ANAK PETANI
02. Ngintip Ibunya
Semenjak saat itu, Arjuna menjadi dewasa sebelum waktunya.
Arjuna selalu mencari tempat dan waktu yang tepat bagi dirinya agar bisa
seorang diri dan melakukan usaha barunya dibidang seksual ini. Kadang di kamar
mandi, kadang di kamarnya sendiri yang sempit. Seringkali Arjuna masturbasi
sambil membayangkan Ibunya si Harun yang lumayan cantik itu, namun terkadang
Arjuna membayangkan Ibunya sendiri. Harun merasa bersalah dan kotor, namun
anehnya di lain pihak, kenikmatan yang Ia rasakan itu lebih hebat dibanding bila
ia membayangkan Ibunya Harun.
Hari berganti hari dan akhirnya dua minggu telah lewat. Arjuna selalu
menghadapi dilema setiap harinya. Ia mengalami kenikmatan orgasme yang sangat
dahsyat bila ia membayangkan ngemprut dengan Ibunya yang agak gemuk itu. Dan
sedikit demi sedikit, kewarasannya hilang dan kalah oleh kenikmatan setan yang
tak dapat lagi ia tolak.
Sekarang bayangan tubuh Ibunya yang sintal dan padat itu selalu menjadi bahan
untuk ngelamun jorok dan juga untuk onani. Arjuna tak pernah melihat Ibunya
telanjang, namun Ibunya seringkali mondar-mandir di rumah hanya mengenakan
handuk, sehingga Arjuna dapat melihat bagian atas dada Ibunya yang besar dan
juga paha Ibunya yang kuning langsat itu.
Lama kelamaan hanya membayangkan saja tidaklah memuaskan Arjuna. Arjuna ingin
sekali melihat tubuh Ibunya telanjang betulan. Maka diambilnyalah keputusan
untuk mengintip Ibunya waktu lagi mandi.
Rumah mereka adalah rumah petani sederhana terbuat dari kayu. Kamar tamu kecil
dengan dua kamar tidur. Sementara dapur mereka di belakang semi permanent
bersandingan dengan kamar mandi yang juga hanya semi permanen dengan anyaman
bambu. Kedua kamar itu hanya terpisah oleh satu buah dinding saja. Kamar mandi
di sebelah kiri dan di sebelah kanan adalah dapurnya.
Berhubung ilham ini datang sewaktu malam, Maka Arjuna malam itu ketika semua
orang tidur mulai bekerja. Dicobanya mengintip dari lubang anyaman bambu,
ternyata agak susah. Maka, di sudut ujung dapur Arjuna membuat beberapa lubang,
beberapa di bagian atas, beberapa di tengah dan beberapa bawah, dengan pisau.
Lubang itu dIbuat tepat diantara anyaman. Setelah selesai, dia menambal dengan
potongan kain coklat sehingga tidak akan begitu terlihat.
Ketika subuh si Arjuna baru bangun. Arjuna merasa tak sabar sehingga ia harus
melihat Ibunya telanjang secepatnya hari itu. Arjuna tidak tahu, bila hari
biasa seperti hari itu, kapan Ibunya mandi. Arjuna hanya tahu bila hari minggu
maka Ibunya akan mandi sekitar subuh, karena Ibunya sudah mandi ketika Arjuna
bangun pagi.
Perlahan Arjuna beringsut keluar kamar, ternyata Dewi sudah bangun dan sedang
mencuci piring, berhubung rumah ini adalah rumah kampung, maka cuci piring
dilakukan di kamar mandi. Dewi rupanya belum mandi, namun sudah bersiap untuk
mandi. Perempuan itu memakai handuk, dan Arjuna dapat melihat tali BH Hitam
Ibunya itu masih dipakai. Bila selesai mandi biasanya Ibunya tidak akan memakai
BH di balik handuknya.
Setelah beberapa lama, akhirnya Dewi selesai mencuci piring. Setelah piring di
taruh di dapur, maka Dewi segera masuk ke kamar mandi. Dewi tidak tahu bahwa
anaknya mengawasinya dengan hati-hati dari dalam rumah. Ketika Dewi menutup
pintu kamar mandi, maka Arjuna bergegas ke dapur dan membuka lubang-lubang yang
telah disiapkannya.
Kamar mandi itu terdiri dari bak mandi dan toilet. Keduanya terletak di kanan
tak jauh dari pintu, berhubung kamar itu tidak begitu luas, dengan toilet
menempel dengan dinding yang berpintu dan persis disebelah yang lain bak mandi
itu menempel pada toilet. Bak itu tidak tinggi, hanya setinggi paha orang
dewasa, namun memanjang kesamping. Dinding bambu kamar ini dicat putih dengan
penerangan lampu neon yang di taruh persis di antara kedua kamar itu. Berhubung
atapnya tidak terlalu tinggi, maka lampu neon cukup menerangi kamar itu dengan
jelas.
Ibunya sedang kencing dengan jongkok di toilet. Karena toilet itu letaknya di
kanan sehingga berhadapan langsung dengan tembok dapur yang dilubangi oleh
Arjuna. Maka ketika Arjuna mulai mengintip, ia sedikit kecewa karena Ibunya
sedang memunggunginya. Namun, jarak antara mereka berdua kini hanyalah sekitar
10 cm dan berbataskan dinding anyaman bambu saja. Arjuna dapat melihat tubuh
Ibunya yang telanjang bulat dari belakang. Kulit Ibunya yang kuning langsat
bagaikan bersinar karena tertimpa lampu neon seakan mengundang lelaki untuk
mengelus dan menciuminya. Arjuna juga dapat melihat kedua pantat Ibunya yang
bulat dan sekel yang seakan meminta diremas-remas. Arjuna tidak sabar menunggu
Ibunya segera mandi. Akhirnya tak lama Ibunya berdiri, lalu turun dari toilet
dan melangkah untuk berdiri di depan bak mandi, sehingga kini Arjuna dengan
bebasnya melihat tubuh telanjang Ibunya dari depan. Ibunya menaruh kaki kirinya
di bak mandi dan mulai cebok secara perlahan.
Arjuna terkejut dan sedikit menarik nafas kaget melihat pemandangan indah nan
erotis di hadapannya ketika Ibunya berdiri dan melangkah ke depan bak mandi.
Walaupun tidak muda lagi Ibunya memiliki tubuh yang sangat sintal berlekuk
cantik dan menggiurkan. Ibunya tidak kurus, namun juga tidak gendut. Ketika
berpakaian, Ibunya tampak memiliki tubuh yang sintal dan agak gemuk, namun
ketika telanjang, tubuh Ibunya tampak sekel dan sangat seksi. Tubuh itu tampak
berisi, tidak ada urat atau otot yang menonjol, namun juga tidak terlihat
gembyor karena gemuk. Dada Ibunya padat, perutnyapun padat dengan sedikit lemak
di atas pinggang, namun tidak gendut.
Arjuna dapat melihat pentil buah dada Ibunya dengan jelas, berwarna coklat muda
kemerahan dengan ujung seperti penghapus pensil berbentuk silinder tumpul
bundar dan pada bagian dasarnya berbentuk lingkaran yang sedikit lebih lebar
dari tutup botol sirup. Pentil itu menghiasi puncak payudara Ibunya yang
bentuknya bagaikan tetesan air mata dengan bagian bulat menggantung ke bawah
hampir sebesar buah kelapa yang sudah diserut kulitnya.
Payudara itu amat indah, dengan puting yang terletak hampir tepat di
tengah-tengah, sehingga secara proporsional menunjukkan keadaan yang masih
lumayan kencang, hanya sedikit agak kendor karena usia Ibunya itu tidaklah muda
lagi dan sudah punya anak, namun masih dapat dibilang indah. Bahkan, karena
Ibunya ini adalah perempuan desa yang tidak pernah pergi ke salon atau
perawatan kecantikan, bisa dibilang inilah salah satu payudara dengan keindahan
alami yang jarang dimiliki oleh perempuan pada umumnya.
Ketika Ibunya mulai cebok dengan satu kaki di atas bak mandi, Arjuna menelan
ludah berkali-kali melihat seluruh selangkangan Ibunya yang telanjang tanpa
ditutupi apapun. Dengan rambut kemaluan yang lebat dan keriting yang tumbuh
sepanjang selangkangan itu dan melingkari bibir memek yang merah muda nan
mengkilat karena terkena air kencing dan kini di siram air untuk membersihkan
bekas kencing itu, membuat kontol Arjuna tidak dapat menjadi lebih keras lagi.
Arjuna mengeluarkan kontolnya dan mulai mengocok batangnya perlahan-lahan
sambil terus mengintip.
Untungnya Ibunya bukanlah orang yang suka bergegas. Ia melakukan segala sesuatu
tanpa ada kesan terburu-buru. Karena itulah Arjuna dapat menikmati cukup lama
keindahan kemaluan Ibunya. Arjuna berusaha menghafal segala lekuk lubang
kencing Ibunya itu. bagaimana bentuk bibir kemaluannya, bagaimana warna dan
tekstur dinding di dalamnya, yang dapat ia lihat ketika Ibunya menggosokkan
tangannya waktu cebok, bagaimana jembut Ibunya berkilau terkena air, bagaimana
gerakkan memek itu ketika digosok dan seluruh pemandangan yang bisa ia dapatkan.
Setelah itu Ibunya mulai mandi. Arjuna dengan bahagia mengamati dengan teliti
segala gerakan tubuh Ibunya yang dimatanya semakin lama semakin erotis. Padahal
Ibunya hanya mandi. Dinikmatinya deburan air yang menghujam badan Ibunya itu,
meninggalkan jejak-jejak basah di seluruh kulit kuning langsat itu. Bulir-bulir
air yang menempel di tubuh Ibunya ditingkahi oleh sinar lampu neon membuat
tubuh yang molek itu bagaikan permata yang berkilau-kilau. Diikutinya gerakan
air ketika Ibunya menyiramkan air ke tubuhnya sendiri, bagaimana air menyusuri
tubuh Ibunya dari kepala, leher, dada, sepanjang payudara dan belahan dada,
turun ke perut dan menyebar jatuh melewati kedua kaki dan selangkangan Ibunya.
Andaikan aku adalah air, tak akan kutinggalkan tubuh seksi itu, pikir Arjuna
yang semakin mempercepat kocokan pada tititnya.
Kemudian pemandangannya berubah lagi ketika Ibunya mulai menyabuni badannya.
Busa-busa dari sabun menghiasi tubuh telanjang Ibunya bagaikan salju yang
menghampar di pegunungan Jayawijaya. Bagaimana busa-busa itu mengubah bentuk
menjadi seperti tubuh yang dIbungkusnya. Busa-busa menghampar sepanjang tangan
dan kaki, namun melingkari buah dada dan perut, menambah kesan dan aksen akan
keindahan yang ada. Apalagi ketika busa itu menipis, kulit kuning langsat
Ibunya itu kini bukan hanya bersinar tapi seakan berkerlap-kerlip dan
menjanjikan sesuatu yang licin untuk dirasakan dan dinikmati.
Ketika Ibunya mengangkat sebelah kaki lagi dan menaruhnya di bak mandi untuk
kedua kalinya, untuk lalu menyabuni selangkangannya, Arjuna mulai mengocok
kemaluannya dengan cepat dan brutal. Pemandangan erotis di ruang sebelah itu
sungguh semakin lama semakin membuat Arjuna tidak tahan. Sambil mengerang
dengan suara yang tertahan karena takut ketahuan, Arjuna membelalakkan matanya
lebar-lebar dan menganiaya kontolnya dengan nafsu yang di ubun-ubun kepala.
Tubuh telanjang Ibunya yang licin dan mengkilat ditambah dengan memek Ibunya
yang kini terlihat lagi dan sedang diusap dengan tangan bersabun sehingga bibir
vagina Ibunya itu bergerak merekah ketika jemari Ibunya mengusap lewat dan
menunjukkan dinding kemaluan Ibunya bagian dalam yang tampak basah kemerahan,
akhirnya berhasil membuat Arjuna mencapai klimaksnya. Dengan desahan dan
erangan yang ditahan, Arjuna ejakulasi di dinding dapur itu.
Arjuna bergegas mencari lap dan membersihkan dinding dapur dengan cepat namun
ketika menggosok dinding ia melakukannya dengan lembut sehingga tidak berisik.
Ia takut apabila Ibunya setelah selesai mandi akan masuk ke dapur dan melihat
lendir pejunya menempel di dinding, atau bila ayahnya yang datang ke dapur.
Setelah dapur bersih Arjuna ngibrit ke kamar lagi dan pura-pura tidur.
Bersambung ke Bagian 03