobrol, Rony tidak
memperhatikan sepeda motor yang ada di depannya. Ketika itu, tubuhku
jatuh ke arah kanan, dan secara refleks, tanganku jatuh tepat di bagian
kemaluan Rony. “Upss..”, dalam hatiku. Ketika mobil kembali stabil, tak
kulepas telapak tanganku di atas celananya itu. Kutatap wajah Rony yang
terlihat grogi, salah tingkah, dan memerah.
Tiba-tiba, muncul keberanianku untuk mengelus-ngelus “terpedo” Rony yang
makin lama membengkak itu. Waahh.., seperti memegang lontong saja,
pikirku. Setelah beberapa lama kuelus, tanpa bicara, kuberanikan diri
untuk membuka relsliting celananya, kusikap celananya. Tampak “terpedo”
Rony yang begitu ketat dibungkus oleh celana dalamnya, dengan kepala
terpedo yang menyembul ke atas CD, seakan berusaha keluar dari sesaknya
bungkusan CD itu. Kuselipkan tanganku ke dalam CD-nya. Wuuh.., Gede
amat, genggaman jari jempol dan jari tengahku hampir tak saling bertemu
dan batang yang sangat keras menegang. Untuk beberapa saat kuelus-elus
penis Rony yang besar itu. mmhh.., tiba-tiba birahiku bergejolak. Segera
kutundukkan kepalaku ke arah penis Rony, dan kusibakkan CD-nya. Tampak
penis Rony yang hitam, besar dan panjang itu dan kelilingi oleh rambut
yang lebat dan keriting. Seperti di film BF, kujulurkan lidahku ke
“kepala” penis Rony. Kujilat-jilat “kepala” penis yang menyerupai “topi
Pak tani” itu. Kumainkan lidahku di sekeliling kepala penis itu dan
kemudian mengarah ke batang. Kukecup-kecup batang penis yang panjangnya
kira-kira 2 telapak tanganku itu.
“Cup.., cup.., cup..”, Kudengar desahan-desahan nikmat dari Rony yang
masih terus memegang setir itu, dan itu membuatku terangsang. Segera
kumasukkan kepala penis itu ke dalam rongga mulutku. Kusedot-sedot penis
itu dengan nafsuku yang sudah meletup-letup. mmhh.., Mhh.., sambil
kunaik-turunkan kepalaku. Penis itu tidak seutuhnya bisa masuk ke
mulutku, hanya 1/3 bagiannya saja. mmhh.., mmhh.., enakk sekali rasanya,
seperti anak kecil yang sedang dahaga, dan dibelikan es krim. Itulah
yang kurasakan saat itu, aku dahaga akan seks. Terus kusedot-sedot penis
itu, sembari kumainkan lidahku dan mulai kukocok batang penis dengan
menggunakan tanganku.
oohh.., nikmatnya merasakan penis raksasa ini. Tiba-tiba aku berfikir,
“Hei..! mungkin inilah penis raksasa yang selama ini aku idam-idamkan”.
Setelah beberapa saat, kulepas penis Rony dari mulutku, dan aku kembali
duduk tegak, sementara tanganku masih mengocok penis itu.
“Gimana Ron, Enak?”, tanyaku sambil mengatur nafasku yang sejak tadi tidak teratur.
“Enak Lin, Enak banget..!”, serunya riang.
Setelah beberapa lama membicarakan apa yang telah kami alami tadi, aku
berinisiatif mengajaknya ke kamar apartemenku yang belum laku tersewa.
Sebelum memasuki gerbang apartemen yang di jaga satpam, Rony menutup
kembali bagian atas celananya yang terbuka tadi.
Setelah tiba di depan pintu apartemen, kubuka pintu apartemen, dan
kusuruh Rony untuk menutupnya, sementara aku langsung menuju ke kamar
dan menyalakan AC Split. Setelah itu, aku berbalik, dan ternyata, Rony
yang telah melepaskan seluruh bajunya langsung merangkulku dan
menjatuhkan tubuh kami berdua di Kasur. Di ciuminya mukaku, dari pipi,
kemudian ke bibirku. mmghh.., disedot-sedotnya “bibir bawah”-ku dengan
gemas, kemudian dimain-mainkan lidahnya ke dalam rongga mulutku yang
terbuka, merasakan keenakan permainannya. Sementara tangan kirinya
memegangi kepalaku, tangan kanannya beraksi berusaha melepas celanaku
dengan susah payah. Kusadari kesulitannya membuka celanaku, kemudian
kudorong tubuhnya ke arah kanan, dan aku berdiri sambil melepas baju dan
celanaku. Sambil kulihat Rony yang tanpa berkedip melihatku melepas
bajuku dengan pelan-pelan sekali, sehingga tampak kemolekan tubuhku yang
putih dan masih kencang ini.
Kulihat tubuh Rony yang atletis, dengan bulu-bulu kecil dan kriting di
dadanya, bentuk badannya yang berbentu huruf V, dan bagian kemaluannya
yang besar itu, menjuntai, menantang, hitam legam, berbeda dengan
tubuhku yang putih mulus, tanpa ada suatu cacatpun. Setelah semuanya
lepas dari tubuhku, segera kujatuhkan tubuhku di atas tubuh Rony.
Kukecup bibirnya yang basah, dan kumainkan lidahku seperti tadi ia
memainkan lidahnya. mmhh.., lidah kami saling bertaut, kumasukkan
lidahku dan kusedot lidah Rony. mmhh.., Kuelus dadanya yang bidang,
kumainkan putingnya. Rony tampak menikmati kegelian permainan tanganku
di putingnya. Lalu, kepalaku turun ke putingnya, kujilat putingnya,
kuisap dan kadang kugigit kecil puting Rony yang berwarna hitam gelap
itu. Rony sekali lagi menikmati permainanku, tangannya mengusap-usap
kepalaku dengan gemas.
Setelah beberapa saat, di dorongnya tubuhku ke arah kiri, gantian
sekarang, putingku yang merah kecoklat-coklatan di isapnya dengan ganas.
“oohh.., nikmatnya.., engkau pandai sekali Rony..”, putingku di kanan di
isapnya, dan dimainkan dengan lidahnya, sementara payudara sebelah kiri
di peras dengan tangannya yang kekar itu dan dimainkan putingku dengan
jarinya. uuhh.., bagaikan terkena listrik arus lemah, geli sekali
kurasakan.., tubuhku menggelinjang keenakan.
Selama beberapa menit, kunikmati permainannya yang ganas di payudaraku.
Kemudian, tangannya yang tadi memegang payudaraku, tiba-tiba beralih
mengusap-usap selangkanganku. “aahh..”, aku tersentak dan kurasakan
aliran darahku bagaikan turun dari kepala. Oh, usapan lembut itu, sudah
lama tak kurasakan dari seorang lelaki. Biasanya suamiku (dulu), sebelum
menancapkan batangnya, ia mengelus-elus vaginaku dengan lembut, sama
seperti yang kurasakan saat ini. Elusan itu lama-lama semakin cepat,
memainkan clitoris di selangkanganku. Nafasku terus memburu, mengikuti
gerakan jari-jemari Rony yang terus memainkan clitorisku dengan tempo
yang makin cepat, sementara mulut Rony belum lepas dari payudaraku yang
semakin menegang dan keras.
oohh.., kurasakan kedahsyatan permainan jari-jemari Rony. “aahh..,
aahh.., ahh”, desahku begitu dahsyatnya, hingga kurasakan cairan
mengalir melalui saluran di dalam kemaluanku. Kucoba kutahan cairan itu
keluar. Tapi tak bisa kebendung kenikmatan yang telah meletup-letup itu
dan “aahhgg.., aahhgg.., Roonnyy.., aahhgg.., eennaak”, sambil kutahan
nafasku, kudalami kenikmatan itu. Kenikamatan orgasme. Wuuff.., tubuhku
yang tadi mengejang berubah menjadi lemas dengan segala peluh di
tubuhku, aku berusaha mengatur nafasku sementara, kurasakan kegelian di
selangkanganku, kulihat, ternyata sekarang Rony telah mencicipi cairan
yang keluar dari liang kemaluanku. Lidahnya menjilat-jilat vaginaku
sambil sesekali menyedot-nyedotnya. “Sssrrpp.., ssrrpp.., seperti tidak
mau membersihkan cairan yang tadi keluar dari dalam lubang kenikmatanku.
Sambil kurasakan kenikmatan tiada tara itu, pikiranku melayang..,
enaknya hidup ini kalau dari dulu aku mengenal anak ini.., aku tidak
perlu lagi repot-repot bermasturbasi di depan TV.
Selagi pikiranku melanglang buana, tiba-tiba Rony menimpa tubuhku, dan menciumi mukaku dengan lembut.
“Bagaimana Lia, puas..?”, tanyanya sambil tersenyum.
“Wuah.., andaikan kamu dapat merasakan kenikmatan yang aku rasakan
sekarang.., tiada taranya.., fantastis!”, kataku.., hey, tiba-tiba
kusadari penis Rony yang masih mengeras di antara perutku dan perut
Rony.
“Ron, kamu belum..?”, belum selesai aku berkata, kembali bibirnya memagut bibirku.
mmhh, dan kurasakan badannya agak ditinggikan, kemudian tangannya
diarahkan ke bawah, dan tiba-tiba kurasakan benda yang keras menyumbat
mulut vaginaku. Aku mengerti maksudnya. Kunaikan kakiku, merangkul
pinggangnya. Sementara, mulut kami masih saling bertaut, dengan
tangannya, ia memainkan kepala penisnya di mulut vaginaku. Birahiku
kembali muncul atas perlakuan yang demikian. mmhh.., aku sudah tak sabar
ingin merasakan kenikamatan penis raksasa itu.., kataku dalam hati.
Tapi Rony masih saja mempermainkan penisnya, dan itu membuatku
menggelinjang kegelian dan perasaanku sudah tak sabar. Kulepaskan
pagutan bibirnya.
“Ron.., ayo.., langsung aja”, kataku dengan nafas yang tidak teratur
lagi. Kemudian dengan tangannya, ia meraba-raba vaginaku untuk mencari
dimana “lubang surga dunia” itu berada. Setelah menemukannya, segera ia
tusukkan kepala “terpedonya” ke lubang itu. Begitu pinggulnya menekan
dengan keras, secara refleks (karena sakit..) pinggulku terdorong ke
depan.
“Ahh.., Ronn.., pelan-pelan dong..”, kataku sambil meringis.
Kemudian dicobanya lagi kepada penisnya dicocokkan ke lubang vaginaku.
Kali ini ia mencobanya berhati-hati dan pelan. “oohhgg.., oohhgg..”,
kepala terpedo Rony terasa menyesaki lubang kemaluanku, aku mencoba
menahan rasa sakit.., rasa sakit yang telah lama tak kurasakan. Kemudian
sedikit demi sedikit, “lontong kulit” itu masuk ke dalam liang
Vaginaku.., sampai akhirnya. “Bleess..”, masuk semua.. “Ooohhgg”,
kurasakan kenikmatan.., fantastis.., seluruh batang penis Rony memenuhi
liang Vaginaku.
“Goyang Ron..”, pintaku. Langsung, Rony menggoyangkan pinggulnya,
keluar.., masuk.., keluar.., masuk.., “Ooohhgg.., oohhgg..” sungguh
nikmat, teringat aku akan film BF yang aku tonton dulu. Goyangan pinggul
Rony kubarengi dengan goyangan pinggulku, sehingga terasa penis Rony
menggesek-gesek dinding vaginaku yang rasanya membengkak, sehingga bisa
menyedot semua batang milik Rony.
Kurasakan saat itu bukan hanya tubuhku yang bergetar, kasurpun ikut
bergetar akibat dorongan pinggul Rony yang kuat, terus
menghunjam-hunjamkan penis raksasanya ke liang vaginaku. Desahan-desahan
kenikmatan dari kami berdua bersahut-sahutan. “Aahhgg.., aahhgg..,
aahhgg”, kadang kugigit bibir bawahku saking nikmatnya permainan kami.
Aku teringat akan film BF yang aku tonton, dan aku minta kepada Rony
untuk mencoba gaya standing-bamboo. Kali ini, aku berada di atas, dan
Rony tidur di bawah. Dengan mudah penis Rony dapat masuk ke liang
Vaginaku, dan akupun mulai bergerak naik turun. Rony mengimbanginya
gerakanku itu.., “Ooohh nikmatnya”, melihat payudaraku yang
bergerak-gerak seiring pergerakan tubuhku, tangan Rony kemudian
memegangi kedua payudaraku, dan meremas-remasnya. Sementara itu.., aku
merasakan kenikmatan klimaks sudah dekat, aku terus menggenjot dengan
cepat.., aahh.., aahh.., aahh.., truss”, Rony dan aku saling mendesah,
hingga akhirnya aku merasakan kembali tubuhku mengejang, tanganku
mencengkram seprei dengan kuat dan sekali lagi aku mencapai orgasme.
“aahhgg.., aahghgg.., aahgg”, aku mengerang dengan lantang. Sukmaku kembali melejit ke langit ke tujuh.
“oohh.., Rony, engkau memang jagoanku”, Belum habis aku menikmati
dahsyatnya orgasme keduaku, Rony memintaku untuk menungging, dan
kemudian ia mulai menusukkan penisnya dari belakang. “oohh.., Oohh..”,
aku kembali merasakan kenikmatan bersenggama, suara desahan kami berdua
kembali mengalun dibarengi dengan suara “ceplok-ceplok.., plok..,
plok.., plok..”.
Rony makin mempercepat hunjaman penisnya ke vaginaku, tempo permainan
semakin cepat. Kudengar suara desahan Rony semakin keras dan pada
akhirnya ia melenguh keras, seperti suara orang menahan sesuatu
dibarengi dengan dihunjamkannya kuat-kuat seluruh penisnya ke dalam
Vaginaku.
“aahhgg.., aahhgg.., aahhgg..”
Akhirnya.., ia mengalami orgasme. Segera kubalikkan tubuhku, dan
kuisap-isap kepala penis serta kukocok-kocok batangnya, mencari
sisa-sisa sperma yang dimuntahkan penis Rony, hingga akhirnya tak
tersisa sama sekali, dan Rony tergeletak lemas.
Sejak saat itulah aku menemukan kenikmatan seks sejati. Sementara dengan
suamiku, hubungan kami bertambah dingin, dan kukira ia tak menghiraukan
akan hal tersebut, ia masih menyibukkan dirinya dengan kegiatan di luar
rumah, ia tak menghiraukan lagi keindahan tubuh istrinya yang haus akan
hunjaman-hunjaman kenikmatan. Frekwensi hubungan seks-ku dengan Rony
makin bertambah sering, walaupun sekarang Pak Marlon telah kembali
menjadi supir keluarga kami, Rony kubekali dengan HP, yang sewaktu-waktu
bila keinginanku untuk “ditusuk-tusuk oleh terpedo” Rony muncul, aku
bisa langsung menghubunginya, dan bertemu di apartement (yang hingga
kini, apartement itu tidak aku sewakan, dan menjadi tempat rahasia kami
untuk bercinta).
TAMAT