watch sexy videos at nza-vids!

 


Wulan, pembantu multiorgasme

Hari itu, untuk pertama kalinya, sepanjang sejarah hidupku, aku melihat sisi yang berbeda dari seorang pembantu di rumahku. Wulan, gadis asal bali yang usianya baru 13 tahun ini, sejak hari itu, telah terdaftar dalam catatan nafsu harianku. Sungguh,baru saat itulah aku menyadari, kakinya yang membunting padi, pinggang rampingnya dengan pinggul yang besar, sepadan dengan pantatnya yang sekal. Kualihkan tatapanku kearah dadanya. Dada itu, menyiratkan kegairahan yang teramat sangat pada kedua pucuk-pucuk putingnya. Aku yakin, payudara wulan yang berukuran 34 C itu akan mampu membuat setiap penis memuntahkan lahar, saat terjepit dan teraduk-aduk ditengahnya. Dengan tinggi kurang lebih 158cm, posturnya yang agak pendek, semakin menampakan kesintalah tubuhnya. Entah mengapa selama ini, aku tidak menyadari, bahwa di dalam rumahku, ada sesosok raga yang benar-benar mampu, memberikan kenikmatan dunia. Wulan saat itu mengenakan celana piyama tipis, berpadu dengan kaos ketat berwarna pink lembut, sangat serasi membalut tubuhnya yang kecoklatan, khas gadis-gadis Bali.
Aku Aris, sejak kecil hingga usiaku 26 tahun saat ini, telah tinggal di kota tua ini, kota Banjarmasin. Hingga sekarang pun, aku belum juga memutuskan untuk menikah, padahal, hampir semua teman-temanku sudah berkeluarga. Untuk aku, hidup harus benar-benar dinikmati saat sebelum memiliki istri dan anak-anak, dan karena itu juga, hingga saat ini, aku masih tinggal serumah dengan orang tuaku. Sejak dulu hingga sekarang, keluarga kami sudah memiliki kebiasaan untuk mempekerjakan seorang pembantu, yang pasti perempuan. Setiap pembantu yang satu berhenti, pasti akan dicari lagi pembantu yang baru. Dan inilah kisahku dengan wulan, pembantu rumah kami yang paling baru. Perawakannya kecil, dengan sikap periang yang kekanak-kanakan, aku jadi kurang tertarik padanya. Memang sebelumnya pun, tidak pernah ada pembantu yang membuatku tertarik, selain tua, rata-rata mereka kurang bisa bercanda. Namun yang satu ini beda, tingkahnya yang kekanak-kanakan , kadang terlalu manja, membuatku seringkali sebel dan kesel. Namun lama-kelamaan, keterbukaannya, membuatku merasa kehadiran wulan, bagaikan adikku sendiri. Aku sendiri masih pengangguran, sehingga otomatis, hari-hari banyak kuhabiskan di rumah, mengutak-ngatik motorku, atau mengarasement lagu, gini-gini, aku jago gitar lho…Kedua orang tuaku pun jarang di rumah, bisnis yang mereka miliki, mengharuskan mereka untuk pergi pagi, dan pulang ketika larut malam, dan aku maklum saja dengan apa yang mereka kerjakan.
Hari itu, hari selasa tepatnya, aku baru pulang dari membeli beberapa onderdil untuk motorku, di depan pintu aku teriak memanggil-manggil wulan agar dia membukakan pintu yang dikunci dari dalam. Hingga hampir 15 menit berlalu, wulan juga tidak kunjung datang. Merasa khawatir, akupun melompati tembok samping setinggi 1,5 meter lalu melompat ke lantai dua. Di beranda lantai dua, aku masuk lewat jendela kamarku yang memang jika siang, tidak pernah ku tutup. Akupun kemudian turun, dan mencoba mencari-cari wulan, pembantuku itu. Hingga di pelataran belakang, tempat jemuran, aku melihat dia sedang tertidur di atas bale-bale, belakang rumah kami. Rupanya setelah bekerja seharian, dia tidak sadar duduk, lalu terlelap. Tiba-tiba niat jahilku muncul. . aku ingin mengejutkannya, dengan pelan-pelan, aku mengendap ke arahnya, ketika sudah dekat, aku jongkok di depan bale bambu tersebut. Sambil mengenakan kain seprei yang baru kering untuk menutup wajah dan tubuhku, aku berteriak. .
“Hoooaaahhaahahaha………. ”
Wulan yang terkejut, langsung bangun dan lari, sambil berteriak-teriak minta tolong. Akupun mengejarnya, sampai akhirnya, dia sadar, jika yang sedang mengejarnya itu aku, anak majikannya. Maka dengan sikap wajah yang di buat-buat cemberut dia memukul-mukul tubuhku, aku hanya bisa sambil tertawa menahan pukulannya, sampai saat langkahnya terseret kain seprei yang aku pegang. Tubuh wulan limbung, saat itulah, aku mencoba menangkapnya dari belakang, dan tanpa sengaja, tanganku memegang dadanya. Itulah saat pertama aku merasakan, kalau dada anak 13 tahun ini, sudah lumayan besar, bahkan mungkin besar sebelum waktunya. Kami terdiam untuk beberapa saat, dan sesudah itu saling menjauh, sambil sama-sama tertawa terbahak-bahak. .
Kian hari, sikap manja yang di tunjukannya semakin menjadi-jadi, akupun semakin memperhatikan fisik Wulan, yang ternyata, tidaklah jelek. Wjahnya manis, rambutnya ikal sepundak, aluran bulu-bulu halus di pipi dan tengkuknya, serta sayu tatapannya, menunjukan betapa binal sikap gadis ini jika di ranjang. Hingga pada suatu hari, hari kamis pagi. . Aku baru saja bangun, rumah sepi. . aku berjalan ke dapur mencari makanan yang bisa ku makan. Tanpa sengaja tatapan mataku melewati pintu pelataran belakang yang berhadapan langsung dengan pintu wc dan kamar mandi untuk pembantu. Saat itu, aku melihat wulan sedang jongkok, pipis, tanpa menutup kamar mandinya. Mungkin dia mengira aku bangun siang, sehingga tidak terlalu khawatir untuk menutup kamar mandi. Sekilas aku melihat memek wulan yang belum terlalu banyak di tumbuhi bulu-bulu. Memek itu berwarna merah muda, sangat kontras dengan paha dan betisnya yang kecoklatan. Aku menelan ludah, namun tidak berapa lama, wulan sadar kalau aku memperhatikannya, dengan berteriak dia minta aku untuk menjauh sambil menutup daerah kemaluannya dengan gayung. Aku pun pergi sambil berteriak kalau lain kali pintunya tidak ditutup, maka aku yang akan cebokin dia waktu kencing. Sejak saat itu, pandangan ku terhadap wulan jadi berbeda. Memang, aku sudah sering melihat memek-memek milik pacarku ataupun ladies-ladies yang pernah aku tiduri. Tapi kali ini berbeda, sensasi yang di timbulkannya membuat aku selalu terkenang dan terbayang. Wulan pun kian bersikap manja dan semakin berani memelukku. Katanya, aku ini sudah seperti kakaknya. Akupun hanya mesem-mesem saja saat dadanya menyentuh lenganku, atau ketika pagi ini, aku bangun dan dia memelukku. .
“selamat pagi kaaaaakkk…. . ” katanya manja
“selamat pagi wulan…. ” Balasku
Memang, aku selalu membiarkannya berlaku seperti itu, karena jujur, aku menikmatinya. Sesungguhnya dalam hatiku, aku ingin lebih dari sekedar ini, aku ingin wulan menyentuh kontolku. Dan jika mungkin, aku ingin menikmati tubuh wulan dalam setiap posisi, tanpa harus menjadi pasangan (pacar/suami) nya. Namun aku belum memiliki keberanian yang cukup, hingga tibalah hari itu….
“wulaaaann……. Kamu dimana?” aku mencari-cari wulan karena mau minta dikerokin, setelah malam tadi, aku semalaman begadang sama temen-temen ku.
Kucari-cari, tetap wulan tak kutemukan. Aku m*****kah menuju kamar mandinya, dan aku terkejut, melihat wulan pipis, dan lagi-lagi lupa untuk menutup pintu kamar mandinya.
“Wulaaaaannnnn…. ” Aku berteriak
“maaf kak, maa…aaafff……” pucat wajah wulan sambil berdiri, mencoba untuk menutup pintu kamar mandi.
“Aku khan sudah bilang, kalau mau pipis, pintu kamar mandi nya harus ditutup. . !!”
“iya kak, tapi wulan pikir, kakak tidur sampai sore…” jawabnya masih dalam kondisi tanpa celana, hanya mengenakan kaos warna pink. .
Aku memperhatikan tubuh Wulan dengan seksama, dari atas kepala hingga kakinya. Dan saat itu, aku tidak mampu lagi membendung nafsu birahiku yang sudah sampai di ubun-ubun.
“supaya kamu ingat dan tidak lupa lagi, sini! Biar kakak yang cebokin kamu…”
“jangan kak, jangan, iya, wulan janji, lain kali tidak akan lupa lagi…” dengan memelas wulan mencoba menutup pintu kamar mandi yang segera kutahan dengan kakiku.
“tidak bisa. . wulan itu harus diberi pelajaran…”akupun masuk mendekatinya.
“jongkok. . !” kataku, diapun nurut, kemudian jongkok. Aku menyusulnya, ikutan jongkok di belakang wulan
“sini kakak cebokin…. . ” aku mengambil gayung, dan langsung menyiram bagian bawah wulan yang terbuka. Tangan kiriku bergerak maju dan mengusap-usap memek wulan.
“ihhhh…. Kaaakkk… udahhhh… geliiiiiii……. . ” wulan mendesah saat memeknya tersentuh tanganku. .
Beberapa kali aku mencebokinya, hingga akhirnya wulan berdiri. .
“udah ah kak. . udah bersih. . wulan gak akan lupa lagi, jani…”
“ya sudah, sekarang wulan Bantu kakak dong… kakak mau minta tolong di kerok nih… masuk angin…”
“yeeeee…… kakak tu gitu, habis ngerjain orang, pasti minta-minta tolong…. ” Ujar wulan manja. “sini wulan kerokin sampai bengkak…”katanya sambil menarik tanganku menuju bale bambu di pelataran belakang. Aku membuka bajuku dan mulai rebahan disana. Dengan terampil tangannya mulai mengerik punggungku pake koin berikut balsemnya.
Sambil rebahan, aku bertanya sama wulan
“wulan, kerasan gak kerja disini?”
“iya kak, wulan seneng banget kerja disini, karena bisa punya kakak yang baik, yang pinter main gitar. . wulan seneng banget…” sahut wulan
“eh. . wulan…”aku ingin mengatakan sesuatu, tapi ragu. .
“apa kak?”
“mmmmm………”
“ayo kak, bilang aja…. ” Kata wulan memaksa
“mmmm, tadi waktu wulan kakak cebokin, apa yang wulan rasain…?” pancingku.
“apa ya? Geli kak…. Emang napa sih, kakak tanya2?”
“nggak, Cuma kakak jadi suka banget megang-megang itunya wulan. . ”
“kakak ihhhh……. ” Wulan mencubit pinggangku, aku hanya meringis kesakitan
“gini, kalau missal boleh…” dengan agak takut aku mengungkapkan, “ boleh gak, kalau wulan ngerokin kakak, sambil duduk di pinggang kakak tapi gak usah pake celana…?”
“kakak… koq gitu? Wulan kan malu. . “
“masa sih sama kakak sendiri, wulan harus malu…” rayuku “kan kakak jadi seneng dan bahagia. . wulan mau dong bikin kakak senang dan bahagia…?”
“mmmhh, tapi bentar aja ya kak…” akhirnya wulan bersedia… “horeeeeee…” batinku berteriak kegirangan.
Meskipun sedikit ragu dan malu, Wulan menuruti dan menanggalkan celananya. Sambil meletakkan pantatnya di atas pinggangku, gadis itu mulai menggoresi punggungku dengan uang logam ditangannya. 15 menit berlalu, punggungku sudah selesai di kerik, sekarang bagian dadaku. Penisku bangun dan tertahan di balik celana pendekku. Akupun berbalik telentang menghadap wulan, hingga posisi wulan menduduki s*****kanganku. Dari guratan wajahnya, aku sangat yakin, Wulan merasakan tonjolan penisku di s*****kangannya. Namun aku tetap diam dan memintanya meneruskan kerikannya di dadaku.
“Pinter banget kamu ngerik, belajar dimana wulan?” kataku sambil membelai kedua pahanya yang terbuka. .
“kak, wulan koq ngerasa aneh ya…” wulan tidak menjawab pertanyaanku, bahkan terkesan tidak menangkap pembicaraanku. Aku yang mengerti dengan apa yang dia rasakan, semakin memberikan rangsangan melewati sentuhan-sentuhan di kedua kakinya.
“aneh kenapa wulan?” tanyaku
“wulan ngerasa sayaaaang banget sama kakak. . wulan jadi gak pengen jauh-jauh dari kakak…” jawabnya lugu.
“lho. . itu kan wajar, kan wulan udah kayak adik sendiri buat kakak… lagian, kakak kan udah punya pacar, jadi yang masih kosong ya. . lowongan buat posisi adik…” sahutku dengan tujuan memberikan pengertian jika terjadi sesuatu, maka bukan atas dasar hubungan pasangan…
“iya ya kak…. ” Wulan terdiam… Perlahan-lahan, aku menggoyang-goyangkan pantatku maju mundur, hingga kemaluan kami saling bergesekan.
“kak……”wulan memanggilku, aku menatap wajahnya… Astaga…. Rona merah pipinya berpadu dengan sayu matanya sungguh-sungguh menunjukan bahwa gadis 13 tahun ini sedang dilanda birahi yang sangat tinggi. Aku semakin liar memaju mundurkan pahanya dengan kedua tanganku. Pelan namun pasti, Wulan semakin menunduk dan bergoyang semakin cepat.
“wulan, kalau panas, copot aja kaosnya…” kataku. .
“iya kak, panas banget…. ” Sambil tangannya membuka kaos nya. Tanganku tidak tinggal diam, ditengah kegalauan birahi Wulan, aku menggeser tanganku ke pundaknya, hingga menemukan pengait BH milik Wulan, dan dalam sekejap, terlepaslah dua buah dadanya. Aku bangun, dan memposisikan tubuhku duduk di bawah Wulan yang menghadapku. Dengan lembut, aku mulai menyapukan lidahku di belahan dadanya. Namun ku hindari untuk menyentuh kedua putingnya, dengan maksud, biar Wulan sendiri yang nanti memintaku untuk menjilati pucuk-pucuk di dada besarnya itu.
“mmmhh… kak, koq jadi begini…. . ?”
“gak apa-apa dik, lagian Wulan enak kan?”
“mmhh…. kak, enaaak. . apalagi kayaknya, kalau kakak… kakkkaakk ciumin pentil nya, pasti tambah enaaaaak…. . ” pinta Wulan
Aku hanya berputar-putar di pangkal buah dadanya, hingga seperti kehilangan kesadaran, Wulan menangkap wajahku, dan mengarahkan jilatanku ke putingnya, OK Wulan, seperti yang kamu minta. . Maka dengan rakus, aku gigit putingnya, bergantian kiri dan kanan, hingga membuat Wulan seperti kesetanan. Tubuh sintalnya yang telanjang memeluk tubuhku, dadanya menghimpit wajahku, dan pantatnya menggial kemaluanku yang masih tertutup celana pendek. Aku terus mengulum dadanya bergantian, kedua tanganku meremas pantatnya sambil sesekali, lewat belakang, menyentuh pinggir kemaluannya. Hingga ketika aku menggigit putingnya gemas, Wulan tiba-tiba terdiam, dan dengan kuat memelukku, pahanya menjepit pingganggku.
“mmmhhh…. kaakk…  aduh. . Wulan kenapa ini? Aduh kak, Wulan pipis, gak behenti-berhenti… adduuh kaakk…. . aduh……” tergial-gial tubuh Wulan sambil memeluku. Aku tidak pernah menyangka, ternyata begitu dahsyat orgasme yang Wulan rasakan. Ada sekitar 1 menit Wulan terus meringkih, hingga akhirnya dia tertunduk lemas. .
“kak, ada apa ini? Koq Wulan jadi kesetrum? Kakak apain Wulan? “ kesadarannya mulai pulih, dengan panic dia mencoba mencari tahu apa yang baru saja terjadi pada tubuhnya.
“tenang dede sayang. . itu namanya Wulan orgasme, saat dimana seorang cewe, mendapatkan kenikmatan dalam bercinta…. Wulan gak nyesel khan? Khan Wulan bercinta sama kakak, orang yang wulan sayang…. ” Sahutku
“iya kak, wulan gak nyesel. . wulan senang bisa bikin kakak bah…mmmhhh…”aku langsung menyerbu bibir Wulan dengan bibirku, kuciumi hingga air liur kami menetes di dada dan tubuh kami. Lidahnya kutarik dengan lidahku, ku bekap mulutnya. . dan Sambil berciuman, ku gosok jari-jari tangan kiriku di memeknya. Di bagian atas, ku temukan seonggok daging sebesar kacang kedelai, dan ku berikan tekanan lembut dengan jari tengahku. Wulan menggoyang pinggulnya, kembali dia mendesis dan melenguh tertahan. Tidak sampai 3 menit kemudian, pahanya kembali mengapit pinggangku, dan dengan agak berteriak, tubuh Wulan bergetar-getar, menyambut orgasmenya yang kedua. Kali ini bahkan lebih hebat dari yang pertama, hingga ada cairan yang muncrat dari dalam kemaluannya. Memang hebat Wulan ku ini.
Dengan tidak sabaran, aku meloloskan pantatku dari pahanya, ku buka celana pendekku, penisku yang sudah tegang, mengacung kea rah Wulan, agak terbeliak dia melihat penisku. Kurebahkan tubuh Wulan di kursi bambu yang agak panjang, ku gocekkan penisku didepan memeknya, kadang menyentuh itilnya yang semakin mengeras. Dan sesaat sebelum tubuh Wulan melengkung kebelakang, kupukul-pukulkan penisku tepat di itil miliknya, hingga dengan sekejap, meloncatlah kenikmatan beribu ampun yang dirasakannya, membuat sekali lagi Wulan terdiam menggeletar, bibirnya hanya bisa membuka dan menutup perlahan, hingga tubuhnya kembali lemas dalam pelukanku.
Ditengah ketidaksadaran Wulan, aku mulai memposisikan penisku tepat di depan liang kenikmatannya. Perlahan-lahan, aku masukan ke dalam, baru mencapai seperempatnya, Wulan sudah memelukku dengan kuat, karena rasa ngilu di bagian selaput keperawanannya. Aku terus memaju mundurkan penisku dengan perlahan, Wulan semakin keras berteriak kesakitan. Hingga dengan segenap kekuatan, kudorong dinding penghalang itu, dan Wulan pun terdiam, merasakan pedih di s*****kangannya. Aku pun diam, mengerti bahwa Wulan memerlukan waktu untuk beradaptasi dengan penisku. Aku hanya memeluknya sambil mencucup-cucup susunya yang bergantung manja. Dipahanya kulihat darah segar menetes, menandakan prawannya telah kunodai.
Beberapa saat kemudian, aku mulai beraksi, mulai ku kedutkan penisku, membuat tubuhnya terlonjak merasakan ngilu. Aku maju mundurkan perlahan, semakin lama semakin cepat. Begitupun dengan Wulan, hilang sudah perih pada memeknya, berganti dengan rasa gatal dan letup-letup ingin di gesek lebih cepat dan dalam. Hingga sekali lagi, saraf-saraf di memeknya berkedut dan berkumpul, memusatkan kenikmatan pada pangkal paha, menjalar ke atas, dan berakhir di seluruh tubuh Wulan. Wulan bergetar, wulan tergial, namun tetap bergoyang. Aku yang merasa lelah, mencoba untuk mendudukan Wulan di atas posisiku yang juga duduk. Sambil penisku masuk kedalam memeknya, kami duduk dalam posisi berhadap-hadapan. Wulan kembali menggeliat saat ujung kepala penisku menyentuh dasar liang kenikmatannya. Dengan dibantu jari tangan kanan, aku menggoyang tubuhnya sambil memainkan itil di s*****kangannya. Mulutku terus mengerjai susu besarnya sebelah kanan sambil tanganku yang kiri meremas susunya yang satu. Wulan semakin larut dalam kenikmatan, dan diiringi lengkingan syahwat yang panjang, tubuhnya terlonjak-lonjak di atas pangkuanku, merasakan nikmat orgasme yang kesekian kalinya. Aku terus menerus menggoyang dan menggial memeknya hingga Wulan mendapatkan orgasme berkesinambungan, seolah terjadi tanpa henti selama hampir 5 menit. . Selama itu pula tubuh wulan mengejang, dan mulutnya terbuka tanpa mampu mengeluarkan suara. . Saat masa orgasmenya memudar, aku mencabut penisku, dan mulai memasukan tanganku ke dalam memeknya, jariku mencari-cari sesuatu di bagian atasnya, hingga kutemukan bagian yang agak kasar dan menonjol. Sekali lagi ku berikan tekanan yang kuat beberapa kali, hingga Wulan berteriak-teriak setiap kali dari dalam lubang kenikmatannya keluar cairan dengan deras. .
“aauuuuhh…. Aikhhhh…. Khaaak. . Koq Wulan gak berenti-berenti pipis sich… Aikhhhh… Wulan cape, tapi enak…. Terushh kakk… Auuhhh…… . Awwhhh………”
Sambil menikmati lentingan-lentingan pantatnya di tanganku, aku menurunkan wajahku, lalu membekap memeknya dengan mulut. Tak lupa ku berikan tekanan di itilnya dengan lidah iiringi gerakan kecil disana. Wulan semakin menghentak-hentak, tubuhnya semakin basah bermandi keringat yang mengucur dengan deras, namun aku tak perduli. Aku ingin agar hari ini kami bisa menikmati percintaan ini dengan segenap jiwa dan raga.
Hingga habis cairan dari memek Wulan, aku kembali duduk, dan kuminta Wulan duduk kembali di atasku. Dengan setengah sadar, tubuh gontai Wulan menaiki tubuhku, namun ketika baru kepala penisku mengenai bibir memeknya, Wulan kembali berteriak, ternyata multiorgasme yang dirasakannya belum berakhir, hingga betapa peka kemaluan gadis 13 tahun itu. Aku menarik pinggang Wulan ke atas, lalu mendorong sebuah bantal empuk ke bawah pantat Wulan, membuat tubuh telanjang gadis itu agak melengkung karena pantatnya diganjal bantal. Tanpa basa-basi kembali kutindih tubuh montok Wulan, dan kembali kutancapkan kejantananku dalam liang kemaluan gadis itu. Dengan posisi pantat terganjal, klentit Wulan yang peka menjadi sedikit mendongak. Sehingga ketika aku kembali melanjutkan tusukanku, gadis itu tergelinjang dan terpekik merasakan sensasi yang bahkan lebih nikmat lagi dari yang barusan.
"Mau terus apa brenti?" godaku.
"Aii. . iih. . ! He. . eh. . ! Terus kaakk. . ! Enak. . ! Enak. . ! Aahh. . Aii. . iik. . !"
Tubuh Wulan yang sintal montok menggiurkan tergelinjang-gelinjang dengan nikmat dengan nafas tersengal-sengal diantara pekikan-pekikan manjanya.
"Ooo. . ohh. . ! Kaaakkkkkk. . , Wulaaaannnn pengen pipis. . lagii. . iih. . !"
"Yang ini ditahan dulu. . ! Tahan!"
"Aa. . aak. . ! Ampuu. . unnhh. . ! Wulaaaan nggak kuat. . kakk. . !"
Seiring pekikan manjanya, tubuh gadis itu tergeliat-geliat di atas ranjang empuk.
Pekikan manja Wulan semakin keras setiap kali tubuh telanjangnya tergerinjal saat kusodok dasar liang kegadisannya, membuat kedua pahanya tersentak mengangkang semakin lebar, semakin mempermudah aku menikmati tubuh perawannya.
Hingga akhirnya, kurasakan desiran lahar di dalam penisku. . Tubuh wulan semakin ku genjot dengan kencang, hingga matanya membalik ke atas. . mulutnya hanya berdesis kecil, tak mampu lagi mengeluarkan kata atau teriakan. . Dan dengan segenap tenaga, kutekan pantatku, dan kukeluarkan semprotan lahar kenikmatanku di dalam memeknya. Mendapat semprotan seperti itu, dan dengan keadaan memeknya yang kian peka, membuat Wulan kembali ke puncak ke nikmatan, hingga tubuhnya kembali juga menggelepar melengkung dalam pelukanku. Di ujung sensasi itu, Wulan berteriak pilu menahan ngilu di s*****kangannya…….
“Auuuuuhhhh…. . kaakkk…. Cape, ngilu… ngilu… ngiluuuuu………kak… “
Kubiarkan Wulan hingga tenang, sambil ku peluk mesra. . Ku hisap putingnya, menyempurnakan kenikmatan kami, dan dia tertidur di pelukanku. Sore hari sekitar jam 4 kami terbangun, aku kembali membekap payudara indah miliknya, hingga ia kembali terangsang, dan kami mengulang lagi kenikmatan itu sampai petang…


TAMAT