Yanti Tetangga Kampungku
Usiaku Mencapai Kepala 3. Aku akan
menceritakan pengalaman seksku dengan tetanggaku yang masih ABG umur 18 tahun.
Namanya Yanti baru saja lulus SMA Negeri di Jakarta. Yanti orangnya cantik,
seksi dan binal kulitnya kuning langsat khas orang Jawa, tinggi 163 cm
rambutnya hitam lurus panjang sampai pinggang.
Kejadian ini bermula ketika aku baru saja pulang dari kantor maklum…biasa
lembur sampe malem. Dalam perjalanan pulang aku terbiasa pulang lewat
perkampungan jadi suatu hal yang lumrah bila mataku bergerak seolah mencari
mangsa. Salah satu orang yang diantaranya adalah Yanti. Aku sering mengamatinya
dalam perjalananku, Yanti duduk di dekat gapura kampungnya dengan kaos yang
agak longgar dengan celana pendek memperlihatkan pahanya yang mulus. Cara
berpakaiannya membuat darahku berdesir jantungku berdetak …..inilah mangsa
selanjutnya. Dengan segera aku parkirkan sepeda motorku didekat warung untuk
sekedar minum kopi dan tentunya cari informasi tentang Yanti maklum aku tidak
begitu mengenalnya. Oleh karena itu aku minta bantuan penjaga warung yang deket
dengan rumahnya yang bernama Wati.
Dalam waktu seminggu saja aku sudah alrab dengan Yanti. Sehabis pengumuman SMA
dan dalam persiapannya menghadapi Ujian SMPTN, waktu itu kedua orang tuaku
harus pergi ke Madiun karena ada perayaan pernikahan saudara. Karena kesepian
di rumah, Yanti sering mengajakku ngobrol di rumahnya. Untuk melewatkan waktu,
sering juga kami bermain bermacam permainan seperti halma, atau monopoli,
karena memang Yanti orangnya sangat pintar bergaul dengan siapa saja karena
orang tuanya tidak membatasi dengan siapa dia bergaul.
"Mas Tedy, boleh nggak Yanti minta diajari Matematika?"
"O, boleh saja kalau Aku bisa pasti Aku bantu."
Yanti membuka buku matematika di atas meja tamu yang rendah. Ruang tamu
rumahnya itu tanpa kursi. Hanya digelari karpet tebal warna cokelat dan sebuah
meja pendek dengan sebuah TV 21 inch diatasnya. Aku pun duduk di hadapannya,
sementara pintu rumahnya tertutup sejak kedatanganku dirumahnya.
"Ini mas Tedy, Yanti ada soal tentang bunga majemuk yang tidak tahu cara
penyelesaiannya." Yanti mencari-cari halaman buku yang akan ditanyakannya.
Menunggu halaman itu ditemukan, mataku mencari kesempatan melihat ke pahanya.
Maklum Yanti suka sekali pakai celana pendek. Amboi benar......., paha Yanti
benar-benar putih dan mulus. Dalam posisi kakinya yang selonjor semakin
memperlihatkan kakinya yang mulus, dan indah. Penisku terasa agak mengeras dan
sedikit berdenyut-denyut. Rasanya pengen sekali menggosok-gosokkan penisku pada
pahanya yang mulus.
Halaman yang dicari ketemu. Yanti dengan centilnya membaca soal tersebut.
Soalnya cukup mudah. Aku menerangkan sedikit dan memberitahu rumusnya, kemudian
Yanti menghitungnya. Sambil menunggu Yanti menghitung, mataku mencuri pandang
ke pahanya Yanti. Uhhh.. segarnya.
"Sepi ya? Papa, Mama dan adekmu kapan kembali dari Madiun?" tanyaku
sambil menelan ludah. Kalau kakaknya tidak aku tanyakan karena dia sedang
kuliah di Bandung yang pulangnya setiap akhir pekan.
"Nggak tau mas..... Mungkin Minggu baru nyampe. Jadi Yanti sendirian sampai Jum’at. Kakak Yanti
baru nyampe Sabtu pagi .....," jawab Yanti dengan tatapan mata yang
menggoda.
Hasratku mulai naik. Kenapa tidak kusetubuhi saja si Yanti. Mumpung sepi.
Orang-orang di rumah tidak ada. Pintu rumah tertutup dan kelambunya juga
tertutup. Berarti tetangga rumah nggak akan melihat. Kalau kupaksa dia meladeni
hasratku, ten****ya tidak akan berarti dalam melawanku. Tetapi mengapa dia akan
melawanku? Jangan-jangan aku diajak kesini justru ingin bersetubuh denganku.
Bukankah dia selalu pake celana pendek longgar? Apa lagi artinya kalau tidak
menyodorkan dirinya? Paling tidak memang ingin memperlihatkan pahanya yang
mulus khan......
Tiba-tiba Yanti bangkit dan duduk di sebelah kiriku.
"Mas Tedy.. ini benar nggak?" tanya Yanti.
Ada kekeliruan di tengah jalan saat Yanti menghitung. Antara konsentrasi dan
menahan nafsu yang tengah berkecamuk, aku mengambil pensil dan menjelaskan
kekeliruannya. Tiba-tiba Yanti lebih mendekat ke arahku, seolah mau
memperhatikan hal yang kujelaskan dan jarak yang lebih dekat. Akibatnya..
pahanya yang dibiarkan terbuka itu menindih telapak tangan kiriku yang dalam
posisi telungkup diatas karpet. Terasa halus bak sutradan hangat. Dengan
sengaja telapak tanganku kutarik pelan-pelan dari himpitan paha kanannya.
Serr.......
"Ih.. Mas Tedy nakal deh tangannya," katanya sambil merengut manja.
Dia pura-pura menjauh.
"Lho, yang salah kan dek Yanti duluan. Pahanya disentuhin ke
tanganku," jawabku.
Yanti cemberut. Dia mengambil buku dan kembali duduk di hadapanku. Dia terlihat
kembali membetulkan yang kesalahan, namun menurut perasaanku itu hanya
berpura-pura saja. Aku merasa semakin ditantang. Kenapa aku tidak berani?
Memangnya aku impoten? Dia sudah berani mengundangku ke sini malam-malam di
rumahnya yang sepi. Dia sengaja memakai baju atasan yang longgar. Dia sengaja
pakai celana pendek. Artinya, dia sudah mempersilakan diriku untuk menikmati
kemolekan tubuhnya. Tinggal aku yang jadi penentunya, mau menyia-siakan
kesempatan yang dia berikan atau memanfaatkannya. Kalau aku menyia-siakan
berarti aku bodoh!!!
Aku pun bangkit. Aku berdiri di atas lutut dan mendekatinya dari belakang. Aku
pura-pura mengawasi dia dalam mengerjakan soal. Padahal mataku mengawasi
tubuhnya dari belakang. Kulit punggung dan lengannya benar-benar mulus, tanpa
goresan sedikitpun. Karena padat tubuhnya, kulit yang kuning langsat itu tampak
licin mengkilap walaupun ditumbuhi oleh bulu-bulu rambut yang halus.
Kemudian aku menempelkan penisku yang menegang ke punggungnya. Yanti sedikit
terkejut ketika merasa ada yang menempel punggungnya.
"Ih.. Mas Tedy jangan begitu dong..," kata Yanti manja.
"Sudah.. udah-udah.. Aku sekedar mengawasi pekerjaan dek Yanti,"
jawabku.
lka cemberut. Namun dengan cemberut begitu, bibir yang tipis itu malah tampak
menggemaskan. Sungguh sedap sekali bila dikulum-kulum dan dilumat-lumat. Yanti
berpura-pura meneruskan pekerjaannya. Aku semakin berani. Penisku kutekankan ke
punggungnya yang kenyal. Yanti menggelinjang. Tidak tahan lagi. Tubuh Yanti
kurengkuh dan kurebahkan di atas karpet. Bibirnya kulumat-lumat, sementara
kulit punggungnya kuremas-remas. Bibir Yanti mengadakan perlawanan, mengimbangi
kuluman-¬kuluman bibirku yang diselingi dengan permainan lidahnya. Terlihat
bahkan dalam masalah ciuman Yanti yang baru lulus SMA sudah sangat mahir.
Bahkan mengalahkan kemahiranku.
Beberapa saat kemudian ciumanku berpindah ke lehernya yang jenjang. Bau harum
terpancar dan kulitnya. Sambil kusedot-sedot kulit lehernya dengan hidungku,
tanganku berpindah ke buah dadanya. Buah dada yang ternyata juga tidak ditutupi
bra itu terasa kenyal dalam remasan tanganku. Kadang-kadang dan batik kain
licin baju atasannya, putingnya kutekan-tekan dan kupelintir-pelintir dengan
jari-jari tanganku. Puting itu terasa mengeras.
"Mas Tedy, Mas Tedy buka baju saja Mas Tedy..," rintih Yanti.
Tanpa menunggu
persetujuanku, jari-jari tangannya membuka Yantit pinggang dan ritsleteng
celanaku. Aku mengimbangi, kaosnya kubebaskan dan tubuhnya. Aku terpana melihat
kemulusan tubuh atasnya tanpa penutup sehelai kain pun. Buah dadanya yang
berukuran sekitar 32-an begitu serasi dengan tubuhnya yang ramping. Ditimpa
sinar lampu neon ruang tamu, payudaranya kelihatan amat mulus dan licin.
Putingnya berdiri tegak di ujung gumpalan payudara. Putingnya berwarna pink kecoklat-coklatan,
sementara puncak bukit payudara di sekitarnya berwarna coklat tua dan sedikit
menggembung dibanding dengan permukaan kulit payudaranya.
Celana panjangku yang sudah dibuka oleh Yanti kulepas dengan segera. Menyusul.
kemeja dan kaos singlet kulepas dari tubuhku. Kini aku cuma tertutup oleh
celana dalamku, sementara Yanti tertutup oleh celana pendeknya yang
mempertontonkan bentuk pinggangnya yang ramping, bentuk pinggulnya yang melebar
dengan bagusnya serta pahanya yang mulus. Yanti pun melepaskan celana pendek
itu, sehingga pinggul yang indah itu kini hanya terbungkus celana dalam minim
yang tipis dan berwarna pink. Di daerah bawah perutnya, celana dalam itu tidak
mampu menyembunyikan warna hitam dari jembut lebat Yanti yang terbungkus di
dalamnya. Juga, beberapa helai jembut Yanti tampak keluar dan lobang celana
dalamnya.
lka memandangi dadaku yang bidang. Kemudian dia memandang ke arah Penisku yang
lumayan besar dan panjang, yang menonjol dari balik celana dalamku. Pandangan
matanya memancarkan nafsu yang sudah menggelegak. Perlahan aku mendekatkan
badanku ke badannya yang sudah terbaring pasrah. Kupeluk tubuhnya sambil
mengulum kembali bibirnya yang hangat. Yanti pun mengimbanginya. Dia memeluk
leherku sambil membalas kuluman di bibirnya. Payudaranya pun menekan dadaku.
Payudara itu terasa kenyal dan lembut. Putingnya yang mengeras terasa benar
menekan dadaku. Aku dan Yanti saling mengulum bibir, saling menekankan dada,
dan saling meremas kulit punggung dengan penuh nafsu.
Ciumanku berpindah ke leher Yanti. Leher mulus yang memancarkan keharuman
parfum yang segar itu kugumuli dengan bibir dan hidungku. Yanti mendongakkan
dagunya agar aku dapat menciumi segenap pori-pori kulit lehernya.
"Ahhh..Mas Tedy.. Yanti sudah menginginkannya dari kemarin.. Gelutilah tubuh Yanti.... puasin Yanti ya Mas Tedy..,"
bisik Yanti terpatah-patah.
Aku menyambutnya dengan penuh antusias. Kini wajahku bergerak ke arah
payudaranya. Payudaranya begitu menggembung dan padat. namun berkulit lembut.
Bau keharuman yang segar terpancar dan pori-porinya. Agaknya Yanti tadi sengaja
memakai parfum di sekujur payudaranya sebelum datang ke sini. Aku menghirup
kuat-kuat lembah di antara kedua bukit payudaranya itu. Kemudian wajahku
kugesek-gesekkan di kedua bukit payudara itu secara bergantian, sambil hidungku
terus menghirup keharuman yang terpancar dan kulit payudara. Puncak bukit
payudara kanannya pun kulahap dalam mulutku. Kusedot kuat-kuat payudara itu
sehingga daging yang masuk ke dalam mulutku menjadi sebesar-besarnya. Yanti menggelinjang.
"Mas Tedy.. ngilu.. ngilu..," rintih Yanti.
Gelinjang dan rintihan Yanti itu semakin membangkitkan hasratku. Kuremas bukit
payudara sebelah kirinya dengan gemasnya, sementara puting payudara kanannya
kumainkan dengan ujung lidahku. Puting itu kadang kugencet dengan tekanan ujung
lidah dengan gigi. Kemudian secara mendadak kusedot kembali payudara kanan itu
kuat-kuat. sementara jari tanganku menekan dan memelintir puting payudara
kirinya. Yanti semakin menggelinjang-gelinjang seperti Yantin belut yang
memburu makanan sambil mulutnya mendesah-desah.
"Aduh mas Tedy….. ssshh.. ssshhh.. " cuma kata-kata itu yang berulang-ulang keluar dan mulutnya yang
merangsang.
Aku tidak puas dengan hanya menggeluti payudara kanannya. Kini mulutku berganti
menggeluti payudara kiri. sementara tanganku meremas-remas payudara kanannya
kuat-kuat. Kalau payudara kirinya kusedot kuat-kuat. tanganku memijit-mijit dan
memelintir-pelintir puting payudara kanannya. Sedang bila gigi dan ujung
lidahku menekan-nekan puting payudara kiri, tanganku meremas sebesar-besarnya
payudara kanannya dengan sekuat-kuatnya.
"Mas Tedy.. kamu nakal... ssshhh.. ssshhh.. " Yanti tidak henti-hentinya menggelinjang dan mendesah manja.
Setelah puas dengan payudara, aku meneruskan permainan lidah ke arah perut
Yanti yang rata dan berkulit amat mulus itu. Mulutku berhenti di daerah
pusarnya. Aku pun berkonsentrasi mengecupi bagian pusarnya. Sementara kedua
telapak tanganku menyusup ke belakang dan meremas-remas pantatnya yang melebar
dan menggembung padat. Kedua tanganku menyelip ke dalam celana yang melindungi
pantatnya itu. Perlahan¬-lahan celana dalamnya kupelorotkan ke bawah. Yanti
sedikit mengangkat pantatnya untuk memberi kemudahan celana dalamnya lepas. Dan
dengan sekali sentakan kakinya, celana dalamnya sudah terlempar ke bawah.
Saat berikutnya, terhamparlah pemandangan yang luar biasa merangsangnya. Jembut
Yanti sungguh lebat dan subur sekali. Jembut itu mengitari bibir Memek yang
berwarna coklat tua. Sambil kembali menciumi kulit perut di sekitar pusarnya,
tanganku mengelus-elus pahanya yang berkulit licin dan mulus. Elusanku pun ke
arah dalam dan merangkak naik. Sampailah jari-jari tanganku di tepi kiri-kanan
bibir luar Memeknya. Tanganku pun mengelus-elus Memeknya dengan dua jariku
bergerak dan bawah ke atas. Dengan mata terpejam, Yanti berinisiatif
meremas-remas payudaranya sendiri. Tampak jelas kalau Yanti sangat menikmati
permainan ini.
Perlahan kusibak bibir Memek Yanti dengan ibu jari dan telunjukku mengarah ke
atas sampai kelentitnya menongol keluar. Wajahku bergerak ke Memeknya,
sementara tanganku kembali memegangi payudaranya. Kujilati kelentit Yanti
perlahan-lahan dengan jilatan-jilatan pendek dan terputus-putus sambil satu
tanganku mempermainkan puting payudaranya.
"Aouwhh Mas Tedy.. shhhhh.. betul.. betul di situ mas Tedy.. di situ.. enak mas.. shhhh..," Yanti
mendesah-desah sambil matanya merem-melek. Bulu alisnya yang tebal dan indah
bergerak ke atas-bawah mengimbangi gerakan merem-meleknya mata. Keningnya pun
berkerut pertanda dia sedang mengalami kenikmatan yang semakin meninggi.
Aku meneruskan permainan lidah dengan melakukan jilatan-jilatan panjang dan
lubang anus sampai ke kelentitnya. Karena gerakan ujung hidungku pun secara
berkala menyentuh Memek Yanti. Terasa benar bahkan dinding memeknya mulai
basah. Bahkan sebagian cairan memeknya mulai mengalir hingga mencapai lubang
anusnya. Sesekali pinggulnya bergetar. Di saat bergetar itu pinggulnya yang
padat dan amat mulus kuremas kuat-kuat sambil ujung hidungku kutusukkan ke
lobang Memeknya.
"Mas Tedy..enak sekali mas Tedy..," Yanti
mengerang dengan kerasnya. Aku segera memfokuskan jilatan-jilatan lidah serta
tusukan-tusukan ujung hidung di memeknya. Semakin lama memek itu semakin basah
saja. Dua jari tanganku lalu kumasukkan ke lobang Memeknya. Setelah masuk
hampir semuanya, jari kubengkokkan ke arah atas dengan tekanan yang cukup
terasa agar kena "G-spot"-nya. Dan berhasil!
"Auwww.. mas Tedy..!" jerit Yanti sambil
menyentakkan pantat ke atas. sampai-sampai jari tangan yang sudah terbenam di
dalam Memek terlepas. Perut bawahnya yang ditumbuhi bulu-bulu jembut hitam yang
lebat itu pun menghantam ke wajahku. Bau harum dan bau khas cairan memeknya
merasuk ke sel-sel syaraf penciumanku.
Aku segera memasukkan kembali dua jariku ke dalam memek Yanti dan melakukan
gerakan yang sama. Kali ini aku mengimbangi gerakan jariku dengan permainan
lidah di kelentit Yanti. Kelentit itu tampak semakin menonjol sehingga gampang bagiku
untuk menjilat dan mengisapnya. Ketika kelentit itu aku gelitiki dengan lidah
serta kuisap-isap perlahan, Yanti semakin keras merintih-rintih bagaikan orang
yang sedang mengalami sakit demam. Sementara pinggulnya yang amat aduhai itu
menggial ke kiri-kanan dengan sangat merangsangnya.
"Mas Tedy.. mas Tedy.. mas Tedy..," hanya kata-kata itu yang dapat diucapkan Yanti karena
menahan kenikmatan yang semakin menjadi-jadi. Permainan jari-jariku dan lidahku
di Memeknya semakin bertambah ganas. Yanti sambil mengerang¬-erang dan
menggeliat-geliat meremas apa saja yang dapat dia raih. Meremas rambut
kepalaku, meremas bahuku, dan meremas payudaranya sendiri.
"Mas Tedy.. Yanti sudah tidak tahan lagi.. Masukin Penis saja mas Tedy..
Ohhh.. sekarang juga mas Tedy..! Sshhh. . . ," erangnya sambil menahan
nafsu yang sudah menguasai segenap tubuhnya.
Namun aku tidak perduli. Kusengaja untuk mempermainkan Yanti terlebih dahulu.
Aku mau membuatnya orgasme, sementara aku masih segar bugar. Karena itu lidah
dan wajahku kujauhkan dan Memeknya. Kemudian kocokan dua jari tanganku di dalam
Memeknya semakin kupercepat. Gerakan jari tanganku yang di dalam Memeknya ke
atas-bawah, sampai terasa ujung jariku menghentak-hentak dinding atasnya secara
perlahan-lahan. Sementara ibu jariku mengusap-usap dan menghentak-hentak
kelentitnya. Gerakan jari tanganku di Memeknya yang basah itu sampai
menimbulkan suara crrk-crrrk-crrrk-crrk crrrk.. Sementara dan mulut Yanti
keluar pekikan-pekikan kecil yang terputus-putus:
"Ahh.....ah....ah.....ah....... "
Sementara aku semakin memperdahsyat kocokan jari-jariku di Memeknya, sambil
memandangi wajahnya. Mata Yanti merem-melek, sementara keningnya
berkerut-kerut.
Crrrp! Crrrp! Crrep! Crep! Crep! Suara yang keluar dan kocokan jariku di Memeknya semakin
terdengar keras. Aku mempertahankan kocokan tersebut. Dua menit sudah si Yanti
mampu bertahan sambil mengeluarkan jeritan-jeritan yang membangkitkan nafsu.
Payudaranya tampak semakin kencang dan licin, sedang putingnya tampak berdiri dengan
tegangnya.
Sampai akhirnya tubuh Yanti mengejang hebat. Pantatnya terangkat tinggi-tinggi.
Matanya membeliak-¬beliak. Dan bibirnya yang sensual itu keluar jeritan hebat,
"Mas
Tedyyy..!" Dua jariku yang tertanam di dalam memek Yanti terasa dijepit oleh
dindingnya dengan kuatnya. Seiring dengan keluar masuknya jariku dalam memeknya,
dan sela-sela celah antara tanganku dengan bibir Memeknya terpancarlah
semprotan cairan memeknya dengan kuatnya. Prut! Prut! Pruttt! Semprotan cairan
tersebut sampai mencapai pergalangan tanganku.
Beberapa detik kemudian Yanti terbaring lemas di atas karpet. Matanya memejam
rapat. Tampaknya dia baru saja mengalami orgasme yang begitu hebat. Kocokan
jari tanganku di memeknya pun kuhentikan. Kubiarkan jari tertanam dalam memeknya
sampai jepitan dinding memeknya terasa lemah. Setelah lemah. jari tangan
kucabut dan Memeknya. Cairan memek yang terkumpul di telapak tanganku pun
kubersihkan dengan kertas tissue.
Ketegangan Penisku belum juga mau berkurang. Apalagi tubuh telanjang Yanti yang
terbaring diam di hadapanku itu benar-benar aduhai. seolah menantang diriku
untuk membuktikan kejantananku pada tubuh mulusnya. Aku pun mulai menindih
kembali tubuh Yanti, sehingga Penisku yang masih di dalam celana dalam
tergencet oleh perut bawahku dan perut bawahnya dengan enaknya. Sementara
bibirku mengulum-kulum kembali bibir hangat Yanti, sambil tanganku
meremas-remas payudara dan mempermainkan putingnya. Yanti kembali membuka mata
dan mengimbangi serangan bibirku. Tubuhnya kembali menggelinjang-gelinjang
karena menahan rasa geli dan ngilu di payudaranya.
Setelah puas melumat-lumat bibir. wajahku pun menyusuri leher Yanti yang mulus
dan harum hingga akhirnya mencapai belahan dadanya. Wajahku kemudian menggeluti
belahan payudaranya yang berkulit lembut dan halus, sementara kedua tanganku
meremas-remas kedua belah payudaranya. Segala kelembutan dan keharuman belahan
dada itu kukecupi dengan bibirku. Segala keharuman yang terpancar dan belahan
payudara itu kuhirup kuat-kuat dengan hidungku, seolah tidak rela apabila ada
keharuman yang terlewatkan sedikitpun.
Kugesek-gesekkan memutar wajahku di belahan payudara itu. Kemudian bibirku
bergerak ke atas bukit payudara sebelah kiri. Kuciumi bukit payudara yang
membusung dengan gagahnya itu. Dan kumasukkan puting payudara di atasnya ke
dalam mulutku. Kini aku menyedot-sedot puting payudara kiri Yanti. Kumainkan
puting di dalam mulutku itu dengan lidahku. Sedotan kadang kuperbesar ke puncak
bukit payudara di sekitar puting yang berwarna coklat.
"Ah.. ah.. mas Tedy.. " mulut indah Yanti mendesis-desis
sambil menggeliatkan tubuh ke kiri-kanan. bagaikan desisan ular kelaparan yang
sedang mencari mangsa.
Aku memperkuat sedotanku. Sementara tanganku meremas-remas payudara kanan Yanti
yang montok dan kenyal itu. Kadang remasan kuperkuat dan kuperkecil menuju
puncak bukitnya, dan kuakhiri dengan tekanan-tekanan kecil jari telunjuk dan
ibu jariku pada putingnya.
"Mas Tedy.. hhh.. enak.. "
Aku semakin gemas. Payudara aduhai Yanti itu kumainkan secara bergantian,
antara sebelah kiri dan sebelah kanan. Bukit payudara kadang kusedot
besarnya-besarnya dengan tenaga isap sekuat-kuatnya, kadang yang kusedot hanya
putingnya dan kucepit dengan gigi atas dan lidah. Belahan lain kadang kuremas
dengan daerah tangkap sebesar-besarnya dengan remasan sekuat-kuatnya, kadang
hanya kupijit-pijit dan kupelintir-pelintir kecil puting yang mencuat gagah di
puncaknya.
"Ah.. mas Tedy.. terus mas Tedy.. terus.. hzzz.. " Yanti mendesis-desis keenakan. Hasratnya tampak sudah kembali
tinggi. Matanya kadang terbeliak-beliak. Geliatan tubuhnya ke kanan-kini
semakin sening fnekuensinya.
Sampai akhirnya Yanti tidak kuat mehayani senangan-senangan keduaku. Dia dengan
gerakan eepat memehorotkan celana dalamku hingga tunun ke paha. Aku memaklumi
maksudnya, segera kulepas eelana dalamku. Jan-jari tangan kanan Yanti yang
mulus dan lembut kemudian menangkap Penisku yang sudah berdiri dengan gagahnya.
Sejenak dia memperlihatkan rasa terkejut.
"Mas Tedy, .... Penismu besar ....Penis
pacarku tidak sampai sebesar ini ......," ucapnya terkagum-kagum. Sambil
membiankan mulut, wajah, dan tanganku terus memainkan dan menggeluti kedua
belah payudaranya, jan-jari lentik tangan kanannya meremas¬ remas perlahan
Penisku secara berirama, seolah berusaha mencari kehangatan dan kenikmatan di
hatinya menahan kejantananku. Remasannya itu memperhebat vothase dan rasa
nikmat pada batang Penisku.
"Mas Tedy, kita main di atas kamar saja..," ajak Yanti dengan sinar
mata yang sudah dikuasai nafsu birahi.
Aku pun membopong tubuh telanjang Yanti ke kamarnya, dan membaringkannya di
atas tempat tidurnya. Ranjangnya ini amat pendek, dasan kasurnya hanya
terangkat sekitar 6 centimeter dari lantai. Ketika kubopong. Yanti tidak mau
melepaskan tangannya dari leherku. Bahkan, begitu tubuhnya menyentuh kasur,
tangannya menarik wajahku mendekat ke wajahnya. Tak ayal lagi, bibirnya yang
pink menekan itu melumat bibirku dengan ganasnya. Aku pun tidak mau mengalah.
Kulumat bibirnya dengan penuh nafsu yang menggelora, sementara tanganku
mendekap tubuhnya dengan kuatnya. Kupeluk punggungnya yang halus mulus
kuremas-remas dengan gemasnya.
Kemudian aku menindih tubuh Yanti. Penisku terjepit di antara pangkal pahanya
yang mulus dan perut bawahku sendiri. Kehangatan kulit pahanya mengalir ke
batang Penisku yang tegang dan keras. Bibirku kemudian melepaskan bibir sensual
Yanti. Kecupan bibirku pun turun. Kukecup dagu Yanti yang bagus. Kukecup leher
jenjang Yanti yang memancarkan bau wangi dan segarnya parfum yang dia pakai.
Kuciumi dan kugeluti leher indah itu dengan wajahku, sementara pantatku mulai
bergerak aktif sehingga Penisku menekan dan menggesek-gesek paha Yanti. Gesekan
di kulit paha yang licin itu membuat batang Penisku bagai diplirit-plirit.
Kepala Penisku merasa geli-geli enak oleh gesekan-gesekan paha Yanti.
Puas menggeluti leher indah, wajahku pun turun ke buah dada montok Yanti.
Dengan gemas dan ganasnya aku membenamkan wajahku ke belahan dadanya, sementara
kedua tanganku meraup kedua belah payudaranya dan menekannya ke arah wajahku.
Keharuman payudaranya kuhirup sepuas-puasku. Belum puas dengan menyungsep ke
belahan dadanya, wajahku kini menggesek-gesek memutar sehingga kedua gunung
payudaranya tertekan-tekan oleh wajahku secara bergantian. Sungguh sedap sekali
rasanya ketika hidungku menyentuh dan menghirup dalam-dalam daging payudaranya.
Kemudian bibirku meraup puncak bukit payudara kiri Yanti. Daerah payudara yang
kecoklat-coklatan beserta putingnya yang pink kecoklat-coklatan itu pun masuk
dalam mulutku. Kulahap ujung payudara dan putingnya itu dengan bernafsunya, tak
ubahnya seperti bayi yang menetek susu setelah kelaparan selama seharian. Di
dalam mulutku, puting itu kukulum-kulum dan kumainkan dengan lidahku.
"Mas Tedy.. geli.. geli ..," kata Yanti kegelian.
Aku tidak perduli. Aku terus mengulum-kulum puncak bukit payudara Yanti.
Putingnya terasa di lidahku menjadi keras. Kemudian aku kembali melahap puncak
bukit payudara itu sebesar-besarnya. Apa yang masuk dalam mulutku kusedot
sekuat-kuatnya. Sementara payudara sebelah kanannya kuremas sekuat-kuatnya
dengan tanganku. Hal tersebut kulakukan secara bergantian antara payudara kiri
dan payudara kanan Yanti. Sementara Penisku semakin menekan dan menggesek-gesek
dengan beriramanya di kulit pahanya. Yanti semakin menggelinjang-gelinjang
dengan hebatnya.
"Mas Tedy.. mas Tedy.. ngilu.. ngilu.. hihhh.. nakal sekali tangan dan
mulutmu.. Auw! Sssh.. ngilu.. ngilu..," rintih Yanti. Rintihannya itu
justru semakin mengipasi api nafsuku. Api nafsuku semakin berkobar-kobar.
Semakin ganas aku mengisap-isap dan meremas-remas payudara montoknya. Sementara
Penisku berdenyut-denyut keenakan merasakan hangat dan licinnya paha Yanti.
Akhirnya aku tidak sabar lagi. Kulepaskan payudara montok Yanti dari gelutan
mulut dan tanganku. Bibirku kini berpindah menciumi dagu dan lehernya,
sementara tanganku membimbing Penisku untuk mencari liang Memeknya.
Kuputar-putarkan dahulu kepala Penisku di kelebatan jembut di sekitar bibir Memek
Yanti. Bulu-bulu jembut itu bagaikan menggelitiki kepala Penisku. Kepala
Penisku pun kegelian. Geli tetapi enak.
Jari-jari tangan Yanti yang lentik meraih batang Penisku yang sudah amat
tegang. Pahanya yang mulus itu dia buka agak lebar. Sesaat kemudian kepala Penisku
menyentuh bibir Memeknya yang sudah basah. Kemudian dengan perlahan-lahan dan
sambil kugetarkan, Penis kutekankan masuk ke liang Memek. Kini seluruh kepala
Penisku pun terbenam di dalam Memek. Daging hangat berlendir kini terasa
mengulum kepala Penisku dengan enaknya.Aku menghentikan gerak masuk Penisku.
"Mas Tedy..teruskan masuk, Tedy.. Sssh.. enak..
jangan berhenti sampai situ saja..," Yanti protes atas tindakanku. Namun
aku tidak perduli. Kubiarkan Penisku hanya masuk ke lobang Memeknya hanya sebatas
kepalanya saja, namun Penisku kugetarkan dengan amplituda kecil. Sementara
bibir dan hidungku dengan ganasnya menggeluti lehernya yang jenjang, lengan
tangannya yang harum dan mulus, dari ketiaknya yang bersih dari bulu ketiak.
Yanti menggelinjang-gelinjang dengan tidak karuan.
"Sssh.. sssh.. enak.. enak.. geli.. geli, mas Tedy. Geli.. Terus masuk, mas
Tedy.."
Bibirku mengulum kulit lengan tangannya dengan kuat-kuat. Sementara gerakan
kukonsentrasikan pada pinggulku. Dan.. satu.. dua.. tiga! Penisku kutusukkan
sedalam-dalamnya ke dalam Memek Yanti dengan sangat cepat dan kuatnya. Plak!
Pangkal pahaku beradu dengan pangkal pahanya yang mulus yang sedang dalam
posisi agak membuka dengan kerasnya. Sementara kulit batang Penisku bagaikan
diplirit oleh bibir dan daging lobang Memeknya yang sudah basah dengan kuatnya
sampai menimbulkan bunyi: srrrt!
"Auwww!" pekik Yanti.
Aku diam sesaat, membiarkan Penisku tertanam seluruhnya di dalam Memek Yanti
tanpa bergerak sedikit pun.
"Sakit mas Tedy.. Mas Tedy nakal.... Mas Tedy nakal..." kata Yanti sambil tangannya meremas punggungku
dengan kerasnya.
Aku pun mulai menggerakkan Penisku keluar-masuk Memek Yanti. Aku tidak tahu,
apakah Penisku yang berukuran panjang dan besar ataukah lubang Memek Yanti yang
berukuran kecil. Yang saya tahu, seluruh bagian Penisku yang masuk Memeknya
serasa dipijit-pijit dinding lobang Memeknya dengan agak kuatnya. Pijitan
dinding Memek itu memberi rasa hangat dan nikmat pada batang Penisku.
"Bagaimana Yanti, sakit?" tanyaku
"Sssh.. enak sekali.. enak sekali.. Barangmu besar dan panjang sekali..
sampai-sampai menyumpal penuh seluruh penjuru lobang Memekku..," jawab
Yanti.
Aku terus memompa Memek Yanti dengan Penisku perlahan-lahan. Payudara kenyalnya
yang menempel di dadaku ikut terpilin-pilin oleh dadaku akibat gerakan memompa
tadi. Kedua putingnya yang sudah mengeras seakan-akan mengkilik-kilik dadaku
yang bidang. Kehangatan payudaranya yang montok itu mulai terasa mengalir ke
dadaku. Penisku serasa diremas-remas dengan berirama oleh otot-otot Memeknya
sejalan dengan genjotanku tersebut. Terasa hangat dan enak sekali. Sementara
setiap kali menusuk masuk kepala Penisku menyentuh suatu daging hangat di dalam
Memek Yanti. Sentuhan tersebut serasa menggelitiki kepala Penis sehingga aku
merasa sedikit kegelian. Geli-geli nikmat.
Kemudian aku mengambil kedua kakinya yang kuning langsat mulus dan
mengangkatnya. Sambil menjaga agar Penisku tidak tercabut dari lobang Memeknya,
aku mengambil posisi agak jongkok. Betis kanan Yanti kutumpangkan di atas
bahuku, sementara betis kirinya kudekatkan ke wajahku. Sambil terus mengocok Memeknya
perlahan dengan Penisku, betis kirinya yang amat indah itu kuciumi dan kukecupi
dengan gemasnya. Setelah puas dengan betis kiri, ganti betis kanannya yang kuciumi
dan kugeluti, sementara betis kirinya kutumpangkan ke atas bahuku. Begitu hal
tersebut kulakukan beberapa kali secara bergantian, sambil mempertahankan rasa
nikmat di Penisku dengan mempertahankan gerakan maju-mundur perlahannya di Memek
Yanti.
Setelah puas dengan cara tersebut, aku meletakkan kedua betisnya di bahuku,
sementara kedua telapak tanganku meraup kedua belah payudaranya. Masih dengan
kocokan Penis perlahan di Memeknya, tanganku meremas-remas payudara montok
Yanti. Kedua gumpalan daging kenyal itu kuremas kuat-kuat secara berirama.
Kadang kedua putingnya kugencet dan kupelintir-pelintir secara perlahan. Puting
itu semakin mengeras, dan bukit payudara itu semakin terasa kenyal di telapak
tanganku. Yanti pun merintih-rintih keenakan. Matanya merem-melek, dan alisnya
mengimbanginya dengan sedikit gerakan tarikan ke atas dan ke bawah.
"Ah.. mas Tedy, geli.. geli.. Tobat.. tobat.. Ngilu mas Tedy, ngilu.. Sssh.. sssh.. terus mas Tedy, terus.. Edan.. edan..
Penismu membuat Memekku merasa enak sekali… Nanti jangan disemprotkan di luar Memek,
mas Tedy. Nyemprot di dalam saja.. aku sedang tidak subur…”
Aku mulai mempercepat gerakan masuk-keluar Penisku di Memek Yanti.
"Ah-ah-ah.. benar, mas Tedy. benar.. yang cepat.. Terus mas Tedy, terus.."
Aku bagaikan diberi spirit oleh rintihan-rintihan Yanti. tenagaku menjadi
berlipat ganda. Kutingkatkan kecepatan keluar-masuk Penisku di Memek Yanti.
Terus dan terus. Seluruh bagian Penisku serasa diremas¬-remas dengan cepatnya
oleh daging-daging hangat di dalam Memek Yanti. Mata Yanti menjadi merem-melek
dengan cepat dan indahnya. Begitu juga diriku, mataku pun merem-melek dan
mendesis-desis karena merasa keenakan yang luar biasa.
"Sssh.. sssh.. Yanti.. enak sekali.. enak sekali Memekmu.. enak
sekali Memekmu.."
"Ya mas Tedy, aku juga merasa enak sekali.. terusss.. terus mas Tedy,
terusss.."
Aku meningkatkan lagi kecepatan keluar-masuk Penisku pada Memeknya. Penisku
terasa bagai diremas-remas dengan tidak karu-karuan.
"Mas Tedy.. mas Tedy.. edan mas Tedy, edan.. sssh.. sssh.. Terus.. terus.. Saya hampir keluar nih mas Tedy.. sedikit lagi.. kita
keluar sama-sama ya mas..," Yanti jadi mengoceh tanpa kendali.
Aku mengayuh terus. Aku belum merasa mau keluar. Namun aku harus membuatnya
keluar duluan. Sementara Penisku merasakan daging-daging hangat di dalam Memek
Yanti bagaikan berdenyut dengan hebatnya.
"Mas Tedy.. mas Tedyby.. mas Tedyby..," rintih Yanti. Telapak tangannya memegang kedua lengan
tanganku seolah mencari pegangan di batang pohon karena takut jatuh ke bawah.
Ibarat pembalap, aku mengayuh sepeda balapku dengan semakin cepatnya. Bedanya,
dibandingkan dengan pembalap aku lebih beruntung. Di dalam "mengayuh
sepeda" aku merasakan keenakan yang luar biasa di sekujur Penisku.
Sepedaku pun mempunyai daya tarik tersendiri karena mengeluarkan
rintihan-rintihan keenakan yang tiada terkira.
"Mas Tedy.. ah….ah……ah….ah……ah.. Enak mas Tedy, enak.. Ah…ah…ah….ah…ah.. Mau keluar mas Tedy.. mau keluar.. ah…ah…ah…ah…ah…. sekarang ke..ke..ke.."
Tiba-tiba kurasakan Penisku dijepit oleh dinding Memek Yanti dengan sangat
kuatnya. Di dalam Memek, Penisku merasa disemprot oleh cairan yang keluar dari Memek
Yanti dengan cukup derasnya. Dan telapak tangan Yanti meremas lengan tanganku
dengan sangat kuatnya. Mulut sensual Yanti pun berteriak tanpa kendali:
"..keluarrr..!"
Mata Yanti membeliak-beliak. Sekejap tubuh Yanti kurasakan mengejang. Aku pun
menghentikan genjotanku. Penisku yang tegang luar biasa kubiarkan diam tertanam
dalam Memek Yanti. Penisku merasa hangat luar biasa karena terkena semprotan
cairan Memek Yanti. Kulihat mata Yanti kemudian memejam beberapa saat dalam
menikmati puncak orgasmenya.
Setelah sekitar satu menit berlangsung, remasan tangannya pada lenganku
perlahan-lahan mengendur. Kelopak matanya pun membuka, memandangi wajahku.
Sementara jepitan dinding Memeknya pada Penisku berangsur-angsur melemah.
walaupun Penisku masih tegang dan keras. Kedua kaki Yanti lalu kuletakkan
kembali di atas kasur dengan posisi agak membuka. Aku kembali menindih tubuh telanjang
Yanti dengan mempertahankan agar Penisku yang tertanam di dalam Memeknya tidak
tercabut.
"Mas Tedy.. kamu luar biasa.. kamu membawaku ke langit ke tujuh,"
kata Yanti dengan mimik wajah penuh kepuasan. Aku senang mendengar pengakuan
Yanti itu. berarti selama aku tidak bertepuk sebelah tangan. Aku selalu
membayangkan kemolekan tubuh Yanti dalam masturbasiku, sementara dia juga
membayangkan kugeluti dalam onaninya. Bagiku.
"Mas Tedy… kamu seperti yang kubayangkan. Kamu
jantan.. kamu perkasa.. dan kamu berhasil membawaku ke puncak orgasme. Luar
biasa nikmatnya.."
Aku bangga mendengar ucapan Yanti. Dadaku serasa mengembang. Dan bagai anak
kecil yang suka pujian, aku ingin menunjukkan bahwa aku lebih perkasa dari
dugaannya. Perempuan ini harus kewalahan menghadapi genjotanku. Perempuan ini
harus mengakui kejantanan dan keperkasaanku. Kebetulan aku saat ini baru
setengah perjalanan pendakianku di saat Yanti sudah mencapai orgasmenya.
Penisku masih tegang di dalam Memeknya. Penisku masih besar dan keras, yang
harus menyemprotkan pelurunya agar kepalaku tidak pusing.
Aku kembali mendekap tubuh mulus Yanti, yang di bawah sinar lampu kuning kulit
tubuhnya tampak sangat mulus dan licin. Penisku mulai bergerak keluar-masuk
lagi di Memek Yanti, namun masih dengan gerakan perlahan. Dinding Memek Yanti
secara berargsur-angsur terasa mulai meremas-remas Penisku. Terasa hangat dan
enak. Namun sekarang gerakan Penisku lebih lancar dibandingkan dengan tadi.
Pasti karena adanya cairan orgasme yang disemprotkan oleh Memek Yanti beberapa
saat yang lalu.
"Ahhh.. mas Tedy.. kau langsung memulainya lagi.. Sekarang giliranmu..
semprotkan air manimu ke dinding-dinding Memekku.. Sssh..," Yanti mulai
mendesis-desis lagi.
Bibirku mulai memagut bibir merekah Yanti yang amat sensual itu dan
melumat-lumatnya dengan gemasnya. Sementara tangan kiriku ikut menyangga berat
badanku, tangan kananku meremas-remas payudara montok Yanti serta memijit-mijit
putingnya, sesuai dengan mama gerak maju-mundur Penisku di Memeknya.
"Sssh.. sssh.. sssh.. enak mas Tedy, enak.. Terus.. teruss..
terusss..," desis bibir Yanti di saat berhasil melepaskannya dari serbuan
bibirku. Desisan itu bagaikan mengipasi gelora api birahiku.
Sambil kembali melumat bibir Yanti dengan kuatnya, aku mempercepat genjotan
Penisku di Memeknya. Pengaruh adanya cairan di dalam Memek Yanti,
keluar-masuknya Penis pun diiringi oleh suara, "srrt-srret srrrt-srrret
srrt-srret.." Mulut Yanti di saat terbebas dari lumatan bibirku tidak
henti-hentinya mengeluarkan rintih kenikmatan,
"Mas Tedy.. ah.. mas Tedy.. ah.. mas Tedy.. hhb.. mas Tedy.. ahh.."
Penisku semakin tegang. Kulepaskan tangan kananku dari payudaranya. Kedua
tanganku kini dari ketiak Yanti menyusup ke bawah dan memeluk punggung
mulusnya. Tangan Yanti pun memeluk punggungku dan mengusap-usapnya. Aku pun
memulai serangan dahsyatku. Keluar-masuknya Penisku ke dalam Memek Yanti
sekarang berlangsung dengan cepat dan berirama. Setiap kali masuk, Penis
kuhunjamkan keras-keras agar menusuk Memek Yanti sedalam-dalamnya. Dalam
perjalanannya, batang Penisku bagai diremas dan dihentakkan kuat-kuat oleh
dinding Memek Yanti. Sampai di langkah terdalam, mata Yanti membeliak sambil
bibirnya mengeluarkan seruan tertahan, "Ak..!" Sementara daging
pangkal pahaku bagaikan menampar daging pangkal pahanya sampai berbunyi: plak!
Di saat bergerak keluar Memek, Penis kujaga agar kepalanya yang mengenakan helm
tetap tertanam di lobang Memek. Remasan dinding Memek pada batang Penisku pada
gerak keluar ini sedikit lebih lemah dibanding dengan gerak masuknya. Bibir Memek
yang mengulum batang Penisku pun sedikit ikut tertarik keluar, seolah tidak
rela bila sampai ditinggal keluar oleh batang Penisku. Pada gerak keluar ini
Bibir Yanti mendesah, "Hhh.."
Aku terus menggenjot Memek Yanti dengan gerakan cepat dan menghentak-hentak.
Remasan yang luar biasa kuat, hangat, dan enak sekali bekerja di Penisku.
Tangan Yanti meremas punggungku kuat-kuat di saat Penisku kuhunjam masuk
sejauh-jauhnya ke lobang Memeknya. beradunya daging pangkal paha menimbulkan
suara: Plak! Plak! Plak! Plak! Pergeseran antara Penisku dan Memek Yanti
menimbulkan bunyi srottt-srrrt.. srottt-srrrt.. srottt-srrrtt.. Kedua nada
tersebut diperdahsyat oleh pekikan-pekikan kecil yang merdu yang keluar dari
bibir Yanti:
"Ak! Uhh.. Ak! Hhh.. Ak! Hhh.."
Penisku terasa empot-empotan luar biasa. Rasa hangat, geli, dan enak yang tiada
tara membuatku tidak kuasa menahan pekikan-pekikan kecil:
"Yanti.. Yanti.. edan.. edan.. Enak sekali Yanti.. Memekmu enak sekali.. Memekmu hangat sekali.. edan.. jepitan Memekmu enak sekali.."
"Mas Tedy.. mas Tedy.. terus mas Tedy.." rintih Yanti,
"Enak mas
Tedy.. enaaak.. Ak! Ak! Ak! Hhh.. Ak! Hhh.. Ak! Hhh.."
Tiba-tiba rasa gatal menyelimuti segenap penjuru Penisku. Gatal yang enak
sekali. Aku pun mengocokkan Penisku ke Memeknya dengan semakin cepat dan
kerasnya. Setiap masuk ke dalam, Penisku berusaha menusuk lebih dalam lagi dan
lebih cepat lagi dibandingkan langkah masuk sebelumnya. Rasa gatal dan rasa
enak yang luar biasa di Penis pun semakin menghebat.
"Yanti.. aku.. aku.." Karena menahan rasa nikmat dan gatal yang
luar biasa aku tidak mampu menyelesaikan ucapanku yang memang sudah
terbata-bata itu.
"Mas Tedy.. mas Tedy.. mas Tedy! Ak-ak-ak.. Aku mau keluar lagi.. Ak-ak-ak.. aku ke-ke-ke.."
Tiba-tiba Penisku mengejang dan berdenyut dengan amat dahsyatnya. Aku tidak
mampu lagi menahan rasa gatal yang sudah mencapai puncaknya. Namun pada saat
itu juga tiba-tiba dinding Memek Yanti mencekik kuat sekali. Dengan cekikan
yang kuat dan enak sekali itu. aku tidak mampu lagi menahan jebolnya bendungan
dalam alat kelaminku.
Pruttt! Pruttt! Pruttt! Kepala Penisku terasa disemprot cairan Memek Yanti,
bersamaan dengan pekikan Yanti,
"..keluarrrr..!"
Tubuh Yanti mengejang dengan mata membeliak-beliak.
"Yanti..!" aku melenguh keras-keras sambil merengkuh tubuh Yanti
sekuat-kuatnya, seolah aku sedang berusaha rnenemukkan tulang-tulang
punggungnya dalam kegemasan. Wajahku kubenamkan kuat-kuat di lehernya yang
jenjang. Cairan spermaku pun tak terbendung lagi.
Crottt! Crott! Crooot! Spermaku
bersemburan dengan derasnya, menyemprot dinding Memek Yanti yang terdalam.
Penisku yang terbenam semua di dalam kehangatan Memek Yanti terasa
berdenyut-denyut.
Beberapa saat lamanya aku dan Yanti terdiam dalam keadaan berpelukan erat
sekali, sampai-sampai dari alat kemaluan, perut, hingga ke payudaranya seolah
terpateri erat dengan tubuh depanku. Aku menghabiskan sisa-sisa sperma dalam
Penisku. Cret! Cret! Cret! Penisku menyemprotkan lagi air mani yang masih
tersisa ke dalam Memek Yanti. Kali ini semprotannya lebih lemah.
Perlahan-lahan tubuh Yanti dan tubuhku pun mengendur kembali. Aku kemudian
menciumi leher mulus Yanti dengan lembutnya, sementara tangan Yanti
mengusap-usap punggungku dan mengelus-elus rambut kepalaku. Aku merasa puas
sekali berhasil bermain seks dengan Yanti. Tidak rugi air maniku diperas
habis-habisan pada pengalaman ini oleh orang semolek Yanti.
"Mas Tedy.. terima kasih mas Tedy. Puas sekali saya.
Indah sekali.. sungguh.. enak sekali," kata Yanti lirih.
Aku tidak memberi kata tanggapan. Sebagai jawaban, bibirnya yang indah itu
kukecup mesra. Dalam keadaan tetap telanjang, kami berdekapan erat di atas
tempat tidur pacarku. Dia meletakkan kepalanya di atas dadaku yang bidang,
sedang tangannya melingkar ke badanku. Baru ketika jam dinding menunjukkan
pukul 23:30, aku dan Yanti berpakaian kembali. Sebelum keluar kamar, aku
mendekap erat tubuh Yanti dan melumat-lumat bibirnya beberapa saat.
"Mas Tedy.. kapan-kapan kita mengulangi lagi ya mas
Tedy.. Jangan khawatir, kita tanpa ikatan. Yanti
akan selalu merahasiakan hal ini kepada siapapun, termasuk ke keluarga dan
pacar Yanti. Yanti puas sekali bercumbu dengan mas Tedy," begitu kata
Yanti.
Aku pun mengangguk tanda setuju. Siapa sih yang tidak mau diberi kenikmatan secara
gratis dan tanpa ikatan? Akhirnya dia keluar dari rumahnya lewat pintu samping.
Lima menit kemudian aku baru pulang ke tempat kost-ku.
TAMAT