ANAK PETANI
05. Mulai Ketagihan ML
Setelah membersihkan pejunya dari tubuh ibunya dan diri sendiri, Arjuna
melempar kain ibunya ke lantai. Lalu merebahkan diri di samping ibunya yang
masih tiduran dengan tangan kanan terangkat, bagian belakang telapak tangan ibunya
pun masih ditempelkan di dahi.
Arjuna yang tadi sudah ejakulasi, perlahan mulai horny lagi. Tubuh ibunya yang
sintal, perut yang sedikit buncit namun tidak terlalu gendut menunjukkan lekuk
tubuh perempuan dewasa yang walaupun pernah melahirkan namun tampak begitu
manusiawi dan indah. Kedua payudaranya yang kini sedikit melebar ke samping
karena sedang tiduran tidak tampak sebesar yang seharusnya, namun tidak
mengurangi keindahan tubuh itu. Selangkangan yang dihiasi rambut tebal menambah
erotis ketelanjangan ibunya itu. Apalagi bulu ketek yang tipis namun ikal, yang
basah oleh keringat tampak menantang ketika dibuka seperti itu.
Arjuna mendekatkan hidungnya ke ketek ibunya. Hidungnya digelitik rambut di
ketiak ibunya ketika bau tubuh ibunya yang belum mandi, bahkan sudah keringatan
karena aktivitas tadi, menusuk tajam di hidungnya. Bau perempuan dewasa yang
sangat digilai Arjuna membawa penis Arjuna yang tadi telah ciut, perlahan tapi
pasti bangkit dari tidurnya.
Dewi merasakan ketiaknya disentuh oleh hidung anaknya yang mengendus-endus
mengeluarkan udara yang membelai pangkal lengannya mengirimkan sensasi
menggelitik.
“Kamu ga sekolah?”
“Hari ini ijin sakit saja, Bu.”
“Sakit apa? Orang kamu sehat….”
“Sakit cinta. Arjuna cinta mati sama ibu. Cuma ibu yang bisa menyembuhkan
penyakit ini.”
“Kamu kok gombal?” kata Dewi, namun ada perasaan bangga dan sensual ketika ia
mendengar anaknya mengatakan cinta kepadanya.
“enggak gombal, bu. Arjuna cinta banget sama ibu. Sakit rasanya kalau ibu
enggak membalas cinta ini. Ibu gimana?” kata Arjuna sambil terus bernafas di
ketek ibunya, sementara dagunya disandarkan di tempat tidur agar tidak pegal,
sementara tangan kanannya membentuk huruf V dengan telapak tangan yang ditaruh
di payudara kiri ibunya sambil perlahan mengusap-usap payudara itu.
“Ibu sayang Arjuna….”
“Kok sayang? Cinta dong, bu. Arjuna ga hanya sayang, tapi cinta. Cinta kekasih.
Kan kita kekasih? Ibu kan kekasih Arjuna…”
“Iya……”
“cinta, kan?”
“Iya…..”
“kok iya-iya mulu…. Bilang dong ibu cinta Arjuna…..”
“Ibu cinta Arjuna, kekasihku……”
“Nah gitu dong… tapi harus jelas bu. Siapa kekasih ibu? Harusnya ibu bilang
cinta kepada anakku… gitu…. Biar ga salah. Kan yang namanya Arjuna ga Cuma satu
di Indonesia…”
“Ibu cinta kamu, anakku…… anakku kekasihku…….. anakku yang ganteng…….”
“Gitu dong….” Kata Arjuna senang. Lalu mengecup ketiak ibunya. “Arjuna seneng
banget….. Arjuna sudah punya pacar. Pacarnya cantik dan seksi. Dewasa, lagi.
Arjuna kayak mimpi aja. Masih ga percaya…..”
“Kamu kok gombal mulu, Jun?” tapi hati Dewi jadi berbunga-bunga. Dibilang
cantik dan seksi. Arjuna sungguh romantis. Bapaknya saja beda jauh kalo
dibanding anak ini. Ayah Arjuna tidak punya sifat romantis sama sekali.
“Bau ibu enak banget. Bikin Arjuna semangat.”
Lalu Arjuna mulai menjilati ketiak ibunya lagi sambil meremas payudara kiri
ibunya. Dewi mulai terangsang lagi. Mulut Arjuna asyik menjelajahi Dewi.
Setelah puas menjilati ketek kanan ibunya, Arjuna mulai menjilati dada kanan
ibunya. Dewi mulai bangkit birahinya perlahan. Kedua payudaranya mulai diserang
anaknya lagi. Tetek kirinya dijamahi oleh tangan kanan anaknya, sementara bukit
yang kanan dijilati dan disedoti oleh mulut anaknya itu. Dewi mulai
mengerang-erang.
“aaaah….. iya, Jun. terus…… terus…….. remes tetek ibu……. Isepin tetek ibumu
ini……. Sayangku…… anakku sayang……… terus nenenin ibu…..”
Dada kiri Dewi mulai diselomoti mulut Arjuna, sementara kini ganti tangan kiri
Arjuna meremasi payudaranya yang sebelah kanan. Dewi merasakan gejolak
birahinya makin meninggi. Diremas-remasnya kepala anaknya dengan kedua
tangannya,
“terus Jun……. kekasih ibu…….. anak ibu sayang………. Terus sedot tetek ibumu ini…….
Anakku… pacarku……. Kekasihku…..”
Mulut Arjuna kini mulai menjilati perut Dewi. Dewi merasa geli sekaligus birahi.
Kini kedua tangan anaknya mulai meremasi kedua payudaranya. Kini genggaman
anaknya mulai mengeras membuat Dewi merasakan sensasi liar dan buas. Sementara
lidah anaknya itu mulai menari dipusarnya, berputar-putar lalu menyapu dari
atas ke bawah seakan ingin merasakan seluruh jengkal pusarnya itu.
Arjuna mencium bau tubuh ibunya makin santer tercium, keluar dari memek ibunya.
Tak sabar, ia mulai menjilat ke bawah. Dijilatinya jembut ibunya yang lebat dan
ikal itu, lalu disibaknya jembut itu, maka terlihatlah memek ibunya yang
telanjang. Baru kali ini Arjuna melihat kemaluan ibunya tanpa tutup sedekat ini.
Dua buah bibir rapat dihiasi ladang jembut di antara sepasang paha yang putih.
Ditariknya kedua bibir memek ibunya, maka terlihatlah bagian dalam vagina
ibunya. Bau tubuh ibunya kini seakan menguasai segenap lubang hidung Arjuna.
Bau tubuh ibunya keluar dari organ intim, mahkota ibunya yang suci.
Bagian dalam memek ibunya berwarna merah, sedikit merah muda namun agak gelap.
Dilihatnya klitoris ibunya menghiasi puncak keintiman ibunya dan di bagian
bawah, bibir dalam vagina itu membuka memperlihatkan lubang surgawi milik
ibunya.
Arjuna mulai menjilati memek ibunya. Dewi yang memeknya belum pernah dijilat
orang terkejut merasakan sensasi baru namun asyik. Geli-geli namun geregetan
sekali rasanya.
“Jun….. itu kan kotor…. Bekas kencing….. jangan ah…… jorok….” Namun walau Dewi
melarang, tapi tangannya malah menekan kepala Arjuna minta dijilat terus.
Arjuna merasakan sensasi aneh di lidahnya. Ada rasa asam dan getir di lidahnya,
hidungnya mencium bau campuran antara bau tubuh ibunya dengan bau pesing air
kencing ibunya. Namun, bukannya jijik, Arjuna malah tenggelam dalam nafsu
binatang. Arjuna malah menjadi makin bernafsu menjilati kemaluan ibu kandungnya
sendiri itu.
Bagaikan Anjing yang kehausan, Arjuna asyik sekali menjilati vagina ibunya.
Ibunya kini menggelinjang tak keruan, matanya terpejam setengah dan hanya
bagian putih yang terlihat dari bola matanya. Dewi merasa di awang-awang surga
ketujuh. Memeknya terasa geli dan enak disapu lidah Arjuna. Apalagi karena yang
menjilat adalah anak kandungnya sendiri, darah dagingnya sendiri, kenikmatan
yang dirasakan Dewi menjadi bertambah hebat. Ada perasaan bersalah dan dosa,
namun malah menambah intensitas birahinya. Dewi merasakan nikmatnya oral seks
membuat dirinya lupa daratan. Seakan-akan seluruh tubuhnya hilang dan yang
eksis hanya memeknya saja yang sedang dijilati.
Dewi tidak tahu berapa lama sudah anaknya menjilati kemaluannya, yang jelas
sebentar lagi ia kan mengalami orgasme, erangan Dewi kini terdengar menjadi
bentakan,
“Terus! Jilati memek ibu! Anak baik! Terus! Jilat yang cepat! Ah….. aha…. Jun……
jangan berhenti, Jun! terus! Jilat memek ibumu, Jun! geli, rasanya, Jun! enak….
Aaaaaah…….. heeeeeh… terus jilat..”
Tahu-tahu Dewi merasakan klitorisnya disedot. Dewi jadi menggila, ditekannya
kepala anaknya ke memeknya keras-keras sambil memutar pantatnya,
“Anak bandeeell… kelentit ibu disedooooot… aaah.. enak banget, juuuuuun! Sedot
terus… aaah..”
Dewi tiba-tiba menggelinjang keras dan menekan kepala anaknya sekuat tenaga.
Dirasakannya orgasme yang dahsyat, namun tidak hanya itu, Dewi tiba-tiba merasa
ingin pipis, dan keluarlah air kencingnya yang membanjur muka anaknya yang
gelagapan karena susah bernafas.
“Ngentoot kammuu…. Ibu jadi kenciiing….. dasar anak bandeeeellllllll……. Ibu
jadi beginiii..”
Lalu Dewi terhenyak di tempat tidur kelelahan. Ia meringkukkan badan sehingga
tidur menyamping dengan posisi bagaikan janin, dengan kedua kaki membentuk siku
dan kedua tangan yang memeluk kaki.
Arjuna baru saja melihat ibunya liar. Ia menjadi senang. Tidak lama lagi ibu
akan jadi budak seksku, pikirnya. Apalagi ketika ibunya orgasme dan mengatakan
kata-kata yang belum pernah ia dengar keluar dari mulut ibunya. Ditambah ibunya
yang tak kuasa kencing juga menambah nuansa liar. Tadi Arjuna berusaha meminum
semua air itu, namun tetap saja air itu tidak semuanya masuk ke mulutnya.
Banyak yang menciprati wajahnya dan ada juga yang jatuh di kaki ibunya. Arjuna
kini menjilati selangkangan dan paha ibunya yang terkena air kencing ibunya.
“Arjuna cinta ibu. Air kencing ibu aja Arjuna minum. Nah, ini Arjuna bersihin
badan ibu dari air kencing,” kata Arjuna sebelum mulai menjilati selangkangan,
paha dan tentunya memek ibunya.
Ketika akhirnya Arjuna menjilati memek ibunya terus, ibunya berkata,
“Udah, Jun. ibu capek……”
Arjuna menghentikan aksinya.
“Tapi jun kan belum?”
Dewi meluruskan kakinya walaupun tetap tidur menyamping.
“Kamu selipin aja di antara paha ibu, di bawah selangkangan.”
Arjuna lalu memposisikan dirinya dibelakang ibunya. Ibunya mengangkat sebelah
kakinya. Arjuna menaruh penisnya di bawah memek ibunya. Ibunya merapatkan lagi
kakinya sehingga kini kontol Arjuna dijepit kedua pahanya. Arjuna lalu memeluk
ibunya dari belakang dengan kedua tangan menggengam payudara ibunya. Kepala
Arjuna kini di punggung antara tulang belikat ibunya, berhubung ibunya masih
lebih tinggi. Arjuna mulai menggoyang pantatnya maju mundur.
Punggung ibunya yang mengkilat karena keringat segera dijilati Arjuna. Arjuna
dapat merasakan kulit punggung yang halus bergesekkan dengan lidahnya. Di lain
pihak, kedua tangannya kembali meremas-remas buah dada ibunya yang lembut dan
kenyal. Sementara itu, kontolnya mulai basah karena terkena cairan memek ibunya
yang tadi baru saja orgasme, apalagi saat ini Arjuna sedang mengocok kontolnya
di selangkangan ibunya dengan jepitan paha ibunya itu. Sementara, sensasi kedua
paha ibunya yang menjepitnya sungguh dirasa nikmat, lebih nikmat dari coli
dengan tangan sendiri.
Mulut Arjuna juga kadang mengecup dan mengenyot punggung ibunya yang
bermandikan peluh dan sekarang, bermandikan ludah Arjuna juga. Sehingga tak
lama kemudian punggung mulus ibunya telah dihiasi bekas-bekas merah akibat
cupangan. Jilatan kini sudah sangat melebar, cupangan dan sedotannya juga makin
kencang, sehingga menimbulkan bunyi kecipokan yang keras.
Dewi mulai horny lagi. Memeknya digesekki oleh kontol anak kandungnya yang
keras, sementara kedua payudaranya diremas-remas secara kuat, dan punggungnya
dijelajahi oleh mulut dan lidah anak semata wayangnya itu. Semuanya membuat
Dewi kembali birahi untuk kesekian kalinya pagi itu.
Arjuna mulai menggerakkan tubuhnya perlahan ke bawah, mulutnya mulai
menjelajahi bagian bawah punggung ibunya, namun bukan itu sebabnya, melainkan
lama kelamaan batang kontolnya kini mulai mengarah vertikal ke atas, bagusnya
ibunya belum sadar. Karena ia terus memaju mundurkan pantatnya yang menyebabkan
Dewi tetap terhanyut goyangan ini dan tenggelam dalam nafsu birahi.
Suatu saat, Arjuna menarik pantatnya agak jauh lalu menusukkannya secara cepat
ke atas. Kepala kontolnya secara tiba-tiba menerobos bibir vagina ibunya yang
basah, hanya sayang saja lubang senggama ibunya luput, sehingga kini kepala
kontolnya ‘terpeleset’ dan bergerak sejajar lagi seperti semula. Namun dalam
sepersekian detik itu kontolnya telah masuk ke dalam lipatan bibir vagina
ibunya.
“Arjuna! Kamu ga boleh masukkin!” teriak ibunya.
“enggak dimasukkin kok, Bu. Kan ga masuk ke lubangnya. Ini Cuma gesek di luar
lubang, kok.”
Dewi tidak menjawab lagi. Karena memang burung Arjuna tadi tidak masuk ke liang
senggamanya, melainkan hanya lewat saja.
Arjuna kembali melakukan gerakan tadi, berhubung tidak ada protest dari ibunya.
Ditariknya pantatnya ke bawah lalu ditusuk ke atas. Kembali bibir luar vagina
ibunya merekah, kepala kontol Arjuna masuk ke dalamnya, kali ini ujung
kontolnya menekan ke pinggir lubang memek ibunya, karena tidak tepat bidikannya
sehingga kembali mencelat keluar dan menggesek sepanjang dinding vagina ibunya.
“Tuh…. Tadi hampir masuk,” omel ibunya.
“enggak, Cuma di pinggir lubang. Arjuna ga bakal masukkin kok. Nih liat…..”
Sambil berkata begitu, Arjuna menarik pantatnya lagi lalu mendorong kontolnya
ke arah memek ibunya. Kembali kontol Arjuna menggesek lubang senggama ibunya,
namun tidak masuk ke dalam karena posisi kontolnya sejajar dengan memek ibunya.
“ga masuk, kan? Tenang aja, bu….” Kata Arjuna.
Untuk beberapa lama, Arjuna menggeseki bagian dalam memek ibunya, sekedar
melintas di atas lubang memek ibunya untuk kemudian ditekan di sepanjang bagian
dalam memek ibunya itu sampai ke klitorisnya bahkan mungkin lebih jauh lagi
karena terkadang palkon Arjuna menrasakan lebatnya jembut ibunya pada saat
pantatnya menusuk ke depan. Dewi merasakan permainan ini bahaya, ada
kemungkinan kontol anaknya dapat selip dan tiba-tiba masuk ke dalam liang
senggamanya. Hanya saja bahaya ini di lain pihak juga membuat jantungnya
deg-degan dan menambah rasa erotis yang lain dibanding dengan pasangannya,
perasaan yang menggetarkan jiwa. Persenggamaan ibu dan anak adalah hal yang
tabu tapi secara aneh membuat Dewi merinding bila memikirkannya.
“Janji, ya Jun? jangan dimasukkin…..”
“Tenang aja, Bu,” kata Arjuna, kali ini sambil mendorong tubuh ibunya dengan
tubuhnya sehingga kini ibunya tiduran tengkurap dengan Arjuna menindih bagian
belakang tubuh ibunya yang telanjang bulat itu. Arjuna merubah posisinya hingga
badannya sedikit lagi turun dari posisinya semula, agar lebih mudah beroperasi.
Kini kedua tangannya ditaruh di pundak ibunya, lalu Arjuna mulai
mengocok-ngocok selangkangan ibunya lagi.
Gesekkan-gesekkan kontol anaknya membawa Dewi ke lembah birahi sekali lagi.
Memeknya kini sudah basah total, bermandikan cairan kewanitaanya sendiri. Terkadang
Dewi merasakan kepala kontol anaknya menggowes lubang memeknya untuk kemudian
mencelat lurus menggeseki bagian dalam vaginanya menuju klitoris, sementara
punggungnya menjadi korban keganasan mulut dan lidah anaknya.
Tiba-tiba dalam satu tusukkannya, Dewi merasakan kepala kontol anaknya itu
menancap di lingkar luar liang senggamanya. Dewi kaget dan ketika ia hendak
berteriak pada Arjuna, kontol Arjuna telah ditarik, untuk kemudian kembali
menggesek-gesek seperti sebelumnya.
“Kamu sengaja, ya? Hampir masuk, tadi!”
“kan baru hampir, berarti belum masuk, kan bu?”
Dewi hanya mendengus. Lalu kembali anaknya mengocoki vaginanya lagi. Bagian
dalam memek Dewi begitu licinnya sehingga gerakan kontol Arjuna begitu lancar
menggesek naik turun sepanjang vagina bagian dalam Dewi.
Tiba-tiba kembali kepala kontol Arjuna menancap di ujung lubang, namun secepat
kilat ditarik kembali, lalu kembali menggesek-gesek. Kali ini Dewi tidak
berkomentar. Yang penting belum masuk, pikirnya. Namun tak lama kemudian kontol
itu kembali menancap lalu ditarik. Kemudian menggesek lagi. Dewi jadi curiga
apakah ini kesengajaan atau tidak? Ia menghitungnya. Sekali menancap, sepuluh
kali gesek. Sekali nancap, sembilan kali gesek. Ketika kontol itu menancap di
depan lubang, Arjuna tidak mendorong dengan kuat, hanya cukup untuk menempel
saja, namun gerakan gesek berikutnya adalah gerakan yang cukup kuat untuk
menggesek memeknya. Rupanya ada suatu pola. Pola berarti kesengajaan. Sungguh
anaknya memang bandel.
Kini gerakan Arjuna sudah menjadi sekali nancap, lima kali gesek. Pola ini
berlanjut beberapa lama. Mungkin tidak akan berubah lagi, pikir Dewi. Dan Dewi
menjadi tidak terlalu memikirkannya lagi dan sekarang berusaha menikmati
goyangan anaknya. Ketika Dewi mulai terombang-ambing, dirasakannya kini Arjuna
telah merubah pola serangannya. Sekali tancap, dua kali gesek. Dewi belum sadar
bahwa gerakan ini cukup berbahaya karena ia pun sedang menikmatinya atau juga
mungkin sebentar lagi akan orgasme sehingga tidak peduli akan segala hal apapun
juga.
Pola gerakan Arjuna diimbangi Dewi. Ketika kontol Arjuna menggeseki memeknya
dua kali, maka Dewi membalas dengan menekan pantatnya kebawah sehingga tusukan
maju Arjuna ditambah dengan tekanannya sendiri membuat gesekkan kedua kelamin
itu menjadi lebih keras.
Dewi mulai mengoceh tak keruan,
“Iyaaaah.. gesek terus kontolmu, naaak.. Cah baguus… goyang terus kayak gitu…
ibu bentar lagi sampaaaaiii……”
Gerakan mereka bertambah cepat. Dua kali gesek, sekali tancap. Dua kali gesek,
sekali tancap.
“Ibu mau sampeee…. aaaah! Juuun jangaaaan!! Ibu sampeeeeee…….”
Ternyata ketika Dewi berkata ibu mau sampe, Arjuna merubah pola gerakannya.
Dari satu kali tancap, dua kali gesek, menjadi satu kali tancap, satu kali
gesek dan satu kali tancap dan Arjuna menusuk ke depan dengan kuat, sementara
kedua tangannya merangkul ibunya dari belakang dengan cara melingkarkan tangan
melalui bawah ketiak ibunya, lalu telapak tangan dibuka ke dalam lalu memegang
pundak depan ibunya dari arah bawah, sebelum gerakan tusukan di lancarkan. Gerakan
terakhir ini membuat kontol Arjuna serta merta ambles ke dalam liang senggama
ibunya, karena selain tusukkan Arjuna yang disengajakan, Dewi juga sedang
menekan ke bawah mengikuti irama satu tancap dua gesek tadi. Itu yang membuat
ibunya teriak jangan.
Tapi, Dewi tidak berontak karena saat itu juga ia mengalami orgasme. Sudah lama
sekali Dewi menahan nafsunya karena tidak pernah dinafkahi suaminya. Kini
tiba-tiba ada kontol yang memasukki memeknya lagi, apalagi memang dia dalam
keadaan birahi tinggi dan sudah hampir klimaksnya, maka ketika anaknya
menghujamkan penisnya dalam-dalam, maka Dewi mencapai orgasme yang begitu hebat
yang belum pernah dirasakannya sebelumnya.
Arjuna merasa dirinya di surga ketujuh. Kini kontolnya sudah ambles masuk ke
lubang kencing ibunya. Dirasakannya liang senggama ibunya begitu sempit meremas
batang kontolnya. Dinding liang senggama ibunya basah oleh cairan kewanitaan
dan terasa seperti pipa lembut yang menjepit keras kontolnya. Apalagi sekarang
ibunya sedang orgasme.
Arjuna dapat merasakan pinggul ibunya yang sedikit bergetar seperti menggigil,
sementara dinding lubang kencing ibunya berdenyut-denyut meremas kontolnya
seakan ingin menyedot habis isi kontolnya. Arjuna segera mengentoti ibunya
dengan gerakan liar dan buas. Ia ingin ejakulasi dan menyebarkan benihnya ke
rahim ibunya dalam-dalam.
Arjuna yang sedang kalap karena nafsu, mengenyot punggung ibunya keras-keras
dan tak menggerakkan mulutnya lagi. Kedua tangannya tetap merangkul ibunya dari
belakang dan menekan tubuh ibunya seiring irama tusukkan kontolnya. Suara selangkangannya
beradu dengan pantat ibunya terdengar berkali-kali ditingkahi suara erangan
ibunya yang sedang orgasme.
“Juuuuuun.. jangan entot ibu kayak gitu… aaaah… jangan dikeluarin di dalam…
Junn… jangan dikeluarin di dalam.. ssshh………”
Arjuna yang baru sekali ini merasakan nikmatnya bersenggama, apalagi yang
disetubuhi ibunya sendiri yang cantik dan bahenol, tidak berpikiran jenih
ditambah buta soal begituan. Ia mendengar ibunya berbicara namun mengartikannya
berbeda. Ketika ibunya bilang jangan dikeluarin di dalam, ia mengira ibunya
meminta agar kontolnya jangan dikeluarin tetapi di dalam aja. Sehingga Arjuna
menjadi semakin semangat mengobok-obok kemaluan ibunya dengan burungnya.
“uuuuh…… memek ibu nikmat banget…. sempiiit.. Arjuna ga tahaaaaaan…..,” kata
Arjuna lalu kembali mengenyot punggung ibunya yang banjir keringat dengan
keras, sementara nafsu birahinya seakan meledak.
Arjuna merasakan kenikmatan yang tak ada taranya. Ia sudah sering ejakulasi,
tapi kali ini, sensasi mengentot ibunya sendiri seakan menambah berkali-kali
lipat kenikmatan yang ia alami. Sambil menyedot punggung ibunya kuat-kuat,
Arjuna melepaskan pejunya di dalam rahim ibunya sambil menekan burungnya dalam-dalam.
Bila ada orang yang melihat adegan di kamar itu tentu akan terhenyak. Seorang
Ibu muda yang cantik dan seksi sedang tengkurap ditindih anaknya sendiri,
sementara anaknya itu merangkul ibunya dan menghujamkan kontolnya secara brutal
ke dalam memek ibunya sambil mengenyot punggung mulus ibunya itu.
Akhirnya Arjuna lemas dan menindih punggung ibunya. Ibunya pun berbaring
bagaikan orang pingsan, hanya saja keduanya bernafas berat, sedikit
tersengal-sengal bagaikan orang yang baru saja selesai lari marathon.
Setelah hampir dua menit Arjuna menindih ibunya, ibunya membalikan tubuh
sehingga Arjuna jatuh kesamping. Kemudian Dewi menarik tubuhnya sehingga
kelamin mereka lepas. Air mani anaknya menetes perlahan dari memeknya. Lalu
Dewi berkata,
“Jun. nanti ibu hamil.”
“emang kenapa bu? Bukannya ibu suka dan menikmati juga emang kenapa kalo hamil?
Ibu ga suka punya anak? Arjuna suka banget kalau punya adik. Tapi ibu ga pernah
ngasih ade sih….”
Dewi terdiam. Lalu berkata,
“Panjang ceritanya, Jun. yang jelas, semenjak kamu lahir, Ayah kamu sama ibu
sudah tidak pernah campur lagi. Kalau ibu hamil, Ayah kamu akan mengira ibu
selingkuh.”
“Jadi ibu ga boleh hamil?”
Dewi menggeleng.
“Emang kalau Arjuna masukkin titit ke memek ibu kayak gini, ibu pasti hamil?”
“Belum pasti. Tapi kemungkinan besar.”
“supaya pasti tidak hamil bagaimana?”
“Bisa pakai alat KB seperti pil, suntik dan lain-lain. Atau KB Alami.”
“Alat KB mahal ya, bu? Kalau KB alami juga mahal?”
“KB Alami gratis kok, Cuma lebih susah.”
“Caranya?”
“ada yang pakai kalender, agak susah diceritakan. Tapi yang ini susah untuk
diikuti, dan sebagian besar orang tidak berhasil.”
“Ada yang lain?”
“Bisa juga lelakinya ngecrot di luar.”
“Maksudnya?”
“Kamu tau kan ejakulasi?”
“maksudnya?”
“titit kamu keluarin cairan putih, tapi bukan kencing. Kayak ini,” Dewi
menunjukkan cairan peju anaknya yang keluar dari memeknya yang baru saja
dientot anak tunggalnya itu.
“Oh itu ….. emang kenapa?”
“Nah, kalau lelaki menaruh tititnya di tempik perempuan itu namanya berhubungan
badan. Nah, hubungan badan itu akan selesai ketika lelaki mengeluarkan cairan
putih itu. KB Alami lainnya adalah waktu cairan itu mau keluar, lelaki mencabut
tititnya dari tempik perempuan lalu mengeluarkan cairan itu di luar tempik
perempuan itu. Mengeluarkan cairan putih itu namanya ejakulasi.”
“Oh, kalau ejakulasi di dalam tempik perempuan bisa hamil ya?”
“Iya.”
“Kalau begitu nanti Arjuna keluarin di luar. Kan ibu ga bakal hamil.”
“Jarang lelaki yang belum berpengalaman kayak kamu ini bisa menahan ketika saat
ejakulasi. Tadi saja kamu ga tahan kan. Ini peju kamu udah di dalam perut ibu.”
“Yaaaa…. Kan Jun tadi ga dikasih tahu. Bagaimana kalau nanti kita beginian
lagi, Jun akan keluarin air mani Jun di luar memek ibu…….”
“Susah, Jun, untuk lelaki menahan tidak buang di dalam. orang harus latihan
dulu.”
“Latihan di mana? Masa cari orang dulu?” kata Arjuna, ia ingin sekali ngentotin
memek ibunya terus. Tapi melihat muka ibunya yang serius, maka Arjuna menjadi
takut kalau nanti ibunya ga mau lagi meneruskan hubungan terlarang lagi.
Setelah berpikir agak lama, Arjuna mendapatkan pikiran lain, ia pernah
lihat majalah porno di mana ada gambar lelaki sedang mengentot perempuan, namun
kontolnya masuk lubang belakang. Mungkin kalau ibunya belum mau dientot memeknya
lagi, Arjuna dapat menggunakan lubang pantat ibunya. Maka katanya,
“Gini aja deh bu, gimana kalau Arjuna latihan di lubang yang satu lagi?”
“Maksud kamu?”
“Lubang dubur ibu.”
“Apaaa? Iiiih…. Kamu jorok banget.”
“kalau di situ ibu bisa hamil ga?”
“enggak.”
“Ya udah, biar Arjuna latihan dulu di situ sampai bisa tahan ejakulasi.”
“Ya ampun, Jun. itu kan kotor. Tempat keluarnya tai ibu loh…..”
“Justru itu. Kan lubang itu kotor. Ibu pakai cuman untuk berak aja. Kalau ibu
sayang, ibu kasih lubang itu untuk Jun pakai buat latihan, donk. Kan lubang itu
ga bakal bikin hamil dan juga Cuma tempat kotoran aja. Ibu ga boleh pelit.”
Dewi terdiam dan terpaksa mengakui kata-kata anaknya. Mereka terdiam beberapa
saat. Arjuna menikmati melihat ibunya yang telanjang. Buah dadanya yang ranum
itu sedang naik turun karena bernafas. Sementara tubuh ibunya yang mengkilap
karena keringat tampak bagaikan pahatan indah yang hidup.
Sekarang sudah telat untuk sekolah. Arjuna memeluk ibunya dari samping lalu
berkata,
“Bu….. ibu cantik sekali….” Lalu mencium ibunya perlahan. Dewi yang sedang
banyak pikiran tiba-tiba merasakan bibirnya dikecup anaknya perlahan. Akhirnya
beberapa saat kemudian ia membalas ciuman anaknya itu.
Makin lama ciuman mereka makin hot. Burung Arjuna jadi tegang lagi. Entah
karena baru merasakan ngentot, entah karena ingin merasakan lubang pantat
ibunya, sehingga birahi Arjuna menanjak lagi.
“Bu…. Arjuna mau latihan masukkin burung di lubang belakang ibu…..”
Maka Dewi tidur tengkurap. Arjuna menaruh kakinya di samping paha Dewi, lalu
berlutut di situ. Ditariknya dua pantat yang sekal dan kencang dengan bentuk
bundar yang tampak kenyal Arjuna memegang kedua pantat ibunya lalu ia menarik
kedua pantat itu ke samping. Terlihat lubang anus ibunya itu menutup rapat.
Lubang itu sedikit kehitaman di ujung-ujungnya.
Arjuna menggunakan sebelah tangannya untuk menuntun kontolnya ke lubang itu.
Kepala kontolnya yang sudah basah karena tadi masuk di memek ibunya mentok di
cincin ibunya. Ketika ia menusuk keras-leras, kepala kontolnya masuk berhubung
kontolnya yang licin itu. Lubang itu sempit sekali dan panas, namun kering
sekali sehingga ada sensasi terbakar dirasakan Arjun.
“Adduuh…… sakit Jun….”
Arjuna pun merasakan sakit.
“Kalau masukkin ke tempik perempuan kok gak sesakit ini bu?“
”itu lain, biasanya harus licin dulu dalamnya. Kalau tempik punya cairan di
dalamnya.”
“Kalo dubur ibu ga ada?’
“enggak.”
Mendapat ide bagus, Arjuna mencabut kontolnya dan kini mulai menarik pantat
ibunya ke samping lebih lebar, dan tiba-tiba dijilatinya lubang itu.
“Arjunaaaaa! Ih……. Joroknyaaaa! Masa burit ibu dijilat?”
“enak bu…… harum lagi……”
Arjuna melihat pantat ibunya yang bulat dan sekal itu dilapisi kulit yang
sedikit lebih hitam dari kulit ibunya di tempat lain. Ada bintik putih di
sana-sini namun tidak terlalu banyak yang membuat kontras dengan kulit coklat
pantat ibunya. Arjuna mulai menciumi kedua pantat ibunya, menjilati dan
mengecupi. Berhubung kulitnya agak gelap jadi cupangan tidak terlalu berhasil
di situ. Kulit tubuh ibunya telah ia hapal rasanya. Namun menjilati pantat
ibunya memberikan nuansa lain yang ia sukai. Akhirnya Arjuna kembali menjilati
lubang anus ibunya dengan lahap. Kadang-kadang lubang itu membuka dan menutup.
Ketika suatu saat lubang anus ibunya membuka, Arjuna membuat kaku lidahnya,
lalu menjojoh lidahnya ke dalam lubang lebih jauh.
“Aaaaahhhhhh, lidahmu masuk……”
Arjuna mulai menjilati sejauh lidahnya menjangkau. Ketika air liurnya masih
sedikit dan tidak menunjukkan pembasahan yang baik, Arjuna membuka lubang
pantat ibunya lalu meludah ke dalam untuk kemudian menjilati lagi. Lama
kelamaan Arjuna hapal bau pantat ibunya. Sedikit menyengat dan ada aura panas
yang menguar. Dinikmatinya sensasi lidahnya yang kini menyusuri keliling
dinding dalam lubang tahi ibunya. Terkadang ia seperti merasa ada butiran
sangat halus yang terjilat. Arjuna tidak jijik, malah sering menelan ludah
untuk merasakan butiran halus yang mungkin adalah tahi ibunya itu.
Dewi mulai menggelinjang. Mula-mulanya ia merasa geli, namun lama-kelaman ia
dapat menikmati sensasi lidah anaknya di dalam lubang eeknya. Memeknya jadi
basah lagi. Baru kali ini Dewi dapat merasakan lubang anusnya. Sebelumnya hanya
ketika buang air ia dapat merasakan tahinya melewati pipa pembuangan tubuhnya
itu. Kini dinding anusnya terasa sekali dibelai-belai oleh lidah anaknya
sendiri.
Lubang Dewi sekarang basah, bahkan karena sering meludah ke lubang pantat
ibunya, Arjuna masih dapat melihat sedikit air liur bergelembung di lubang anus
ibunya. Arjuna menuntun kontolnya lagi, lalu dengan bernafsu sekali, berhubung
ia sudah tidak sabar dan tahan lagi, ia menghujamkan kontolnya ke dalam lubang
tahi ibunya.
Baru setengah gerakannya terhenti lubang yang kecil itu karena seret. Sementara
Dewi berteriak,
“Saakiiiiiit Juuuuuuun……..”
Arjuna yang tadinya berlutut, kini menindih ibunya lalu menggenjot pantatnya
kuat-kuat sambil mendekap ibunya dari belakang.
“Aaaaargggghhhhhhh…. Pantat ibu robeeeeeeek!!!!!”
Padahal tidak. Hanya saja lobangnya menjadi bertambah longgar karena tertarik
ke samping secara paksa. Arjuna merasakan kontolnya dijepit lubang anus ibunya
dengan sangat kuat. Sedikit sakit dirasakan. Namun keberhasilannya menyodomi
ibunya membuat dirinya senang bukan kepalang.
Mereka berdua terdiam selama beberapa waktu. Arjuna lalu mulai menarik
kontolnya perlahan-lahan. Dirasakannya dinding anus ibunya mencengkram keras
seluruh batang kontolnya sehingga ada friksi yang kuat ketika kontolnya
menggesek pergi. Sebelum seluruh kontolnya copot dari lubang tahi ibunya,
Arjuna mendorong lagi kontolnya untuk menelusuri dinding anus ibunya yang
sempit itu.
Selama beberapa menit, Arjuna perlahan-lahan menumbuki lubang pantat ibunya,
sementara kedua tangannya telah ia selusupkan ke bagian depan tubuh ibunya
sehingga kini telah menggenggam kedua payudara ibunya yang besar. Dewi
menggunakan satu tangannya untuk menggeseki klitorisnya sendiri, karena birahi
telah menguasainya pula. Udara yang panas dan juga aksi sodomi Arjuna kepada
ibunya membuat dua insan sedarah itu mulai berkeringat lagi.
Arjuna otomatis mulai menjilati punggung ibunya, tangannya mulai meremas-remas
payudara ibunya dan kontolnya masih mencangkuli lubang pantat ibunya.
Lama-kelamaan birahi Arjuna perlahan memuncak. Ini menyebabkan jilatan Arjuna
kini menjadi kenyotan dan hisapan di punggung ibunya. Remasan tangannya yang
tadi perlahan kini menjadi kuat seakan sedang mencengkram kedua tetek ibunya.
Dinding Anus ibunya mulai terasa tidak terlalu menyakitkan, sehingga kini
Arjuna menghujami lubang anus ibunya dengan keras. Terdengarlah suara benturan
selangkangan dan pantat. Bunyi yang banyak orang telah dengar dan kenali. Bunyi
orang sedang ngentot.
Tubuh keduanya kini banjir keringat dan bercampur baur satu sama lain. Punggung
Dewi di berbagai tempat mulai berwarna keunguan karena cupangan anaknya. Dewi
merasakan nikmat yang aneh ketika lubangnya berkali-kali dibor oleh kontol
anaknya. Sementara tangannya semakin mempercepat kobelannya di klitorisnya
sendiri.
“Yeeeeeh…… yeeeeeeh……… tusuk lubang pantat ibu……… Juuuun……. Tusuk yang
kenceng…….. entotin lubang tahi ibu yang bau…….. entotin lubang tahi ibu yang
penuh kotoran………..”
“Sempit banget dubur ibu……. Nikmat banget…………. Cantik banget ibu……… Arjuna ga
tahan nih……”
“Ibu mau sampe lagi, Juuuuuun….. jangan berhenti Jun……… yang keras entot dubur
ibu………..ibu mau sampe……….. dikit lagi………. Aaaaarrgghghhhhhhhh………. Ibu sampe
lagi…..”
Arjuna merasakan lubang pantat ibunya mengecil seakan menggenggam kontolnya
dengan sangat kuat. Arjuna tidak tahan dan ia menghujamkan kontolnya kuat-kuat
di dalam lubang dubur ibunya itu. Arjuna merasakan cairan tubuh keluar dari
kontolnya. Tidak hanya sekali, tapi berkali-kali. Akhirnya setelah beberapa
saat Arjuna lemas dan berbaring tanpa daya dengan masih menindih ibunya.
“Tuh, kan. Kamu ejakulasi di dalam.”
“Iya, bu. Arjuna akan latihan lebih sering sekarang.”
Lalu mereka berdua tertidur kelelahan.
Dewi mau ga mau sejam kemudian bangun untuk mengerjakan pekerjaan sehari-hari.
Agak siangan Jun terbangun. Arjuna mencari ibunya. Ia mendapati ibunya telah
selesai masak dan membereskan rumah, dilihatnya ibunya yang memakai kain.
Diciumnya bibir ibunya. Ibunya membalasnya. Ciuman buas dari Jun yang terbangun
horny, seperti kebiasaan semua anak lelaki remaja. Lidah Jun secara brutal
menjelajah mulut ibunya, Dewi hanya mengimbangi saja.
Jun membetot kain ibunya hingga lepas. Ibunya telanjang bulat di balik kainnya
itu.
“kalo ga ada orang lain. Mulai sekarang ibu harus telanjang bulat,” kata Jun.
lalu mulai menjilati leher ibunya.
“Mandi dulu, Jun. ibu sama kamu kan belum mandi.” Kata Dewi sambil mengelus
kepala anaknya.
“Hari ini libur dulu. Mumpung Ayah lagi pergi. Boleh kan, bu?” sejenak Jun
melepas jilatannya untuk berbicara, namun kini ia sibuk menarik ibunya ke
tempat tidur. Jun mulai menjilati ketiak ibunya seperti biasa.
“Kamu bau, Jun.”
“Ibu ga suka bau Jun?”
“gimana, ya…. Bau asem-asem gitu… tapi ibu suka juga dikit…..”
Arjuna menjadi senang. Katanya,
“sini, gantian ibu jilatin ketek, Jun.”
Arjuna tiduran lalu membuka tangannya. Dewi segera mencium ketek asem anaknya
dan akhirnya menjilati ketek anaknya yang memiliki bulu-bulu halus. Bahkan
tidak setebal bulu keteknya sendiri. Lama-kelamaan mereka akhirnya berciuman
dengan nafsu. Akhirnya Dewi kembali menggesekkan memeknya ke kontol anaknya
dalam posisi woman on top lagi. Setelah orgasme, maka seperti pagi tadi, Arjuna
melakukan anal seks dengan ibunya hingga ejakulasi.
Mulai saat itu, dimulailah hubungan mereka yang baru. Hubungan yang melampaui
ibu dan anak. Hubungan incest. Hubungan seksual sedarah. Mereka adalah sepasang
kekasih. Namun, Dewi bersikeras tidak mau bersenggama secara tradisional. Ia
hanya mengijinkan mereka berdua melakukan oral, anal dan paling banter hanya
saling menggesekkan alat kelamin. Dewi masih merasa was-was. Moga-moga ia tidak
hamil. Sebulan lagi akan terlihat apakah ia mengandung bayi anaknya sendiri
atau tidak. Bila nantinya ia hamil, tentu akan jadi panjang urusannya.
Bersambung Ke Bagian 06