Wulan, pembantu multiorgasme
Hari itu, untuk pertama kalinya, sepanjang sejarah
hidupku, aku melihat sisi yang berbeda dari seorang pembantu di rumahku. Wulan, gadis asal bali yang usianya baru 13
tahun ini, sejak hari itu, telah terdaftar dalam catatan nafsu harianku. Sungguh,baru saat itulah aku menyadari,
kakinya yang membunting padi, pinggang rampingnya dengan pinggul yang besar,
sepadan dengan pantatnya yang sekal. Kualihkan tatapanku kearah dadanya. Dada itu, menyiratkan kegairahan yang teramat
sangat pada kedua pucuk-pucuk putingnya. Aku yakin, payudara wulan yang berukuran 34 C
itu akan mampu membuat setiap penis memuntahkan lahar, saat terjepit dan
teraduk-aduk ditengahnya. Dengan tinggi
kurang lebih 158cm, posturnya yang agak pendek, semakin menampakan kesintalah
tubuhnya. Entah mengapa selama ini, aku
tidak menyadari, bahwa di dalam rumahku, ada sesosok raga yang benar-benar
mampu, memberikan kenikmatan dunia. Wulan saat itu mengenakan celana piyama tipis,
berpadu dengan kaos ketat berwarna pink lembut, sangat serasi membalut tubuhnya
yang kecoklatan, khas gadis-gadis Bali.
Aku Aris, sejak kecil hingga usiaku 26 tahun saat ini, telah tinggal di kota
tua ini, kota Banjarmasin. Hingga
sekarang pun, aku belum juga memutuskan untuk menikah, padahal, hampir semua
teman-temanku sudah berkeluarga. Untuk
aku, hidup harus benar-benar dinikmati saat sebelum memiliki istri dan
anak-anak, dan karena itu juga, hingga saat ini, aku masih tinggal serumah
dengan orang tuaku. Sejak dulu hingga
sekarang, keluarga kami sudah memiliki kebiasaan untuk mempekerjakan seorang
pembantu, yang pasti perempuan. Setiap
pembantu yang satu berhenti, pasti akan dicari lagi pembantu yang baru. Dan inilah kisahku dengan wulan, pembantu
rumah kami yang paling baru. Perawakannya kecil, dengan sikap periang yang
kekanak-kanakan, aku jadi kurang tertarik padanya. Memang sebelumnya pun, tidak pernah ada
pembantu yang membuatku tertarik, selain tua, rata-rata mereka kurang bisa
bercanda. Namun yang satu ini beda,
tingkahnya yang kekanak-kanakan , kadang terlalu manja, membuatku seringkali
sebel dan kesel. Namun lama-kelamaan,
keterbukaannya, membuatku merasa kehadiran wulan, bagaikan adikku sendiri. Aku sendiri masih pengangguran, sehingga
otomatis, hari-hari banyak kuhabiskan di rumah, mengutak-ngatik motorku, atau
mengarasement lagu, gini-gini, aku jago gitar lho…Kedua orang tuaku pun jarang
di rumah, bisnis yang mereka miliki, mengharuskan mereka untuk pergi pagi, dan
pulang ketika larut malam, dan aku maklum saja dengan apa yang mereka kerjakan.
Hari itu, hari selasa tepatnya, aku baru pulang dari membeli beberapa onderdil
untuk motorku, di depan pintu aku teriak memanggil-manggil wulan agar dia
membukakan pintu yang dikunci dari dalam. Hingga hampir 15 menit berlalu, wulan juga
tidak kunjung datang. Merasa khawatir,
akupun melompati tembok samping setinggi 1,5 meter lalu melompat ke lantai dua.
Di beranda lantai dua, aku masuk lewat
jendela kamarku yang memang jika siang, tidak pernah ku tutup. Akupun kemudian turun, dan mencoba
mencari-cari wulan, pembantuku itu. Hingga di pelataran belakang, tempat jemuran,
aku melihat dia sedang tertidur di atas bale-bale, belakang rumah kami. Rupanya setelah bekerja seharian, dia tidak
sadar duduk, lalu terlelap. Tiba-tiba
niat jahilku muncul. . aku ingin
mengejutkannya, dengan pelan-pelan, aku mengendap ke arahnya, ketika sudah
dekat, aku jongkok di depan bale bambu tersebut. Sambil mengenakan kain seprei yang baru kering
untuk menutup wajah dan tubuhku, aku berteriak. .
“Hoooaaahhaahahaha………. ”
Wulan yang terkejut, langsung bangun dan lari, sambil berteriak-teriak minta
tolong. Akupun mengejarnya, sampai
akhirnya, dia sadar, jika yang sedang mengejarnya itu aku, anak majikannya. Maka dengan sikap wajah yang di buat-buat
cemberut dia memukul-mukul tubuhku, aku hanya bisa sambil tertawa menahan
pukulannya, sampai saat langkahnya terseret kain seprei yang aku pegang. Tubuh wulan limbung, saat itulah, aku mencoba
menangkapnya dari belakang, dan tanpa sengaja, tanganku memegang dadanya. Itulah saat pertama aku merasakan, kalau dada
anak 13 tahun ini, sudah lumayan besar, bahkan mungkin besar sebelum waktunya. Kami terdiam untuk beberapa saat, dan sesudah
itu saling menjauh, sambil sama-sama tertawa terbahak-bahak. .
Kian hari, sikap manja yang di tunjukannya semakin menjadi-jadi, akupun semakin
memperhatikan fisik Wulan, yang ternyata, tidaklah jelek. Wjahnya manis, rambutnya ikal sepundak, aluran
bulu-bulu halus di pipi dan tengkuknya, serta sayu tatapannya, menunjukan
betapa binal sikap gadis ini jika di ranjang. Hingga pada suatu hari, hari kamis pagi. . Aku baru saja bangun, rumah sepi. . aku berjalan ke dapur mencari makanan yang
bisa ku makan. Tanpa sengaja tatapan
mataku melewati pintu pelataran belakang yang berhadapan langsung dengan pintu
wc dan kamar mandi untuk pembantu. Saat
itu, aku melihat wulan sedang jongkok, pipis, tanpa menutup kamar mandinya. Mungkin dia mengira aku bangun siang, sehingga
tidak terlalu khawatir untuk menutup kamar mandi. Sekilas aku melihat memek wulan yang belum
terlalu banyak di tumbuhi bulu-bulu. Memek itu berwarna merah muda, sangat kontras
dengan paha dan betisnya yang kecoklatan. Aku menelan ludah, namun tidak berapa lama,
wulan sadar kalau aku memperhatikannya, dengan berteriak dia minta aku untuk
menjauh sambil menutup daerah kemaluannya dengan gayung. Aku pun pergi sambil berteriak kalau lain kali
pintunya tidak ditutup, maka aku yang akan cebokin dia waktu kencing. Sejak saat itu, pandangan ku terhadap wulan
jadi berbeda. Memang, aku sudah sering
melihat memek-memek milik pacarku ataupun ladies-ladies yang pernah aku tiduri.
Tapi kali ini berbeda, sensasi yang di
timbulkannya membuat aku selalu terkenang dan terbayang. Wulan pun kian bersikap manja dan semakin
berani memelukku. Katanya, aku ini sudah
seperti kakaknya. Akupun hanya
mesem-mesem saja saat dadanya menyentuh lenganku, atau ketika pagi ini, aku
bangun dan dia memelukku. .
“selamat pagi kaaaaakkk…. . ” katanya manja
“selamat pagi wulan…. ” Balasku
Memang, aku selalu membiarkannya berlaku seperti itu, karena jujur, aku
menikmatinya. Sesungguhnya dalam hatiku,
aku ingin lebih dari sekedar ini, aku ingin wulan menyentuh kontolku. Dan jika mungkin, aku ingin menikmati tubuh
wulan dalam setiap posisi, tanpa harus menjadi pasangan (pacar/suami) nya. Namun aku belum memiliki keberanian yang
cukup, hingga tibalah hari itu….
“wulaaaann……. Kamu dimana?” aku
mencari-cari wulan karena mau minta dikerokin, setelah malam tadi, aku
semalaman begadang sama temen-temen ku.
Kucari-cari, tetap wulan tak kutemukan. Aku m*****kah menuju kamar mandinya, dan aku
terkejut, melihat wulan pipis, dan lagi-lagi lupa untuk menutup pintu kamar
mandinya.
“Wulaaaaannnnn…. ” Aku berteriak
“maaf kak, maa…aaafff……” pucat wajah wulan sambil berdiri, mencoba untuk
menutup pintu kamar mandi.
“Aku khan sudah bilang, kalau mau pipis, pintu kamar mandi nya harus ditutup. .
!!”
“iya kak, tapi wulan pikir, kakak tidur sampai sore…” jawabnya masih dalam
kondisi tanpa celana, hanya mengenakan kaos warna pink. .
Aku memperhatikan tubuh Wulan dengan seksama, dari atas kepala hingga kakinya. Dan saat itu, aku tidak mampu lagi membendung
nafsu birahiku yang sudah sampai di ubun-ubun.
“supaya kamu ingat dan tidak lupa lagi, sini! Biar kakak yang cebokin kamu…”
“jangan kak, jangan, iya, wulan janji, lain kali tidak akan lupa lagi…” dengan
memelas wulan mencoba menutup pintu kamar mandi yang segera kutahan dengan
kakiku.
“tidak bisa. . wulan itu harus diberi
pelajaran…”akupun masuk mendekatinya.
“jongkok. . !” kataku, diapun nurut, kemudian jongkok. Aku menyusulnya, ikutan jongkok di belakang
wulan
“sini kakak cebokin…. . ” aku mengambil gayung, dan langsung menyiram bagian
bawah wulan yang terbuka. Tangan kiriku
bergerak maju dan mengusap-usap memek wulan.
“ihhhh…. Kaaakkk… udahhhh… geliiiiiii…….
. ” wulan mendesah saat memeknya tersentuh tanganku. .
Beberapa kali aku mencebokinya, hingga akhirnya wulan berdiri. .
“udah ah kak. . udah bersih. . wulan gak akan lupa lagi, jani…”
“ya sudah, sekarang wulan Bantu kakak dong… kakak mau minta tolong di kerok
nih… masuk angin…”
“yeeeee…… kakak tu gitu, habis ngerjain orang, pasti minta-minta tolong…. ”
Ujar wulan manja. “sini wulan kerokin
sampai bengkak…”katanya sambil menarik tanganku menuju bale bambu di pelataran
belakang. Aku membuka bajuku dan mulai
rebahan disana. Dengan terampil
tangannya mulai mengerik punggungku pake koin berikut balsemnya.
Sambil rebahan, aku bertanya sama wulan
“wulan, kerasan gak kerja disini?”
“iya kak, wulan seneng banget kerja disini, karena bisa punya kakak yang baik,
yang pinter main gitar. . wulan seneng
banget…” sahut wulan
“eh. . wulan…”aku ingin mengatakan
sesuatu, tapi ragu. .
“apa kak?”
“mmmmm………”
“ayo kak, bilang aja…. ” Kata wulan memaksa
“mmmm, tadi waktu wulan kakak cebokin, apa yang wulan rasain…?” pancingku.
“apa ya? Geli kak…. Emang napa sih,
kakak tanya2?”
“nggak, Cuma kakak jadi suka banget megang-megang itunya wulan. . ”
“kakak ihhhh……. ” Wulan mencubit pinggangku, aku hanya meringis kesakitan
“gini, kalau missal boleh…” dengan agak takut aku mengungkapkan, “ boleh gak,
kalau wulan ngerokin kakak, sambil duduk di pinggang kakak tapi gak usah pake
celana…?”
“kakak… koq gitu? Wulan kan malu. . “
“masa sih sama kakak sendiri, wulan harus malu…” rayuku “kan kakak jadi seneng
dan bahagia. . wulan mau dong bikin
kakak senang dan bahagia…?”
“mmmhh, tapi bentar aja ya kak…” akhirnya wulan bersedia… “horeeeeee…” batinku
berteriak kegirangan.
Meskipun sedikit ragu dan malu, Wulan menuruti dan menanggalkan celananya. Sambil meletakkan pantatnya di atas
pinggangku, gadis itu mulai menggoresi punggungku dengan uang logam ditangannya.
15 menit berlalu, punggungku sudah
selesai di kerik, sekarang bagian dadaku. Penisku bangun dan tertahan di balik celana
pendekku. Akupun berbalik telentang
menghadap wulan, hingga posisi wulan menduduki s*****kanganku. Dari guratan wajahnya, aku sangat yakin, Wulan
merasakan tonjolan penisku di s*****kangannya. Namun aku tetap diam dan memintanya meneruskan
kerikannya di dadaku.
“Pinter banget kamu ngerik, belajar dimana wulan?” kataku sambil membelai kedua
pahanya yang terbuka. .
“kak, wulan koq ngerasa aneh ya…” wulan tidak menjawab pertanyaanku, bahkan
terkesan tidak menangkap pembicaraanku. Aku yang mengerti dengan apa yang dia rasakan,
semakin memberikan rangsangan melewati sentuhan-sentuhan di kedua kakinya.
“aneh kenapa wulan?” tanyaku
“wulan ngerasa sayaaaang banget sama kakak. . wulan jadi gak pengen jauh-jauh dari kakak…”
jawabnya lugu.
“lho. . itu kan wajar, kan wulan udah
kayak adik sendiri buat kakak… lagian, kakak kan udah punya pacar, jadi yang
masih kosong ya. . lowongan buat posisi
adik…” sahutku dengan tujuan memberikan pengertian jika terjadi sesuatu, maka
bukan atas dasar hubungan pasangan…
“iya ya kak…. ” Wulan terdiam… Perlahan-lahan, aku menggoyang-goyangkan
pantatku maju mundur, hingga kemaluan kami saling bergesekan.
“kak……”wulan memanggilku, aku menatap wajahnya… Astaga…. Rona merah pipinya berpadu dengan sayu matanya
sungguh-sungguh menunjukan bahwa gadis 13 tahun ini sedang dilanda birahi yang
sangat tinggi. Aku semakin liar memaju
mundurkan pahanya dengan kedua tanganku. Pelan namun pasti, Wulan semakin menunduk dan
bergoyang semakin cepat.
“wulan, kalau panas, copot aja kaosnya…” kataku. .
“iya kak, panas banget…. ” Sambil tangannya membuka kaos nya. Tanganku tidak tinggal diam, ditengah
kegalauan birahi Wulan, aku menggeser tanganku ke pundaknya, hingga menemukan
pengait BH milik Wulan, dan dalam sekejap, terlepaslah dua buah dadanya. Aku bangun, dan memposisikan tubuhku duduk di
bawah Wulan yang menghadapku. Dengan
lembut, aku mulai menyapukan lidahku di belahan dadanya. Namun ku hindari untuk menyentuh kedua
putingnya, dengan maksud, biar Wulan sendiri yang nanti memintaku untuk
menjilati pucuk-pucuk di dada besarnya itu.
“mmmhh… kak, koq jadi begini…. . ?”
“gak apa-apa dik, lagian Wulan enak kan?”
“mmhh…. kak, enaaak. . apalagi kayaknya, kalau kakak… kakkkaakk
ciumin pentil nya, pasti tambah enaaaaak…. . ” pinta Wulan
Aku hanya berputar-putar di pangkal buah dadanya, hingga seperti kehilangan
kesadaran, Wulan menangkap wajahku, dan mengarahkan jilatanku ke putingnya, OK
Wulan, seperti yang kamu minta. . Maka
dengan rakus, aku gigit putingnya, bergantian kiri dan kanan, hingga membuat
Wulan seperti kesetanan. Tubuh sintalnya
yang telanjang memeluk tubuhku, dadanya menghimpit wajahku, dan pantatnya
menggial kemaluanku yang masih tertutup celana pendek. Aku terus mengulum dadanya bergantian, kedua
tanganku meremas pantatnya sambil sesekali, lewat belakang, menyentuh pinggir
kemaluannya. Hingga ketika aku menggigit
putingnya gemas, Wulan tiba-tiba terdiam, dan dengan kuat memelukku, pahanya
menjepit pingganggku.
“mmmhhh…. kaakk… aduh. . Wulan kenapa ini? Aduh kak, Wulan pipis, gak
behenti-berhenti… adduuh kaakk…. . aduh……” tergial-gial tubuh Wulan sambil
memeluku. Aku tidak pernah menyangka,
ternyata begitu dahsyat orgasme yang Wulan rasakan. Ada sekitar 1 menit Wulan terus meringkih,
hingga akhirnya dia tertunduk lemas. .
“kak, ada apa ini? Koq Wulan jadi kesetrum? Kakak apain Wulan? “ kesadarannya
mulai pulih, dengan panic dia mencoba mencari tahu apa yang baru saja terjadi
pada tubuhnya.
“tenang dede sayang. . itu namanya Wulan
orgasme, saat dimana seorang cewe, mendapatkan kenikmatan dalam bercinta…. Wulan gak nyesel khan? Khan Wulan bercinta
sama kakak, orang yang wulan sayang…. ” Sahutku
“iya kak, wulan gak nyesel. . wulan
senang bisa bikin kakak bah…mmmhhh…”aku langsung menyerbu bibir Wulan dengan
bibirku, kuciumi hingga air liur kami menetes di dada dan tubuh kami. Lidahnya kutarik dengan lidahku, ku bekap
mulutnya. . dan Sambil berciuman, ku
gosok jari-jari tangan kiriku di memeknya. Di bagian atas, ku temukan seonggok daging
sebesar kacang kedelai, dan ku berikan tekanan lembut dengan jari tengahku. Wulan menggoyang pinggulnya, kembali dia
mendesis dan melenguh tertahan. Tidak
sampai 3 menit kemudian, pahanya kembali mengapit pinggangku, dan dengan agak
berteriak, tubuh Wulan bergetar-getar, menyambut orgasmenya yang kedua. Kali ini bahkan lebih hebat dari yang pertama,
hingga ada cairan yang muncrat dari dalam kemaluannya. Memang hebat Wulan ku ini.
Dengan tidak sabaran, aku meloloskan pantatku dari pahanya, ku buka celana
pendekku, penisku yang sudah tegang, mengacung kea rah Wulan, agak terbeliak
dia melihat penisku. Kurebahkan tubuh
Wulan di kursi bambu yang agak panjang, ku gocekkan penisku didepan memeknya,
kadang menyentuh itilnya yang semakin mengeras. Dan sesaat sebelum tubuh Wulan melengkung
kebelakang, kupukul-pukulkan penisku tepat di itil miliknya, hingga dengan
sekejap, meloncatlah kenikmatan beribu ampun yang dirasakannya, membuat sekali
lagi Wulan terdiam menggeletar, bibirnya hanya bisa membuka dan menutup
perlahan, hingga tubuhnya kembali lemas dalam pelukanku.
Ditengah ketidaksadaran Wulan, aku mulai memposisikan penisku tepat di depan
liang kenikmatannya. Perlahan-lahan, aku
masukan ke dalam, baru mencapai seperempatnya, Wulan sudah memelukku dengan
kuat, karena rasa ngilu di bagian selaput keperawanannya. Aku terus memaju mundurkan penisku dengan
perlahan, Wulan semakin keras berteriak kesakitan. Hingga dengan segenap kekuatan, kudorong
dinding penghalang itu, dan Wulan pun terdiam, merasakan pedih di
s*****kangannya. Aku pun diam, mengerti
bahwa Wulan memerlukan waktu untuk beradaptasi dengan penisku. Aku hanya memeluknya sambil mencucup-cucup
susunya yang bergantung manja. Dipahanya
kulihat darah segar menetes, menandakan prawannya telah kunodai.
Beberapa saat kemudian, aku mulai beraksi, mulai ku kedutkan penisku, membuat
tubuhnya terlonjak merasakan ngilu. Aku
maju mundurkan perlahan, semakin lama semakin cepat. Begitupun dengan Wulan, hilang sudah perih
pada memeknya, berganti dengan rasa gatal dan letup-letup ingin di gesek lebih
cepat dan dalam. Hingga sekali lagi,
saraf-saraf di memeknya berkedut dan berkumpul, memusatkan kenikmatan pada
pangkal paha, menjalar ke atas, dan berakhir di seluruh tubuh Wulan. Wulan bergetar, wulan tergial, namun tetap
bergoyang. Aku yang merasa lelah,
mencoba untuk mendudukan Wulan di atas posisiku yang juga duduk. Sambil penisku masuk kedalam memeknya, kami
duduk dalam posisi berhadap-hadapan. Wulan kembali menggeliat saat ujung kepala
penisku menyentuh dasar liang kenikmatannya. Dengan dibantu jari tangan kanan, aku
menggoyang tubuhnya sambil memainkan itil di s*****kangannya. Mulutku terus mengerjai susu besarnya sebelah
kanan sambil tanganku yang kiri meremas susunya yang satu. Wulan semakin larut dalam kenikmatan, dan
diiringi lengkingan syahwat yang panjang, tubuhnya terlonjak-lonjak di atas
pangkuanku, merasakan nikmat orgasme yang kesekian kalinya. Aku terus menerus menggoyang dan menggial
memeknya hingga Wulan mendapatkan orgasme berkesinambungan, seolah terjadi
tanpa henti selama hampir 5 menit. . Selama itu pula tubuh wulan mengejang, dan
mulutnya terbuka tanpa mampu mengeluarkan suara. . Saat masa orgasmenya memudar, aku mencabut
penisku, dan mulai memasukan tanganku ke dalam memeknya, jariku mencari-cari
sesuatu di bagian atasnya, hingga kutemukan bagian yang agak kasar dan menonjol.
Sekali lagi ku berikan tekanan yang kuat
beberapa kali, hingga Wulan berteriak-teriak setiap kali dari dalam lubang
kenikmatannya keluar cairan dengan deras. .
“aauuuuhh…. Aikhhhh…. Khaaak. . Koq Wulan gak berenti-berenti pipis sich…
Aikhhhh… Wulan cape, tapi enak…. Terushh
kakk… Auuhhh…… . Awwhhh………”
Sambil menikmati lentingan-lentingan pantatnya di tanganku, aku menurunkan
wajahku, lalu membekap memeknya dengan mulut. Tak lupa ku berikan tekanan di itilnya dengan
lidah iiringi gerakan kecil disana. Wulan semakin menghentak-hentak, tubuhnya
semakin basah bermandi keringat yang mengucur dengan deras, namun aku tak
perduli. Aku ingin agar hari ini kami
bisa menikmati percintaan ini dengan segenap jiwa dan raga.
Hingga habis cairan dari memek Wulan, aku kembali duduk, dan kuminta Wulan
duduk kembali di atasku. Dengan setengah
sadar, tubuh gontai Wulan menaiki tubuhku, namun ketika baru kepala penisku
mengenai bibir memeknya, Wulan kembali berteriak, ternyata multiorgasme yang
dirasakannya belum berakhir, hingga betapa peka kemaluan gadis 13 tahun itu. Aku menarik pinggang Wulan ke atas, lalu
mendorong sebuah bantal empuk ke bawah pantat Wulan, membuat tubuh telanjang
gadis itu agak melengkung karena pantatnya diganjal bantal. Tanpa basa-basi kembali kutindih tubuh montok
Wulan, dan kembali kutancapkan kejantananku dalam liang kemaluan gadis itu. Dengan posisi pantat terganjal, klentit Wulan
yang peka menjadi sedikit mendongak. Sehingga ketika aku kembali melanjutkan
tusukanku, gadis itu tergelinjang dan terpekik merasakan sensasi yang bahkan
lebih nikmat lagi dari yang barusan.
"Mau terus apa brenti?" godaku.
"Aii. . iih. . ! He. . eh. . ! Terus kaakk. . ! Enak. . ! Enak. . !
Aahh. . Aii. . iik. . !"
Tubuh Wulan yang sintal montok menggiurkan tergelinjang-gelinjang dengan nikmat
dengan nafas tersengal-sengal diantara pekikan-pekikan manjanya.
"Ooo. . ohh. . ! Kaaakkkkkk. . ,
Wulaaaannnn pengen pipis. . lagii. . iih. . !"
"Yang ini ditahan dulu. . ! Tahan!"
"Aa. . aak. . ! Ampuu. . unnhh. . ! Wulaaaan nggak kuat. . kakk. . !"
Seiring pekikan manjanya, tubuh gadis itu tergeliat-geliat di atas ranjang
empuk.
Pekikan manja Wulan semakin keras setiap kali tubuh telanjangnya tergerinjal
saat kusodok dasar liang kegadisannya, membuat kedua pahanya tersentak
mengangkang semakin lebar, semakin mempermudah aku menikmati tubuh perawannya.
Hingga akhirnya, kurasakan desiran lahar di dalam penisku. . Tubuh wulan semakin ku genjot dengan kencang,
hingga matanya membalik ke atas. . mulutnya hanya berdesis kecil, tak mampu lagi
mengeluarkan kata atau teriakan. . Dan
dengan segenap tenaga, kutekan pantatku, dan kukeluarkan semprotan lahar
kenikmatanku di dalam memeknya. Mendapat
semprotan seperti itu, dan dengan keadaan memeknya yang kian peka, membuat
Wulan kembali ke puncak ke nikmatan, hingga tubuhnya kembali juga menggelepar
melengkung dalam pelukanku. Di ujung
sensasi itu, Wulan berteriak pilu menahan ngilu di s*****kangannya…….
“Auuuuuhhhh…. . kaakkk…. Cape, ngilu… ngilu… ngiluuuuu………kak… “
Kubiarkan Wulan hingga tenang, sambil ku peluk mesra. . Ku hisap putingnya, menyempurnakan kenikmatan
kami, dan dia tertidur di pelukanku. Sore hari sekitar jam 4 kami terbangun, aku
kembali membekap payudara indah miliknya, hingga ia kembali terangsang, dan
kami mengulang lagi kenikmatan itu sampai petang…
TAMAT