Irwan Bagian 3: Tanteku Dan Obsesinya
Kini aku sudah
usiaku sudah menjelang 18
tahun, dan sudah duduk di kelas 3 SMA. Hubunganku dengan mama dan kak Erni
tetap berjalan dengan lancar dan harmonis. Kalau mama mengajak aku menengok kak
Erni, maka aku pasti melakukannya dengan kak Erni setiap ada kesempatan, tentu
saja aku harus hati – hati agar opa dan oma tidak curiga.
Hubunganku dengan mama sendiri makin lekat saja, mama yang juga kuanggap
istriku benar – benar bahagia bersamaku. Mama makin terlihat matang dan seksi.
Setiap hari kami reguk kenikmatan bersama. Namun mama juga suka mengingatkan agar
aku juga mencari pacar, namun aku juga masih tetap menjawab dengan sama seperti
alasanku dahulu. Lagian bukan aku tidak mau mencari pacar, namun memang aku
belum menemukan yang cocok dengan hati dan seleraku.
Minggu pagi, aku dalam perjalanan mengantar mama ke airport. Mama dan beberapa
karyawannya akan pergi ke Singapore dan Malaysia selama 2 minggu guna meninjau
dan mengurus kerjasama dengan beberapa Perusahaan di sana. Merana deh aku,
bakalan lama puasa. Dua hari terakhir mama memuaskan aku dan dirinya berulang –
ulang kali karena 2 minggu ke depan kami tidak akan bertemu dulu. Sebenarnya
mama bukannya tidak mau mengajakku ikut, namun aku sedang tidak libur sekolah
saat itu.Mobil yang kukendarai mulai memasuki tol bandara, belum terlalu ramai.
Tangan mama mulai jahil meremas – remas kontolku yang masih di balik celana,
akhirnya mama menyuruhku mengangkat pantatku sebentar dari kursi mobil guna
menurunkan celanaku sedikit.
”Mau ngapain sih ma...?”
”Sudah kamu diam saja, mama mau service kamu, kan kasihan nanti kamu bakalan
lama puasa Wan..”
”Ya...iya sih, tapi nanti mama siapkan tissue ya, aku nggak mau keluar di mulut
mama, takut merusak dandanan mama, nanti mulut mama belepotan, juga biar tidak
kena baju mama. Nanti aku kasih tahu kalau aku mau keluar.”
Mama segera mengambil beberapa lembar tissue, lalu mulai memainkan kontolku,
lidahnya mulai menjilati seluruh kontolku, akupun memindahkan jalur menyetirku
ke jalur kiri, berjalan dengan kecepatan sedang saja. Mama mulai mengulum dan
menghisap kontolku, tangannya memainkan dan meremas bijiku, ugh nikmat sekali,
sesekali sebelah tanganku meremas dan menjambak rambut mama pelan karena
merasakan nikmatnya Oralan mama. Ketika akan keluar aku segera memberitahukan
pada mama, mama lalu mnaruh tissue di sekitar kepala kontolku, tangannya yang
lainnya mengocok kontolku, akhirnya akupun mencapai klimaks. Aku hentikan
sebentar mobil guna memudahkan merapikan celana. Mama membuang tissue yang
sudah penuh spermaku. Mama kemudian menciumku, kan nanti nggak mungkin aku dan
mama berciuman dengan hot dii bandara. Lalu kami melanjutkan perjalanan. Tiba
di airport aku antarkan mama ke ruang tunggu kelas bisnis. Kulihat beberapa
karyawan mama, 2 orang pria dan 2 wanita yang sudah kukenal, sebentar aku
bicara dengan mereka berbasa – basi, sementara mama menerima laporan dari
seorang karyawannya. Tak lama mama dan aku kembali bisa berdua dan memilih
duduk agak di pojok, berbicara sebentar sebelum mama masuk ke dalam.
”Wan, nanti pulangnya mama tidak usah kamu jemput, karena schedule terakhirnya
kurang pasti, ada kemungkinan ada tambahan atau pengurangan peninjauan, namun
tetap makan waktu 2 mingguan, hanya hari kepulangannya belum pasti.”
”Ya sudah kalau memang begitu...ma.”
”Oh ya mama lupa bilang, minggu lalu mama telepon Tante Ani, minta dia sering
mampir lihat kamu selama mama pergi, namun ternyata suaminya juga sedang ada
kerja di luar kota sebulan ini, jadi dia bilang dia sekalian saja nginap di
rumah.”
”Wah bagus tuh ma, jadi Irwan ada yang nemani di rumah.”
”Oke Wan, kamu pulang saja sekarang, nggak usah nunggu mama sampai berangkat,
ada anak buah mama juga kok di sini.”
”Ya sudah, hati – hati dan semoga sukses ya ma.”
”Kamu juga Wan, jangan bandel ya, sebenarnya mama kasihan juga nih kamu
kelamaan puasanya..hehehe.”
Akupun segera berdiri memeluk dan mengecup pipi mama, kemudian menghampiri
karyawan mama, berbasa – basi sebentar, lalu menjabat tangan mereka dan
mengucapkan selamat jalan. Aku segera menuju parkiran mobil. Saat sedang dalam
pejalanan pulang, aku menyetir sambil mendengarkan lagu dan melamun, sambil
berpikir apa yang akan aku lakukan selama 2 minggu ini, paling sekolah dan
kalau mau jalan sama teman. Lalu aku ingat...oh iya tante Ani kan mau datang,
aku jadi senang dan semangat.
Tante Ani, adalah adik mama yang paling kecil. Mama adalah anak ke 2 dari 4
bersaudara. Semuanya sudah menikah. Kakak mama yang tertua, Om Aldo, tinggal di
Bandung, memegang bisnis opaku. Lalu adik mama, Tante Eri, tinggal di Bandung
juga dan Tante Ani, di Jakarta. Mama paling dekat dan sayang sekali sama Tante
Ani. Usianya beda 5 tahun dengan mama, Waktu aku umur 18, Tante Ani berumur 33
tahun. Tante Ani sudah menikah dengan Om Heri, hampir 10 tahun, namun belum
dikaruniai anak. Kalau dari percakapan yang pernah kudengar saat mama dan
tanteku sedang ngobrol, tante dan omku sudah memeriksakan diri ke ahli
kandungan, dan tidak ada kelainan, keduanya sehat dan subur. Mungkin memang
belum waktunya tante hamil. Rumah mereka sekitar 15 menit dari rumahku, hanya
dihuni tante Ani, Om Heri dan pembantu yang sudah lama ikut, Mbok Nem. Om Heri
bekerja di sebuah perusahaan pertambangan, terkadang sering tugas ke luar kota
ke lokasi pertambangan dalam waktu yang lama. Tante Ani sering datang ke
rumahkadang menginap, mama memberikan juga kunci serep rumah padanya. Terkadang
aku juga suka mampir ke rumahnya. Mama sering jalan bareng sama Tante Ani,
kadang ke mall, supermarket, atau ke salon. Kalau mau curhatan juga keduanya
kompak. Singkatnya mama paling dekat dan sayang sama adiknya yang satu ini.
Namun yang pasti mama tidak memberitahukan rahasia hubungan kami.
Aku dan kak Erni juga suka sekali sama tante Ani, orangnya cuek benar, kalau
ngomong ke aku juga gayanya bisa seperti remaja, funky juga gitu, jadi kalau
ngomong degan aku bisa nyambung dan asik. Tante Ani dan Om Heri selalu baik
sama aku dan kakakku, mungkin karena mereka belum punya anak, jadi menganggap
kami seperti anak mereka. Secara fisik, jujur saja tante Erni mungkin adalah
bahan fantasiku tersering di posisi kedua setelah mama saat aku masih rajin
masturbasi. Tinggi tante Ani sedikit lebih pendek dari mama, wajahnya juga
cantik, kulitnya kuning langsat dengan tubuh yang seksi dan menggiurkan.
Pinggul dan pantatnya montok. Tapi yang paling kusuka adalah teteknya. Tetek
tante Ani lebih besar dari mamaku. Aku paling sering berfantasi membayangkan
teteknya itu. Kalau sedang bertemu kadang mataku selalu tak tahan melirik tetek
tante Ani yang besar dan menggairahkan tersebut. Kalau ketahuan olehnya saat
aku sedang menatap tubuhnya, tante Ani tidak pernah marah, hanya tersenyum
saja, dan aku yang jadi salah tingkah dan malu hati. Karena orangnya cuek dan
nggak menjaga jarak sama aku, aku jadi sulit menebak isi pikiran dan hatinya.
Sebenarnya aku amat berkeinginan dan berhasrat untuk mencoba melakukan hubungan
seks dengannya, namun kesempatannya belum ada, dan aku takut mama dan tante Ani
marah. Lagipula mama dan kak Erni juga sudah cukup memuaskanku. Dan kini dia
akan menginap di rumahku selama mama pergi....
Akhirnya aku tiba di rumah, hari masih pagi, masih ngantuk aku karena kurang
tidur. HP ku tiba – tiba berbunyi, dari tante Ani, ia mengabarkan akan
menginap, aku bilang aku sudah diberitahu oleh mama. Tante Ani bilang mungkin
akan datang agak siang karena ada urusan dulu. Aku hanya mengiyakan dan
mengangguk – ngangguk saja ( Bego benar deh pake ngangguk segala, mana
kelihatan sih..?? ). Tante Ani menanyakan apa aku mau dibelikan makanan, aku
bilang mau dan terserah tante untuk pilihannya. Tak lama percakapan selesai.
Aku ngantuk berat jadi langsung merebahkan diri di sofa dan tertidur pulas.
Sekitar jam tiga sore aku terbangun, kudengar suara TV, Ugh...siapa yang...oh
ya kan ada Tante Ani. Benar saja, kulihat Tante Ani sedang asik menonton TV di
sofa seberang. Kan dia punya kunci depan dan samping rumah, jadi bisa masuk. Ia
melihatku, lalu tersenyum memulai percakapan.
”Sudah bangun Wan, tadi waktu tante datang, tante lihat kamu tertidur pulas di
sofa, ya sudah tante biarkan saja.”
”Iya tadi masih pagi sudah bangun antar mama, jadi masih ngantuk nih...”
”Ketahuan kok dari ngoroknya...”
”Ah ngeledek aja deh tante...”
”Kamu belum makan kan, tuh tadi tante belikan hamburer sama pizza, ada di meja
makan.” Segera aku ke sana dan membawanya kembali, melahapnya sambil
melanjutkan obrolanku dengan tante Ani.
”Makasih ya tante Ani, tante nggak makan juga nih pizzanya masih banyak...”
”Tadi sudah, biar saja kalau sisa buat entar...”
Lalu kami kembali melanjutkan obrolan kami, dia menanyakan gimana sekolahku...?
Menggodaku yang masih tetap jomblo Ya...ngomong macam – macam deh. Aku juga
menanyakan kondisinya dan kabar Om Heri. Katanya Om Heri lagi sibuk memimpin
proyek mencari titik galian baru di pertambangan, jadi jarang di rumah, kadang
pulang seminggu, kerja lagi di sana 1 atau 2 bulan, kayak sekarang ini. Dia
bilang kebetulan mama pergi dan aku sendiri, jadi saat tahu hal itu, dia bilang
ke mamaku, mau nginap di rumah, biar ada teman. Cukup lama kami ngobrol...
”Panas juga ya sore ini Wan. Tante sudah lama nggak berenang nih, kamu temenin
ya...”
”Iya tan, lagian aku juga memang mau berenang, habis memang gerah sekali nih..”
”Iya udah, kamu beresin tuh bekas kamu makan..”
Lalu tante Ani menuju kamar mama, biasanya kalau datang dan menginap, dia tidur
di kamar bersama mama ( Iyalah masak tidur di kamarku, bisa berabe urusannya ).
Mungkin mau ganti baju. Oh iya, sama seperti mama dan kak Erni, Tante Ani juga
cuek saja kalau berbusana di depanku. Kayaknya para wanita itu tidak menganggap
aku lelaki kali ya, bisa naik tegangannya kalau lihat yang seksi – seksi.
Setelah beres, aku segera menuju kolam renang, tak lupa kupakai kaca mata
hitamku, sengaja biar mataku nggak kelihatan saat memandang nanti. Kubuka
kaosku dan berbaring di kursi hanya bercelana pendek. Tak lama tante Ani
berjalan ke arah kolam, tubuhnya tertutup jubah mandi. Duduk dikursi berjemur
di dekatku, membuka jubah mandinya...Ugggh...wow, mataku seakan meloncat keluar
melihat keseksian tubuhnya yang hanya ditutupi bikini. Tubuhnya agak mengkilat
licin, mungkin di kamar sudah mengoles lotion berjemur. Apalagi bikini yang
dipakainya merupakan punya mama, kelihatan agak sempit, karena tidak sesuai
ukurannya. Teteknya yang besar sakan tidak muat dan tidak mampu ditahan oleh BH
bikini yang mini itu. CDnya terlihat sesak dan tebal sekali menonjolkan memek
dan pantat di baliknya. kontolku langsung mengeras. Tante Ani pun cuek saja
segera berbaring berjemur, Kedua tanganya ditaruh di belakang kepala sebagai
bantal. Ah sinting, lebat sekali bulu keteknya, amat menggairahkan, makin keras
saja kontolku jadinya. Semakin asik karena aku bebas melahap keindahan tubuhnya
tanpa malu, karena mataku bisa jelajatan sebebasnya karena terlindung kaca mata
hitam. Cukup lama aku berbaring, kontolkupun nyut – nyutan dengan keras,
sebenarnya nafsuku sudah sampai ubun – ubun tapi aku tidak mau terburu – buru,
banyak waktu kok 2 minggu ini, aku harus menjajaki dulu isi hati tanteku. Aku
segera melepas kaca mata hitamku, lalu berjalan menuju kolam renang, berenang
dulu, menenangkan diri. Tante Ani masih berjemur. Aku berenang dengan lincah ke
sana kemari, setelah puas dan kurasa kontolku agak tenang, aku naik, melap
badanku dengan handuk, lalu kembali memakai kaca mata hitamku dan berbaring.
”Tante nggak berenang...?? Segar lho airnya.”
”Iya nanti Wan, lagi ngejemur biar kulit tante agak hitam dikit.”
”Nanti b***** lho tan..”kataku nakal.
”Apanya Wan ???”
”Itu area yang tertutup bikini...kalau menurut Irwan jadi jelek dilihat kalau
b*****.”
”Duh kamu bisa saja....tapi kayaknya benar juga kamu Wan...”
Lalu tanpa kuduga dengan cueknya tanteku melepaskan ikatan BH bikini dan
memelorotkan CD yang dipakainya. Aku hanya bisa meneguk ludah, Teteknya yang
besar kini bergelantung bebas, juga memeknya yang dihiasi bulu kemaluan yang
luar biasa lebat, melebihi mama dan kak Erni. Gila...beruntung banget aku dapat
rejeki omplok ini. Belum pernah kontolku sekeras ini.
”Tante...nga...ngapain, kok dilepas.bikininya..??”
”Lho tadi kamu bilang jadi b***** kalau berjemur pakai itu, dan juga bikini
mamamu ini terasa agak sempit buatku, jadi ya tante lepas..”
”Tapi kan ada Irwan di sini tante...”
”Ah...kamu kan sudah seperti anakku juga, ya nggak apalah kalau kamu
melihat...ggak perlu malu. Memang kamu belum pernah melihat tubuh perempuan
..?? ”
”Belum tante,”aku berbohong
”Ya sudah, kini sudah lihat kan...”
Tante lalu melanjutkan berjemur. Gila, sinting, cuek amat sih nih orang, dengan
santainya bugil di depan aku, aku yang berbaring di dekatnya, dapat terus
menatap dengan leluasa, karena terlindung kaca mata hitam. Nggak bisa dilukiskan
betapa gilanya kontolku berdenyut., namun aku menahan diri, tidak mau salah
strategi. Akhirnya mungkin karena enak bermalas – malasan saat bejemur, dan
juga karena angin yang berhembus sepoi – sepoi, tante Ani mulai tertidur,
setelah memastikan dia tertidur, perlahan kugeser kursiku agak dekat.
Ughhh...benar – benar seksi dan menggairahkan sekali tubuhnya, teteknya besar
namun masih kencang, putingnya besar seperti stip pensil, coklat agak gelap
dihiasi lingkaran yang besar coklat kehitaman. memeknya amat tebal, dengan
belahan yang mengundang, rambut kemaluannya lebat dan tebal, tumbuh subur
menghiasi s*****kangannya menyambung ke pantat. Alamak, kontolku meronta –
ronta minta dibebaskan, pelan – pelan kuturunkan celanaku, aku lalu mengocok –
ngocok kontolku, cukuplah aku beronani saja, jangan main tubruk dulu, kalau
salah langkah nanti aku kehilangan kesempatan ke depan dan selamanya. Nikmat
sekali aku beronani saat itu, ta perlu berfantasi, objectnya tergeletak pasrah
di depanku. Kocokanku semakin cepat...lalu Croot...croot...akhirnya spermaku
menyembur keluar. Segera aku lap dengan handuk spermaku yag berceceran di
lantai. Lalu aku bereskan kursiku ke posisi semula, pura – pura berjemur lagi.
Aku pelan – pelan mengeluarkan suara membangunkan tanteku..
”Tan..tante...tante Ani jangan tidur di sini, katanya mau berenang..”
”Uh,...apa..oh kenapa Wan..?”
”Anu katanya tante mau berenang, kok malah tidur..???”
”Habis anginnya sejuk, jadi tante mengantuk saat berjemur tadi...”
”Ya sudah kalau ngantuk pindah ke dalam, Irwan mau mandi dulu...”
”Ok deh, sekarang tante mau berenang dulu...”
Aku kemudian m*****kah, tapi walau hanya sekilas, aku merasakan wajah tanteku
nampak berubah kecewa sesaat, hanya sesaat saja memang. Aku berjalan ke arah
rumah, sementara tanteku kudengar masuk ke dalam kolam. Ah...nyesel juga, tapi
terlanjur bilang mau mandi, padahal aku bisa nemani tanteku yang sedang
berenang sambil bugil itu. Tiba – tiba aku mendapat ide, segera kuberlari ke
kamarku di lantai dua, kubuka sedkit jendelaku, kunyalakan handycamku, dan dari
tempat yang tertutup gorden aku mulai merekam tanteku yang sedang berenang itu,
mana habis berenang tante tidak langsung ke dalam malah kembali berbaring di
bangku berjemur. Akhirnya tantekupun m*****kah masuk ke dalam rumah. Akupun
segera mematikan handycamku. Lumayan...bertambah lagi koleksiku.
Malamnya tante memasakkan makan malam yang enak sekali, setelah selesai makan
kubantu tante beres – beres, lalu aku ke ruang keluarga, menyalakan TV, tak
lama tante datang membawa 2 gelas juice dan menemaniku menonton TV, tapi yang
membuatku senang, tante sudah mengganti bajunya dengan baju tidur mini putih
punya mama, mungkin sekalian nanti mau tidur, wow seksi sekali. Menonjolkan
lekuk tubuhnya. Tante duduk di kursi samping. Aku masih menonton TV, sambil
lalu aku melirik ke arah tanteku, sinting....karena baju tidur yang mini, jadi
saat duduk terlihat jelas sekali, tante Ani tidak memakai CD...ampuunnn, benar
– benar tanteku. Mana duduknya gak mengangkang. Aku jadi salah tingkah, dan
tante nampaknya sadar akan tingkahku yang melirik terus ke arahnya...
”Kenapa Wan...ada yang aneh..??”
”Enggak...enggak Cuma, tante jangan marah ya. Itu tante kelihatan itunya tuh.”
kataku sambil mengarahkan mataku ke arah memeknya.
”Oh itu....tante biasa kalau mau tidur nggak pakai CD Wan, lebih nyaman, kamu
nggak ada masalah kan...?”
”Enggak sih, cuma Irwan jadi risih mau melirik terus...”
”Nggak apa kok, itu wajarlah untuk seusiamu.”
Diam lagi, tante Ani tetap santai saja, sementara aku makin gelisah...gimana
nggak spanning nih melihat pemandangan sedemikian rupa tersaji di depanku. Aku
berpikir keras bagaimana caranya biar bisa menyodok memek tanteku. Harus dengan
trick yang tepat, sehingga tanteku tidak merasa terpaksa atau dipaksa. Lagi sibuk
– sibuknya berpikir, tanteku memecahkan kesunyian dengan suaranya..
”Uh,,jelek – jelek amat acara TVnya, kamu nggak punya film bagus Wan....???”
”Ada sih tante, memang tante mau nonton....???”
”Ya...film apaan Wan..?”
”Kemarin Irwan baru beli film Jacky Chan, terus film action barat, tante mau
yang mana..?”
”Yang mana ya...? Eh kamu punya film BF nggak...?”
”Idih tante, ada – ada saja nanyanya...”
”Wan...Wan....kamu nggak usah bohong deh sama tante. Seusian kamu kan senang
nonton yang begituan. Kalau ada setel itu saja ya...”
”Ya iyalah, emang tante ngerti anak muda ya....bentar Irwan ambil film
favourite Irwan.”
Aku segera menuju kamar dan mengambil DVD yang kubuat dari hasil downloadan di
internet. Tentu saja dengan para pemain yang memiliki tetek yang aduhai. Kini
aku memutuskan untuk mengalir saja mengikuti keadaan, daripada aku berpikir
mencari – cari jalan untuk mendapatkan tante, lebih baik aku mengalir saja
mengikuti apa mau tanteku, toh arahnya juga kayaknya ke sana juga. Segera aku
kembali ke tempat tante, dan mulai menyalakan DVD player.
”Wan, kamu di sini saja,nontonnya temanin tante ya.” Aku pun kembali duduk di
sofa samping seberang tante. Adegan di layar TV mulai berputar, sangat membuat
nafsu naik, ditambah aku menonton sambil sesekali melirik ke arah memek tante.
Kulihat tanteku mulai gelisah, duduknya makin cuek, kakinya makin terkangkang
lebar. Sehingga makin jelas kulihat belahan memeknya.
”Dari film yang tante lihat, Kayaknya kamu tipe ’lelaki tetek besar’ ya, doyan
sama cewek bertetek besar ya Wan.”
”Iya tante, apalagi kalau berbulu kemaluan lebat dan berbulu ketek lebat, makin
suka saja aku.” aku menjawab santai, rileks karena tanteku yang cuek, aku jadi
nggak malu – malu mengutarakannya.
”Wah, kalau gitu tante juga termasuk tipe kamu dong.., kan tadi kamu sudah
lihat badan tante saat telanjang di kolam renang.”
”Ah...anu..iya sih tante, apalagi wajah tante juga cantik.”
Lalu tante Ani kembali diam, melanjutkan menonton film, namun astaga kini,
kulihat tangannya dengan cueknya mengelus – ngelus memeknya, memainkan belahan memek
tersebut. Gila...benar – benar nggak malu dilihat aku. Entah memang tanteku
sengaja atau memang terlalu horny melihat adegan di TV. Kasihan banget kontolku,
serasa tersiksa sesak di balik celanaku. Tante Ani sepertinya sadar kini aku
melihatnya dan memandangnya secara terang – terangan. Tampak agak merona merah
wajahnya...
”Eh,,,sori Wan, habis tante jadi ’horny banget nonton film ini.”
”Ngg..nggak apa – apa tante.”
”Wan sini duduk samping tante.”
Akupun segera pindah ke sampingnya, tante dan aku kembali melanjutkan menonton,
mataku sibuk memandang tonjolan besar di balik baju tidur mini tersebut,
belahan tetek tante terlihat jelas, sementara dari renda – rendanya samar
terlihat puting tante. Tiba – tiba tante bertanya padaku...
”Wan, kamu sudah pernah begituan kayak di film belum...??”
”Be...belum tante...”, aku nge-bokis dikit, sok alim.
”Benar belum pernah...”
”Benar tante.”
Tiba – tiba tante memalingkan wajahnya ke arahku, melihatku sejenak dan sumpah...aku
jadi bingung saat tanteku tiba – tiba tertawa lepas. Lha...gila kali ya tante
Ani. Makin melihat aku yang melongok kebingungan, makin keras tawanya. Akhirnya
setelah melihatku yang tampak bete, tante mulai berhenti tertawa sambil tetap
senyum – senyum, lalu kembali berucap, berucap sesuatu yang membuatku kaget...
”Wan...wan, kamu nggak usah bohonglah sama tante. Tante sudah lama tahu kok,
kamu suka ngent*t sama mama kamu kan...?”
”Ah...kata siapa tante...?”
”Kata aku Wan. Nggak usah repot – repot mungkir deh, ingat tante punya kunci
pintu depan dan samping rumah ini kan, jadi kalau tante datang dan pintu depan
terkunci, tante bisa masuk dari pintu samping.”
”Mak...maksudnya apa sih tan...?”
”Sudah ah...kamu pura – pura terus. Aku pernah melihat saat kamu sedang ngent*t
sama mama kamu.”
Aku jadi diam, lemas seketika mendengar perkataan tanteku. kontolku jadi
kehilangan semangat. Waduh kami ceroboh juga sih, sudah berhati – hati namun
kecolongan juga sama tante Ani. Memang pintu depan tetap dikunci dan kuncinya
tetap disana, jadi tidak bisa dibuka dari luar, namun pintu samping dikunci dan
kuncinya lalu dicabut, supaya kalau si mbok datang pagi hari buat mencuci, ia
bisa masuk lewat pintu samping. Kalau si mbok tentu saja melakukan pekerjaannya
di lantai bawah dan ke lantai dua kalau memang perlu, itu juga jarang. Sedang
kalau tante Ani, tentu dia bisa bebas naik kapanpun, mungkin sewaktu dia
datang, aku dan mama sedang hot – hotnya, jadi tidak sadar waktu tanteku
membuka pintu kamar. Mungkin tante saat itu langsung menutup pintu lagi pelan –
pelan. Cuma itu saja kemungkinan yang bisa kubayangkan. Aduh harus ngomong
apalagi, apa juga yang harus kukatakan ke mama nanti, pusing banget aku. Lagi
bingung – bingungnya, tante Ani kembali berkata..
”Tentu saja saat pertama kali tahu, aku kaget. Tapi aku diam saja. Mbak Susan
juga tidak pernah cerita soal ini ke aku, nampaknya dia menyimpan benar rahasia
ini. Namun sejujurnya tante nggak mempermasalahkan hal itu. Tante tahu kok,
Mbak Susanku itu sudah banyak menderita saat perceraiannya, juga masih butuh
pria, masih punya kebutuhan seks, jadi tante paham sekali hal itu.”
”Walau mbakku melakukannya dengan kamu, anaknya, aku mengerti saat melihat
wajah mbak Susan yang bahagia. Mungkin dia merasa nyaman dan bahagia
melakukannya dengan kamu. Kupikir sah – sah saja, selama mbakku senang dan
memang tidak merugikan siapapun ini. Ini adalah pilihannya sendiri. Jadi aku
juga bersikap biasa saja, seperti tidak tahu.”
”Jadi selama ini tante sudah tahu...? Wah...tapi terimakasih kalau tante bisa
paham dan tetap memegang rahasia ini.”
Kini aku bisa sedikit lega, walaupun tante tahu, namun dia memang terbuka,
baginya tidak masalah, selama mbaknya yaitu mamaku juga bahagia. Hebat sekali
pemikiran dan pengertian juga sayangnya tanteku ini sama mama.
”Sebenarnya tante memang sengaja menggoda kamu dari siang, mau ketawa juga sih
melihat kamu yang salah tingkah, jaga image...”
”Ah tante jahil deh sama Irwan.”
”Bukannya tanpa maksud Wan, tapi tante sengaja menggoda kamu, tante juga punya
tujuan. Supaya kamu terpancing dan mau melakukan dengan tante.., tadinya tante
pikir waktu di kolam renang kamu sudah bisa terpancing, tapi kamu masih bisa
bertahan. Malam ini sngaja tante pancing kamu juga, namun daripada lama, tante
pikir sudah saatnya tante to the point saja.”
”Tunggu dulu tan...., maksudnya terpancing....i..itu...apa”
”Ya memancing kamu untuk melakukan hal yang sama yang kamu lakukan dengan mama
kamu. tante juga mau di-ent*t sama kamu.”
Buset dah....,kagak salahkah pendengaranku. Pusing – pusing cari jalan, tahunya
datang sendiri, malah dari tanteku sendiri. Sudah begitu malah aku yang
dikerjain sama tante Ani. Tentu saja aku takkan menolak kesempatan yang memang
kuinginkan ini, tapi aku harus jelas dulu, harus tahu motivasi tante.
”Tapi kenapa tante mau begituan juga sama Irwan.”
”Singkat saja ya Wan, ini murni karena kebutuhan. Rumah tangga tante baik –
baik saja dan harmonis. Kami saling menyayangi. Om kamu juga tetap melayani
tante. Tapi belakangan ini pekerjaan Om kamu lebih banyak menuntutnya dinas
luar. Wanita seusia tante masih memiliki kebutuhan seks yang tinggi, dan tante
tidak akan mau mencari pelampiasan dengan orang yang tidak tante kenal. Makanya
tante mau sama kamu, tante menyayangi kamu dan yakin tidak akan ada masalah
apapun.”
”Baiklah tante, sebenarnya sudah lama Irwan mengagumi dan selalu membayangkan
indahnya tubuh tante. Irwan juga menginginkannya, namun takut tante marah.”
”Sebentar lagi kamu tidak perlu membayangkannya anak manis, kamu bisa
memainkannya sepuas hati kamu, kita ke kamar saja yuk...”
Tante Ani segera berjalan, naik ke lantai atas menuju kamar mama, aku mengikuti
beberapa langkah di belakangnya. TV dan DVD masih menyala, sebodoh amat, sudah
ada urusan penting menunggu di dpan mata. Mataku terus menatap lekuk tubuh
tante Ani yang berjalan di depanku, Wah mimpi apa aku hari ini, tadi sore
disuguhi kemolekan tubuh telanjangnya, kini bahkan lebih baik, aku bisa
melakukan apapun pada tubuh seksi tersebut.
Setelah sampai di kamar, langsung saja aku serbu tante Ani, bibirku dengan
ganas mencium bibirnya, lidah tante membalas lidahku dengan panas, kami
berciuman sambil bertautan lidah cukup lama, tangan tante Ani mengelus – ngelus
celanaku, memainkan kontol di baliknya. Aku bisikkan ke telinganya, kalau aku
mau mandi dulu dengannya di bathtub sambil pemanasan, tanteku mengangguk,
sepertinya mau mengikuti keinginanku supaya aku senang dan bisa memuaskannya
semaksimal mungkin.
Segera kulucuti baju tidurnya, lalu terdiam menahan nafas, mengagumi pesona tubuh
telanjangnya dari amat dekat, aku hanya terpaku, tidak perlu buru – buru nafsu,
toh nanti juga bebas aku mau apakan. Tantepun segera melepas kaosku, menurunkan
celanaku, lalu terpekik riang melihat kontolku yang keras dan mengacung, senang
sekali seperti anak kecil yang mendapat mainan baru. Tante menggenggam kontolku
dengan lembut dan menarikku ke dalam kamar mandi, jadi dia menuntunku dengan
cara menarik kontolku bukan tanganku he..he..he. Tante juga memberikan motivasi
kepadaku..
”Wan, nanti kalau kamu keluar, keluarin saja sepuas kamu di dalam. Tante mau
dan mewajibkan kamu keluar di dalam.”
”Pasti tanteku sayang...”
Sesampainya di kamar mandi, aku buka keran, menyiapkan air hangat di bathtub
yang berukuran besar, kutuangkan aroma wewangian. Sementara menunggu air penuh,
aku ciumi tanteku dengan lembut kali ini. Setelah air penuh dan berbusa, aku
masuk terlebih dahulu, lalu tante juga ikut masuk dan kuposisikan di depanku.
Dari arah belakang, aku mulai menciumi lehernya, kepala tante menggeliat menahan
geli, tanganku mulai meremas – remas tetek tante, Awwww nyaman sekali, besar
dan kencang, kumainkan dengan busa sabun, kupilin – pilin puting besarnya,
tante Ani pun merebahkan badannya di atas kepalaku, merangkulkan kedua
tangannya di belakang kepalaku, aku makin leluasa meremas – remas teteknya.
Gila...besar betul. Sementara tanganku sedng sibuk dengan teteknya, mulutku
juga tak mau tinggal diam, kuciumi bulu keteknya yang lebat bergantian,
kujilati dengan beringas, aromanya sungguh enak terasa di hidung, tidak bau
karena dirawat. Nampaknya tanteku juga mulai panas. Ia kini mulai membalikkan
tubuhnya kini menghadap ke arahku, disuruhnya aku duduk di pinggir bathtub,
tubuhku bersandar ke dinding, kakiku kubuka lebar, tanteku masih di dalam
bathtub, berada di antara kedua kakiku, diam sesaat sambil memegang kontolku,
nampaknya sedang mengaguminya. Tak lama mulutnya pun segera menyerbu ke arah kontolku,
lidahnya mulai bergerilya di atas kepala kontolku, dimainkannya di ujung lubang
pipisku, ugh...enaakkk sekali. Tangannya meremas dan memainkan bijiku dengan
penuh perasaan. Lidahnya terus berputar – putar pada kepala kontolku, lalu
mulai bergerak menggelitik seluruh batang kontolku. Tidak cepat, namun penuh
perasaan dan kelembutan. Aku cum bisa bersandar dan mendesah. Kini mulutnya
mulai mengulum kontolku, dihisap dan diemut – emut sedemikian rupa, terkadang
dijilat dan dikulumnya bijiku. Matanya memandang mataku, sambil tetap mengulum kontolku
keluar masuk mulutnya, bibirnya membentuk senyum, wuihhh....erotis banget
melihatnya. Tekhnik Oral tante Ani kuakui sudah pro banget, gayanya berbeda,
tanteku melakukannya dengan kecepatan sedang saja, tapi emutannya itu sangat
kuat, benar – benar mencengkram kontolku, memberikan rasa nikmat yang
sensasional. Dan sepertinya tante Ani doyan meng-Oral kontolku, karena sudah
cukup lama ia beraksi tanpa ada tanda – tanda mau berhenti. Tapi aku punya mau
lain, jadi segera kukatakan..
”Tan...gantian dong, kalau gini aku bisa keluar di mulut tante...”
”Nggak apa, lagian lagi tanggung nih Wan.”
”Itu bisa lain kali tan, Irwan mau yang pertama ini berkesan, satu – satunya
tempat yang pantas untuk keluar pertamakali adalah di dalam lubang memek
tante.”
Tanteku nampaknya mengerti mauku, di moment ngent*t perdana dengannya ini,
memang aku mau keluar pertamakali di dalamnya. Kini posisi kami berbalik, dia
yang duduk bersandar di pinggir bathtub. Kakinya dia kangkangkan. Aje gile tuh
rambut kemaluan, lebat banget, saking lebatnya sampai menyambung ke arah
pantat. Sungguh pemandangan yang menggetarkan hati dan kontolku. Kuremas –
remas dan kubelai – belai terlebih dahulu rambut kemaluannya, lalu jariku mulai
membelai – belai permukaan memeknya, mengelus – ngelus dari atas ke bawah, lalu
lidahku mulai menyapu seluruh permukaan memek itu, kulebarkan belahan memek
tante Ani dengan jariku, lidahku menyapu bagian dalam memeknya, berputar –
putar di dalamnya, aromanya sungguh sangat nikmat, ujung lidahku kumainkan di
lubang memeknya, semntara jariku mulai memainkan itilnya. Lubang memek dan Itil
berwarna pink kemerahan itu sangat kontras dengan rambut kemaluan yang hitam
lebat. Pinggul tante Ani mulai bergoyang, aku segera menukar aksiku, kini
lidahku memainkan dan menjilati itilnya dengan lincah, sementara jari tengahku
menusuk – nusuk lubang memeknya. Agak lama aku memainkannya. Tanteku mendesah
dan mendesah, aku makin mempercepat aksiku, tante makin kelojotan, akhirnya
dengan tubuh mengejang, memeknya menyemburkan cairan orgasmenya. Tante kembali
masuk ke bathtub. Merasakan air yang hangat.
”Uhhh....enaknya kagak tahan...hebat kamu Wan.”
”Syukur kalau tante senang,”
”Sekarang aku mau kontolmu Wan, semoga kontolmu sebagus lidahmu dalam
memberikan orgasme...tapi jangan di bathtub Wan, tante kurang nyaman, gerakan
terbatas.”
Kami pun segera bangkit, buru – buru mengeringkan tubuh, lalu kubopong tanteku
kembali ke ranjang, setelah dekat ranjang, segera kulempar tubuh tante
perlahan, dan aku segera loncat naik. Tante sudah siap, terlentang pasrah,
kakinya dibuka lebar dengan kedua lutut menekuk, memeknya seakan memanggilku
untuk segera masuk, langsung saja kuarahkan kontolku ke lubang memeknya,
Jleb...tanpa kesulitan kepala kontolku mulai menerobos masuk perlahan hingga
seluruh kontolku masuk. Badan tante bergetar dan mulutnya mendesah.... Akhirnya
satu impian lain terkabul. Diam sebentar kunikmati dulu moment ini. Lalu aku
mulai memompakan kontolku, tante mengangkat dan melebarkan kedua kakinya,
seperti membentuk huruf V, memek tante Ani kurasakan nikmat sekali. Tidak sempit
lagi namun rasanya masih legit bagi kontolku. Kugerakkan kontolku secara
konstant, tanganku sesekali meremas teteknya. Kini gerakan kontolku semakin
enak, karena memek tante sudah basah sempurna. Tancapanku semakin ganas,
kusodok sedalamnya, nafas tante Ani agak terengah menikmati sodokanku, sesekali
tante memainkan tetek besarnya sendiri, meremasnya, dan mendekatkan puting
besarnya ke arah mulutnya sendiri, sambil mulai menjilatinya.
Mantaappp....banget dilihat.
Puas dengan posisi tadi, aku buru – buru mencabut kontolku, segera berbaring di
sampingnya, badan tante Ani sedikit kumiringkan di depanku, satu lengannya
kubuat merangkulku, kakinya yang satu aku tekuk, lalu aku segera meluncurkan kontolku
ke lubang memeknya, kumulai sodokanku dari samping ( Gaya ini akhirnya selalu
menjadi favouriteku saat ngent*t sama tante Ani ). Bibirku mulai kembali
berciuman dan tanganku memiliki keleluasan memainkan teteknya, meremas,
memilin, gemes aku memainkan tetek tanteku ini. Melihat bulu keteknya, nafsuku
semakin naik, kuciumi kembali bulu keteknya, lidahku menggelitiknya di sana.
Sementara tante Ani mengangkat satu kakinya ke atas, memberikan keleluasaan
sepenuhnya pada kontolku. Tangannya tak ketinggalan nakal membelai dan meremas
bijiku. Sodokanku semangat bersemangat, kali ini cepat sekali, tante Ani
mendesah dan mendesah tanpa henti, pinggulnya bergoyang liar, bibirnya mencari
bibirku, ia menciumku dengan sangat ganas, menyedot – nyedot lidahku dengan
mulutnya, aku meremas teteknya kuat sekali. Tante Ani mulai merancau
keenakan...
”Waaan,....Ooohhh....”
”Enaaaakk bangeeettt...Sssshhhh...”
”kontol kamu gedeeeee dannnnn akuuu mauuu ......Aaaahhhh”
Tante Ani tidak dapat menyelesaikan kalimatnya, karena sodokan terakhirku
membuatnya mengalami orgasme kembali. Tubuhnya menggelepar menahan kenikmatan
yang kuberikan. Satu hal yang pasti, wanita di keluargaku sepertinya juga
memiliki stamina yang kuat dalam berhubungan seks, setelah orgasme cepat pulih
untuk menerima serangan berikutnya. Aku semakin nafsu saja menyodok memek
tante. Belum lagi posisi yang kupilih saat ini sangat membuatku senang, sambil
tetap menyodok memeknya, aku bisa leluasa mencim bibir, bulu ketek, tetek dan
putingnya, benar – benar bebas menjelajahinya, makanya sejak saat itu posisi favouritku
buat ngent*tin tante adalah dari samping. kontolku makin cepat mengaduk – aduk
lubang memek tante Ani, jariku kumainkan pada itilnya, sementara mulutku
menyedot – nyedot putingnya yang besar bergantian.
”Gilaaa Wan,....ampuuunnn...nikmat sekaaali...”
”Teruuuuss Waaan...fuuccckkkk”
Tante Ani benar – benar kewalahan mengatasi seranganku kali ini, Tiga titik
sensitif tubuhnya sedang digarap olehku bersamaan, puting, itil dan lubang memeknya
dimainkan bersamaan. kontolkupun kurasakan sudah mau mencapai batas maksimal,
kulihat tante Ani juga mulai nggak karuan, pinggulnya mulai
mengejang,....Crooot...crooottt...spermaku menyembur kuat beradu dengan cairan
orgasmenya, dashyat banget rasanya. Lemas sekali aku. Kami berdua tergolek
lemas, diam tanpa suara, nafas kami masih berat. Setelah beberapa lama kami
mulai bercakap kembali.
”Nggak salah aku memilih kamu Irwanku sayang...”
”Tante benar – benar puas dan senang.”
”Aku juga sama tan..., senang akhirnya aku bisa ngent*tin tante.”
”Terimakasih ya Wan mau membantu memuaskan tante. Kayaknya kini tante bisa
mengandalkan kamu setiap gairah tante tidak terpenuhi...”
”No Problem tan, no problem, selama Om Heri kagak tahu ya.
”Pastilah, tante akan jaga rahasia kita dari Om kamu. Gila, tante benar – benar
kewalahan menghadapi kamu....walau aku tetap sayang Om kamu, tapi tante akui, kontol
kamu benar – benar berkwalitas.”
”Ah bisa aja nih tante...”
”Betul kok, sekarang kita istirahat dulu ya...tante masih mau lagi nanti. Tante
mau ke bawah dulu, kamu mau minum apa, yang ?”
”Susu....Oh ya tanteku sayang, nanti emutin kontolku lagi ya, enak banget
sih...”
”Beres...dengan senang hati”
Lalu tante Ani pergi ke dapur bawah. Aku kembali berbaring, bersyukur atas
keberuntunganku ini. Siapa sangka akhirnya bisa mendapatkan tante Ani yang juga
kuimpikan sejak lama, terlebih saat mama tidak di rumah, benar – benar bebas.
Makin mantap karena terjadi dengan mengalir begitu saja. Memang dia tahu
tentang aku dan mama, namun tanteku bijak memahami. Ah...hidup memang penuh misteri
dan kejutan.
Malam itu kami masih melanjutkan kegiatan panas kami sebanyak 3 ronde lagi, dan
baru tertidur saat matahari mulai terbit....alamak, bolos sekolah lagi deh.
Sudah dua minggu kini kulalui bersama tante Ani dan mama belum pulang. Hari –
hari yang sangat penuh gairah. Boleh dibilang kami lewati dengan banyak tanpa
busana, kalau aku sedang bolos dan hari libur, bisa seharian kami lalui dengan
telanjang terus ( Tentu saja kalau Mbok yang nyuci kagak datang atau sudah
pulang ). Kalau aku sekolah, maka sepulangnya aku sekolah biasanya tante sudah
menyiapkan masakan yang enak sekali. Setelah makan, aku santai sebentar, lalu
kembali melakukannya dengan tanteku. Kami melakukannya dengan bebas di manapun
kami mau di rumah ini.
Mungkin karena usia tanteku yang lebih muda dari mama, maka staminanya masih
lebih kuat. Mama saja nggak cukup seronde saja, pasti mau lagi dan lagi. Tapi
tante Ani jauh lebih rakus dalam hal ini. Kalau buat kualitas, antara mama, kak
Erni, dan tante Ani, aku hanya bilang mereka setaralah, nggak perlu
dibandingkan, masing – masing ada kelebihan dan kekurangan, jadi buat apa
dipikirkan, toh ketiganya sama – sama bisa menyenangkanku.
Tentu saja kami juga bercakap – cakap banyak hal lainnya, tante Ani
menceritakan masa mudanya dan mama, masa pacarannya, juga bagaimana sebenarnya
dia tidak suka sama papaku dan caranya memperlakukan mama. Aku makin sayang
saja sama tanteku, karena ternyata dia amat peduli sama mamaku, dan dia juga
benci sama papaku sama sepertiku.
Hari ini kami juga sedang bercakap – cakap dan percakapan itu membekas di
diriku adalah mengenai keinginannya mempunyai anak yang dikandungnya. Baginya
memang bisa mengadopsi, namun sebagai wanita dia mau merasakan indahnya
mengandung dan melahirkan.
”Kamu tahu Wan, 10 tahun perkawinan bukan masa yang singkat, aku dan Ommu
sangat mendambakan kehadiran seorang anak.”
”Sabar tante...mungkin belum dikasih...”
”kalau sabar sudah lebih dari cukup,Wan. Kalau usaha apalagi, dari awal kawin,
Ommu dan tante paling rajin usaha bikin anak. Tapi yang didapat Cuma enaknya
doang...”
”Ah...tante bisa saja.”
”Beruntung Ommu tetap sabar dan mencintaiku. Tante sendiri juga bingung, semua
usaha sudah dicoba, yang harus pantat diganjal bantal, yang musti nungging,
musti gitu, tetap nggak sukses. Memeriksakan diri kami juga sudah, tante subur,
Ommu juga spermanya sehat, kadang hati tante suka kasihan sama Ommu.”
”Iya ya...untung saja Om sabar.”
”Makanya tante benar – benar mau berusaha buatnya.”
Aku jadi rada curiga mendengarnya, mulai bertanya – tanya.
”Maksudnya apa tuh,tan..?”
”Jujur ya Wan, tante memang menginginkan kamu melakukannya dengan tante karena
memang untuk memenuhi gairah tante yang tidak terlampiaskan dengan cukup. Tapi
juga berharap mungkin tante bisa beruntung...”
”Maksudnya be..beruntung itu...”
”Maaf ya,Wan, tante memang mau dam memang lebih menikmati kalau kamu keluar di
dalam memek tante. Juga tante berharap kali – kali saja tante bisa hamil karena
kamu.”
Dueng...Duk...Duk...Der, buset dah tante Ani. Sejenak aku terdiam, sedikit
merasa dimanfaatkan, tapi aku juga berpikir, sebenarnya aku rugi apa sih...???
Aku jelas – jelas mendapatkan kenikmatan yang luar biasa dari tante Aniku ini.
Dan juga dari awal memang dia bilang bahwa hasratnya memang tidak terpenuhi,
itu juga tidak bohong, karena memang Omku sering dinas luar dalam waktu lama,
sedang kalau pulang Cuma sebentar. Lalu aku juga disayang oleh tanteku ini, dan
aku sayang juga padanya. Belum lagi, sebenarnya aku juga tahu bagaimana
perasaan tante Ani selama ini, sekian lama memendam keinginan memiliki anak.
Jadi tak ada alasan buat marah...
”Wan, kok diam sih, kamu marah ya...??? Maafin tan..”
”Nggak...nggak...Irwan tidak marah dan tante tidak perlu minta maaf, sungguh.”
”Syukurlah kalau begitu.”
”Irwan paham keinginan tante, dan pasti berusaha membantu. Tante sudah baik dan
sayang sama Irwan, juga sudah memberikan kenikmatan sama Irwan. Tentu saja
kalau kita main dan Irwan ngecret di dalam memek tante, ada kemungkinan tante
bisa hamil. Tapi apa Om Heri kagak curiga...???”
”Tentang itu juga sudah tante perhitungkan, kan minggu besok Om kamu pulang
dinas, dan akan berada di rumah selama 2 minggu, pastinya juga kami akan sering
berhubungan. Jadi tidak akan ada kejanggalan kan.”
”Ohhh begitu...ya sudah kalau memang begitu, tan.”
Ternyata tante Ani ini memang cerdas dan penuh perhitungan. Cerdas ditambah
cantik dan seksi, benar – benar kombinasi maut yang langka. Aku kembali
terdiam, melamunkan pikiran lain. Memang mama paling dekat dan sayang sama adik
bungsunya ini, demikian sebaliknya. Mungkin karena karakter mereka cocok, sama
– sama nyambung. Hanya tante Ani sedikit lebih ceplas – ceplos dan berani kalau
bicara.
”Kok bengong,Wan. Mikirin apaan kamu...???”
”Nggak Cuma melamun saja kok...”
”Ya sudah...sekarang tante kasih kegiatan yang nggak bakal buat kamu melamun.”
Tanpa ba bi bu lagi, tante segera berjongkok di depanku, dan dengan cepat
memelorotkan celanaku. kontolku masih terkulai lemas tak bersemangat. Namun
karena sentuhan dan kecupan lembut dari tante Ani, kontolku segera berkibar dan
mengacung. Tante Ani mulai memainkan lidahnya dengan seksama pada kontolku,
sementara tangannya mulai membuka bajunya, aku juga sambil masih tetap duduk
menikmati Oral dari tanteku segera melepas kaosku. Kini kami sudah sama – sama
bugil. Mungkin karena merasa tidak enak hati atas percakapan barusan, tante Ani
benar – benar mengservis kontolku dengan mulutnya dengan amat nikmat. Lidahnya
benar – benar liar menjilati kepala kontolku, batangnya juga biji pelerku.
Sesekali tangannya mengocok kontolku. Kuluman dan emutannya benar – benar ganas
kali ini, melumat habis – habisan kontolku, memasukkan kontolku sampai
seluruhnya ke dalam mulutnya yang erotis. Mengelus lembut dengan bibirnya saat
memompa kontolku. Benar – benar mulut tante Ani bekerja keras saat ini. Aku
benar – benar menikmati tanpa bermaksud melakukan apapun, hanya menikmati
servicenya. Mulutku sesekali mengerang keenakan, menengadahkan kepala, mataku
merem melek. Entah berapa lama tante Ani mengoralku, kurasakan kontolku berdenyut,
aku bilang sudah mau keluar, tante Ani langsung mengubah gerakannya, kini
mulutnya hanya mengulum kepala kontolku saja, sementara rangannya mengocok
batan kotolku yang sudah basah oleh ludahnya. Lalu...Croot....crooot, tanpa
tertahankan kontolku memuncratkan sperma ke dalam mulutnya, semuanya ditampung
oleh mulutnya. Sesaat kemudian aku segera mencabut kontolku dari mulutnya.
Tante Ani sedikit membuka mulutnya memperlihatkan spermaku yang memenuhi
mulutnya, lalu menelannya dengan santai. Kemudian dia menjilati sisa sperma di kontolku
dan bibirnya.
”Gimana sayangku...enak.”
”Banget...”
”Mau lanjut lagi...”
”Tunggu bentar tante, biar keras dulu.”
Tapi tante Ani sudah tidak sabar. Sementara aku masih duduk, tante Ani langsung
berdiri di atas sofa yang kududuki, kedua telapak tangannya menempel ke tembok
sebagai tumpuan, kakinya agak ia lebarkan. jadilah kini memeknya tepat di depan
mukaku. Aku segera beraksi, mulutku mulai menciumi rambut kemaluannya,
membasahinya dengan ludahku. Sungguh lebat dan indah dipandandang. Lalu lidahku
mulai menjilati belahan memeknya, cukup lama guna membuatnya jadi lebar. Jariku
juga mulai mengorek dan menerobos ke lubang memeknya, mulai basah memeknya,
lidahku kini bergerak lincah memainkan itilnya. Terasa enak di lidah. Kulihat
kakinya agak gemetar. Aku teruskan saja kegiatanku, sementara tanganku yang
satu meremas – remas dan sesekali menepuk pelan pantat montoknya. Aku nggak mau
kalah, jadi kumainkan lidahku dengan ganas pada daerah memeknya. Desahan dan
rintihannya makin membuatku panas. Itil itu benar – benar disapu berulang –
ulang kali dengan cepat oleh lidahku. Tante Ani makin kelojotan, pinggulnya tak
mau diam bergoyang – goyang mengikuti rasa nikmat pada itilnya yang sedang
digarap. Akhirnya badannya mengejang, dan diapun mengalami orgasme, nampak ada
cairan menetes jatuh ke atas pahaku.
Tanpa jeda lagi segera kutarik tante Ani, aku putar posisi badannya, masih
berdiri, kupegang pinggulnya dengan kedua tanganku dan perlahan kutarik
tubuhnya ke bawah. kontolkupun menerobos lubang memeknya. Tante Ani duduk di
pangkuanku, kedua kakinya kini terbuka lebar, namun menggantung di udara
ditahan oleh kedua tangannya, Aku segera menaik turinkan pinggulku,
menggerakkan kontolku di dalam lubang memeknya. Lidahku menjilati leher dan
telinganya, tanganku meremas – remas teteknya, sesekali kumainkan itilnya
dengan jariku. Tak lama Tante Ani menurunkan kakinya, kini keduanya menapak di
lantai, namun tante Ani tetap dipangkuanku, kini tante Ani yang pegang kendali,
dia naik turunkan pantatnya, menggoyang pinggulnya...sementara itu aku terus
memainkan itilnya, juga melumat bulu keteknya dengan mulutku. memeknya sudah
basah sekali karena menerima kenikmatan yang bertubi – tubi. Entah berapa lama
sudah kami bermain...tiba – tiba terdengar suara yang mengagetkan...
”IRWAN....ANI....APA YANG KALIAN LAKUKAN...????”
Suara itu.....ya itu suara mama, kulihat mama sedang berdiri di depan jalan
masuk ke ruangan kami sedang bersetubuh. Matanya terbelalak, mulutnya
terperagah, ekspresinya garang. Aku benar – benar lemas dengan kehadiran mama
yang tiba – tiba dan mengejutkan ini. Namun kulihat tante Ani cuek saja, masih
menggoyangkan pinggulnya. Aku hanya diam saja . Mama juga diam tak mampu
berkata lagi, dan m*****kah duduk di sofa tepat seberang kami, memandang apa
yang sedang kami lakukan. Sumpah mati, aku sebenarnya sudah mau menyudahi
permainanku, namun kedua tangan tante Ani malah mencengkram kedua pahaku dengan
kuat, menahanku sehingga tidak bisa berdiri. Sungguh heran aku bahwa saat itu kontolku
masih tetap keras. Tante Ani seakan tidak terpengaruh terus saja menggoyangkan
pinggulnya memompa kontolku.
”Mbak...kamu duduk saja dulu. Aku mau selesaikan apa yang aku lakukan sekarang.
Kamu juga Wan, teruskan saja, nanti aku yang akan jelaskan ke mamamu. Nggak
mungkin kita berhenti, lagi nanggung.”
”Tapi tante...”
”Sudah tenang saja...”
Mama masih diam dan matanya masih melotot. Di depan mukanya kini terlihat
dengan jelas pemandangan adiknya sedang duduk di pangkuan anaknya. kontol
anaknya yang memompa memek adiknya terlihat sangat...sangat jelas. Aku tidak
tahu apa yang sedang mama pikirkan. Aku hanya bisa memejamkan mata, tak berani
melihat. Gilanya....tante Ani seperti tidak terpengaruh, boleh dibilang dialah
yang bergerak di atas kontolku. Ugh....sial berapa lama lagi sih...cepatlah
selesai. Untunglah tante Ani semakin mempercepat goyangannya, tak berapa lama
akhirnya aku keluar juga. Tante Ani segera berdiri mencabut kontolku dari memeknya,
terlihat jelas spermaku menetes dari memeknya saat ia berdiri. Mengambil
bajunya dan melap memeknya, lau duduk di sofa di sampingku. Wajahnya tenang
saja.
”KAMU DAN KAMU...,” mama menunjuk aku dan tante Ani.
”SEBAIKNYA ADA
PENJELASAN YANG MASUK AKAL ATAS KEGILAAN INI.”
”Aku nggak akan mau ngomong kalau mbak Susan emosi begitu.”
”.......”
”....................”
”Nah, karena sekarang mbak sudah mulai tenang, aku akan bicara. Dengarkan saja
dulu. Seperti yang mbak lihat, aku sedang melakukan hubungan seks ketika mbak
datang. Sorry tadi tanggung sih, jadi tadi aku selesaikan dulu.”
Edan....cuek amat tante Ani, aku sudah stress berat begini, dia malah santai dan
sempat –sempatnya melucu. Tapi entah kenapa saat itu aku yakin tante Ani tahu
cara menghadapi kemarahan mama, bukankah mereka memang dekat sebagai kakak dan
adik. Jadi aku pasrahkan semuanya pada tante Ani. Lalu mama mulai bicara.
”Jangan becanda...aku mau dengar penjelasan atas tindakan kalian. Kamu aku
biarkan menginap bukan untuk hal seperti ini, dan kamu anak muda...apa yang ada
di otakmu...?”
”Ini bukan salah Irwan kok mbak. Aku yang dari awal memaksanya dan memintanya
untuk ngent*t sama aku.”
”APA....???”
”Tenang dong. Memangnya kenapa...??? Nggak ada yang rugi kan, aku yang meminta
dan dia mau. Ya sudah begitu saja. Resikonya aku yang tanggung kok.”
”Tapi dia anakku Ani...kenapa kamu harus melakukannya dengan anakku ?”
”Memangnya kenapa Mbak...? Bukannya mbak juga melakukannya juga dengan anak
mbak..?”
Wajah mama seperti disambar petir mendengar ucapan tante Ani yang terakhir,
terperangah tak percaya, baru kali ini aku melihat mama sampai kehilangan kata
– kata. Namun seperti yang aku duga, memang tante Ani tahu cara mengatasi mama
dengan cara yang tepat.
”Ka...ka...kamu tahu apa...?”
”Sudahlah mbak, aku nggak mau panjang lebar, gimana aku bisa tahu, kamu nanti
bisa tanya ke Irwan. Intinya aku tahu masalah dan kebutuhan mbak. Bagiku nggak
ada yang aneh ditilik dari kondisi mbak Susan yang takut akan kecewa lagi. Mbak
juga masih butuh seks, dan Irwan bisa memberikan itu juga memberikan rasa aman,
aku paham, mengerti dan menerima jalan yang mbak pilih.”
”Kalau begitu mengapa kamu juga melakukannya dengan anakku...??”
”Alasannya mungkin sama seperti mbak. Benar aku masih ada suami, namun suamiku
sibuk dinas luar, aku juga punya hasrat seks. Untuk melakukannya dengan orang
lain yang aku tidak kenal dan tidak nyaman...no way. Tapi aku tahu, sama
seperti mbak. Aku merasa bisa percaya dan nyaman sama Irwan. Jadi aku harap
mbak mau mengerti. Aku mau mengerti dan menerima alasan mbak...dan kuharap mbak
juga sama. Kurasa tidak adil kalau mbak memarahi Irwan, biar bagaimanapun dia
anak muda, sedang dalam tahap memiliki hasrat seks yang tinggi, mana mungkin
dia menolak tawaranku...!!”
Kulihat raut wajah mama mlai melunak. Matanya juga sudah normal kembali.
Sepertinya aku selamat kali ini. Namun terdengar lagi suara tante Ani...
”Dan aku harap nbak mau membagi anakmu buatku juga, aku tidak hanya mau
melakukannya dalam 2 minggu terakhir ini saja. Sama seperti mbak, aku yang
wanita juga merasa puas dan nikmat yang nyaman dengan kehebatan anakmu.”
”..........,” mama kehilangan kata – kata.
”Satu lagi mbak...aku mau jujur sama kamu, aku mau dan berharap dapat hamil
oleh anakmu.”
”APA...??? ANI, APA KAMU SUDAH GILA...??? Dengar ya, kamu tahu hubunganku dan
anakku serta mau memahami, aku ucapkan terimakasih. Akhirnya kamu melakukan
juga dengan anakku, aku bisa pahami juga alasanmu. Kamu mau aku membagi Irwan
denganmu, oke aku masih bisa kabulkan. Tapi kamu mau anakku menghamili
kamu...??? TIDAK. ...!!!”
”AKU SERIUS MBAK..!!! Kamu pikir berapa lama aku menantikan kehadiran seorang
anak dalam hidupku. Berapa banyak aku harus menanggung kesedihan ??? Berapa
berat sebenarnya kerinduan suamiku akan sosok seorang anak...??? Kamu tahu
semua itu kan. Aku percaya dan hanya mau melakukan kegilaan ini dengan Irwan,
tidak dan tidak akan pernah dengan yang lain. Aku tidak meminta tanggungjwab,
aku hanya mau hamil dan punya anak mbak...apapun caranya...apapun resikonya.
Umurku akan semakin bertambah, aku harus hamil. Tak peduli mbak setuju atau
tidak, aku tetap pada keinginanku...,” Tante Anipun menangis.
Aku hanya diam saja, bingung mau berbuat apa. Walau aku jadi objectnya, tapi
aku nggak bisa kasih pendapat. Kulihat mama menatap adiknya, raut wajahnya
nampak melembut, matanya agak berkaca – kaca.
”Sudahlah Ani, semua memang sudah gila, aku, kau, anakku semua sudah gila.
Apapun alasan kita, tetap saja orang akan menganggap kita gila. Tapi aku ini
mbakmu, aku paling memahami dan menyayangi kamu. Semarah apapun aku, aku pasti
bisa memahami dan mengerti keinginanmu. Dari kita kecil sudah seperti itu. Jadi
kali ini aku juga nampaknya bisa mengerti alasan dan keinginanmu, semoga kamu
bisa segera hamil oleh anakku. Entah aku harus menganggapnya keponakan atau
cucu.”
”Jadi mbak...”
Tante Ani segera menghampiri mama, lalu memeluknya, mama juga. Tante Ani
menangis dalam pelukan mama, mama menenangkan dan membelai rambutnya. Setelah
tenang, tante Ani mencium pipi mama dan berterimakasih. Tante Ani pun kembali
ke sofa. Duduk di sampingku, sama – sama masih telanjang. Ah bodoh amat, yang
pentng sekarang semua kelar. Mendadak sebuah ide liar melintas di benakku,
berdasar mama yang dekat dan sayang sama tante Ani. Bisa dicoba pikirku....Mama
melihatku dan berkata..
”Tidak ada yang mau kamu sampaikan, Wan ??? Kamu sudah cukup bandel selama mama
tinggal 2 minggu ini.”
Aku segera berdiri dan menghampiri mama. Duduk di sampingnya Pasang muka
menyesal. Tante Ani hanya melihat saja...
”Ma, maafkan Irwan ya. Tapi Irwan tidak menyesal. Seperti kata tante Ani, Irwan
tak kuasa menolak, Irwan juga sayang sama tante Ani, lagian Irwan tuh laki –
laki, mana tahan kalau sudah dekat tanta Ani yang cantik dan seksi. Lagian
Irwan akan berusaha supaya dapat memenuhi keinginan tante Ani.”
”Ah kamu ini....untungnya kamu melakukannya dengan tante Ani, kalau dengan yang
lain mungkin mama tidak akan mau mengerti.”
”Iya ma, sudah dong jangan marah terus....ada yang penting kan, Irwan kangen
nih sama mama, sudah 2 mingguan nggak ketemu, masa baru ketemu dimarahi...”
Sambil berkata seperti itu aku mencium pipi mama, mama mungkin mengira aku
hanya akan mengecup pipinya saja, namun tanganku segera memeluknya erat,
menciumi bibirnya, mama mencoba menolak, aku cuek saja, tanganku juga mulai
meremas teteknya.
”Wan...apa – apan sih kamu...”
”Irwan kan sudah bilang, Irwan kangen.....”
”Iya...mama ngerti, mama juga kangen sama kamu, tapi sabar dong, kan ada tante
kamu...”
”Ah...nggak apa – apa, kan sudah sama – sama tahu, nggak ada yang harus
dirahasiakan.”
”Jangan pedulikan aku, mbak...,” tante Ani menimpali.
Walau mama menolak karena merasa sungkan ada tante Ani melihat, aku nggak
menyerah, aku mulai ciumi lehernya, tanganku mulai menerobos bajunya, meremas –
remas teteknya di balik BHnya dengan gemas. Kurasakan tolakan mama mulai
melemah, maka tanganku yang satu lagi mulai membuka kancing bajunya, kini
tampaklah tetek besarnya yang terbungkus BH. Selalu mempesona diriku. Biar
lebih leluasa, maka segera kubuka bajunya, kini hanya ber BH saja. Aku remas
dan mainkan teteknya dengan gemas, tanganku menyusup ke balik BHnya, memilin
dan mengelus putingnya. Putingnya kurasakan mulai membesar dan mengeras,
pertanda mama mulai terangsang. Makin semangat saja aku, kucari kaitan BHnya,
kulepas, kini mama sudah bertelanjang dada, kudorong badan mama agak menyender
ke sofa, segera tetek besar itu kulumat habis dengan mulutku dan lidahku. Kini
tanganku mulai bergerilya di balik roknya, kurasakan dari balik CDnya, memek
mama mulai basah, segera kuturunkan CD itu sedikit sampai ke paha mama saja
sudah cukup. Kini jariku segera memainkan memek mama. Cepat sekali kurasakan memek
mama basah, rupanya mama memang sudah horny, mungkin karena 2 minggu ini nggak
disodok sama kontolku. Jariku mulai memainkan itilnya sesekali juga menusuk
lobang memeknya. Bibirku dengan rakus menciumi wajah mama, leher mama,tetek
mama, lalu lengan mama agak aku angkat, aku ciumi bulu keteknya. Wangi tubuh
mama yang baru datang dan belum membersihkan diri tetap wangi, bahkan ada aroma
yang enak sekali, menambah naik nafsuku. Tangan mama kini mulai mengurut
–ngurut kontolku, seperti biasa jemari halusnya selalu terasa nyaman saat
memainkan kontolku. Dengan jari jempolnya mengelus kepala kontolku, dan empat
jari lainnya mengocok batangku....enak sekali. Puas menggerayangi dan menciumi
mama, akupun segera melepaskan rok dan CD mamaku. Mama duduk di sofa, kakinya
dilebarkan.
Aku segera berjongkok dan mengarahkan mulutku ke memeknya, lidahku langsung
membombardir memek mama, lubang memeknya kujilat dan kusodok – sodok dengan
ujung lidahku, itilnya menerima jilatanku yang penuh nafsu, mama hanya bisa
meremas – remas rambutku dan mendesah penuh kenikmatan. Aku terus saja
memainkan itil mama, belum lagi jariku dengan aktif menyodok – nyodok lobang memeknya,
makin kelojotan saja mama dengan aksiku. Tak lama mama mengejang, lalu orgasme.
Baru saja aku melepas lidahku dari itilnya, mama segera menarikku, dan
menyuruhku berbaring di sofa, tanpa basa – basi lagi langsung melumat kontolku
dengan mulutnya, bernafsu sekali, habis kontolku dan bijiku, dijilat, diemut
dan dikulumnya, sepertinya mama dahaga sekali berpisah dengan kontolku 2 minggu
ini. Aku biarkan mama memainkan kontolku, sementara mataku menatap ke sofa
seberang, tante Ani kulihat sedang duduk menyaksikan kami , nampak bermain
dengan dirinya sendiri, jari tangannya sibuk memainkan memek dan
itilnya...membuat nafsuku jadi ikut naik. Sabar dulu tante Ani, aku tahu kamu
juga belum puas dengan permainan tadi, tapi sekarang jatah buat mama dahulu.
Segera saja aku hentikan kegiatan Oral-mama, kubaringkan mama di sofa, aku
segera menindihnya, mama melebarkan kakinya, memberi kemudahan bagi kontolku
saat menerobos lubang memeknya yang sudah sangat basah karena nafsu. Kupompa kontolku
dengan cepat, dan sedalam mungkin, mulutku tak ada hentinya menciumi bibir,
tetek dan puting mama bergantian. Kami berdua bermain dengan panas melepas
kerinduan 2 minggu ini. Mama mendesah dan mengerang dengan penuh kenikmatan,
tangannya yang memeluk punggungku, kurasakan sangat kuat. Pompaan kontolku
terdengar sangat jelas di dalam lobang memek mama, semakin menambah sensasi dan
kenikmatan kami. Mama mulai mengerang dan mengejang, cairan hangat menyembur
dari memeknya, tapi tak menghentikan gerakanku, justru semakin menambah
gairahku, tiba – tiba kurasakan ada lidah yang bermain di biji dan lubang
pantatku, nampaknya tante Ani juga sudah gerah melihat kami, dan ikut
bergabung. Gila...enak sekali rasanya, sat aku memompa memek mamaku, biji dan
lubang pantatku dijilati dengan ganas dan bergairah oleh tanteku...wow.
Nampaknya karena kenikmatan yang bertubi – tubi menghampiri, kontolkupun
mendekati klimaksnya, segera kukerahkan sodokan terakhirku sepenuh tenaga
dan...Crootttt.....croooott...spermaku menyembur kuat dalam lobang memek mama.
Aku terkulai lemas.....mencabut kontolku, masih menindih mama.
”Kamu ganas sekali, Wan...”
”Habis aku kangen sama memek mama....”
”Iya, mama juga....
Nampaknya kini mama menyadari, tante Ani ada di dekatku dan sedang menjilati
sisa sperma di kontolku, wajah mama agak sungkan, kalau Cuma melihat, silahkan,
tapi kalau ikut main, mama kayaknya tidak nyaman. Mama kemudian berkata...
”Wan, mama mandi dulu yah...”
”Jangan dong ma, Irwan masih belum puas...”
”Kan ada tante Ani, kamu kan bisa puasin sama dia...kalau kamu kurang sama
mama, kan bisa nanti malam...”
”Nggak ah...Irwan mau mama tetap di sini, juga tante Ani, kita bisa main
bareng...”
”Kamu ini aneh – aneh saja ah, Wan. Mama nggak mau ah...”
”Kenapa...???”
”Malu tahu...”
”Malu...??? Yang ada di sini Cuma kita bertiga, malu sama siapa...??? Tante
Ani...Tante malu nggak...???” tanyaku pada tante Ani.
”Nggak Wan, malah sebenarnya tante memang sudah lama berfantasi melakukan seks
bertiga seperti ini Cuma bingung mau main sama siapa, kalau sama mamamu dan
kamu,aku nggak merasa risih..”
”Tuh mama dengar kan...”
”Iya Wan, tapi mama...”
”Sudah ah, mama ikutin saja, nanti juga bakalan ngerasa enak....”
Baru saja aku kelar ngomong, kulihat mama agak mendesah, rupanya tante Ani,
sedng menggarap itil mama. Aku segera berdiri dan mengarahkan kontolku yang
sudah kembali mengeras ke mulut mama, minta dikulum lagi. Mama nampaknya nggak
bisa menolak lagi dengan situasi yang ada....mulutnya segera mengulum kontolku
yang berdiri di sampingnya. Sementara tante Ani menjilati itil mama. Aku sangat
terangsang melihat pemandangan ini, kurasakan kontolku sangat keras dalam mulut
mama. Tanganku kini sibuk meremas – remas dan memainkan tetek besar mamaku.
”Aghhh....Awwww...Aduhhhhh...Aniiii...”
”Oooohhh.......Ughh.....Yesss...Yesss....”
”A...Anniiii...Ennaaakkkk....Ughh...Sssshhhh...”
Mama nampaknya sangat menikmati permainan idah tante Ani pada itilnya, dan
benar saja...tak lama kemudian mamapun orgasme. Aku segera melepas kontolku
dari mulut mama...dan memberi kode tante Ani supaya berdiri, mama masih
telentang di sofa, kakinya mengangkang dengan memek yang sudah merah karena
menerima hantaman kenikmatan, namun aku berniat menambahnya, toh mama sudah
berpisah denganku 2 minggu ini, maka tanpa banyak komentar kembali kuhantamkan kontolku
ke memek mama, mama mendesah nikmat. Sementara tante Ani berjalan ke ujung
sofa, naik dan berdiri tepat di atas muka mama, kemudian menungging, kini memeknya
di atas muka mamaku, sementara wajahnya berhadapan denganku, mungkin mama masih
bingung dengan apa yang harus dilakukan., karena belum pernah 3Some.
”Mbak, jilat itilku juga dong...”
Tante Ani segera merendahkan pinggulnya, mengarahkan memeknya ke mulut mama,
kulihat mama mulai menjilat memek tanteku dan memainkannya. Aku segera mencium
bibir tante Ani, dengan tanganku meremas – remas tetek tante Ani. Kini gantian
tante Ani yang juga mendesah keenakan, sementara mama terus memainkan itil
tanteku, ciuman tanteku semakin panas seiring merasa enak dengan jilatan mama pada
itilnya. Aku semakin semangat memompa kontolku dalam memek mama. Tubuh kami
bertiga sudah berkeringat, namun semangat dan gairah kami sudah terbakar dengan
sempurna. Tak berapa lama tante Ani juga mengejang dan orgasme.
Aku segera mencabut kontolku dari lobang memek mama, kemudian mama dan tante
Ani kusuruh duduk di sofa panjang berdampingan, pasrah dengan kaki mengangkang
siap menerima sodokan kontolku pada memek mereka, kali ini jatah tanteku,
segera kuhujamkan kontolku ke lobang memeknya. Tante Ani menjerit nikmat.
Segera aku beraksi memulai pompaanku sementara tanganku bergantian meremas –
remas tetek besar milik mama dan tante Ani. Tante Ani juga memulai inisiatif
mencium mamaku, Ugh...panas skali melihatnya saat mama berciuman dengan tante
Ani, saling memainkan bibir dan lidah. Kadang – kadang aku juga ikut mencium
bergantian. Mulutku juga sibuk menciumi bulu ketek mereka berdua, sensasional
banget nikmatnya, pompanku dalam memek tante Ani semakin kuat, rupanya Tante
Ani nggak tahan lagi dan menyemburkan orgasmenya. Kucabut kontolku dan segera
kuarahkan ke memek mamaku, kini gantian aku memompa mamaku., sementara tangan
tante Ani kembali memainkan itilnya sendiri. Mama membantu dengan meremas –
remas tetek tante Ani, ah mulai pandai mamaku rupanya ber3Some. Aku mencium
mamaku sambil meneruskan memompa kontolku, gairah kami bertiga saat itu benar –
benar amat tinggi.
”Yesss...yess...Ahhhh..”
”Teruuusss..Wan....”
”Oooohhh......Ooohh....Auuwwww...”
Mamaku ribut sekali, benar – benar berpisah 2 minggu membuat memeknya sangat
kangen saat bertemu kontolku, akupun nggak setengah – setengah memompakan kontolku,
Pinggul mama ikut bergoyang mengimbangi dan menambah rasa enak. Tangannya
terangkat ke atas memperlihatkan pemandangan bulu keteknya yang menambah
rangsangan. Sodokanku makin kuat saja. Nggak lama mama mulai menunjukkan gejala
mau orgasme lagi, makin nafsu aku, dan akhirnya mama orgasme diiringi desahan
kuat. Sementara kulihat tante Ani masih sibuk bermain dengan itilnya.
”Sudah Wan, sana kamu ke tantemu, mama sudah capek, dari setadi kamu hajar
habis – habisan, tuh kasihan kan tantemu, kamu selesaikan sama tantemu ya...”
Mama lalu hanya menyelonjor di sofa, aku segera menuju tante Ani. Kubuat
posisinya menungging, dan aku sodok memeknya dari belakang, kali ini aku
bergerak dangan amat cepat, karena aku jyga sudah mulai lelah, sambil
menungging, kedua tangan tante Ani kutarik ke belakang, tapi tidak kuat, hanya
sebagai pegangan. memeknya sudah sangat basah, entah berapa banyak kenikmatan
yang dia dapat, tapi tetap saja mau lagi dan lagi.
kontolku kini sudah mendekati batas maksimum, segera kulepas tangan tante Ani,
kutinggikan tubuhnya sedikit, kini tanganku memeluk erat teteknya, dan dengan
desahan kuat aku lakukan sodokan terakhirku, keluarlah spermaku dengan kuat
membasahi liang memeknya. Kami terdiam sesaat. Lalu aku segera mencabut kontolku.
Puas, nikmat, dan lelah menjadi satu.
”Aghh...enak banget, puas banget Irwan.”
”Kamu hebat Wan, tante senag sekali.”
”Ma...gimana dengan mama..”
”Kan kamu bisa lihat, mama sampai kehabisan tenaga...”
”Gimana, enak kan main bertiga...”
”Iya sih...tapi mama Cuma mau melakukannya dengan kamu dan tante Ani saja ya..”
”Jadi ceritanya mama doyan nih...”
”Ah konyol kamu...”
”Tante juga sama Wan, Cuma mau kita main bertiga kalau hanya dengan kamu dan
mamamu.”
”Oke...Irwan senang karena bisa main bersama mama dan tante Ani yang sangat
Irwan dambakan...”
wayhid
= = = = = = = =
Akhirnya semua
masalah selesai dengan tenang. Malam itu kami kembali ber3Some, bahkan tante
Ani memperpanjang acara menginapnya sampai sehari menj***** Om Heri pulang,
kepingin terus diodok rupanya sampai memperpanjang jadwal nginap hehehe. Dan
untuk hubungan aku dan Tante Ani, hubungan kami terus berlanjut, tanpa ada khawatir,
karena mama sudah tahu. Kadang aku yang ke rumah tanteku. Walau enak tapi untuk
ber3Some tidak terlalu sering kami lakukan, hanya kalau memang momentnya pas
saja. Semua memang indah buatku...namun ini bukannya akhir, masih ada
petualangan lainnya.
Sudah sebulan berlalu sejak peristiwa dan hari – hari penuh sensasi dengan
tante Ani. Siang itu panas sekali, aku baru saja pulang sekolah, kupacu Ninja
RR ku menuju rumahku, ingin segera sampai, gila panas sekali sih. Pokoknya
sampai di rumah, nyalain AC, tidur, bangunnya berenang, begitulah rencanaku.
Maka akupun segera ngebut, sempet denger pluit pak polisi saat tadi nanggung,
baru kuning jadi tambah gas dikit....sori pak polisi, mendingan belagak nggak
denger pluitnya, rugi soalnya kalau harus kasih duit jajan buat damai sama
situ...hehehe.
Sesampainya di rumah, segera buka pagar, masukin RR ke garasi. Siiip, tinggal
ngademdi dalam. Kucari kunci rumah di tasku, segera buka pintu, kunci lagi,
lalu aku berjalan ke dalam. Tiba – tiba ada yang menyerbu memelukku dengan
diiringi teriakan gembira terdengar di telingaku....siapa sih...Oh tante Ani,
rupanya tadi datang dan masuk pakai kunci punyanya.
”Wan...., tante hamil Wan...tante hamil...”
”A...apa tante...???”
”Duh kamu ini, tante hamil, Wan.”
”Oh...selamat ya, tante.”
Aku segera mencium pipi tanteku kiri dan kanan.
”Tante senang sekali, Wan, bayangkan sepuluh tahun menunggu...sepuluh tahun.”
”Iya...iya, sudah dulu dong meluknya nih, panas...”
”Oh...sori, habis tante senang banget. Kamu sudah makan belum, tadi tante
beliin kamu steak kesukaanmu. Ada di meja, masih hangat.”
”Siiip, ceritanya sambil nemenin aku makan ya, tan.”
Aku segera menuju meja makan, dan mulai melahap steak kesukaanku, tante
mengambilkan minum buatku, lalu duduk di dekatku, senyumnya terus menghiasi
wajah cantiknya saat meneruskan ceritanya.
”Belakangan ini tante sering mual, nggak enak badan, kata si mbok Nem, mungkin
tante isi kali, jadi tante beli testpack, pas tante cek positif. Tapi saat itu
tante belum mau percaya dulu, jadi tante tadi cek ke dokter....dan memang
positif hamil, sudah 1 bulan.”
”Irwan senang deh akhirnya tante bisa mendapat apa yang tante idamkan.”
”Iya...begitu tahu, tante langsung telepon Om kamu, dia senang sekali, tapi
sedikit kecewa karena nggak bisa segera pulang. Mama kamu juga tadi senang
sekali saat tante telepon ke kantornya. Tapi khusus kamu...tante mau
mengatakannya langsung”
”Kenapa begitu...??”
”Lho kan yang menggauli tante belakangan ini kamu...???”
”Bisa juga si Om-kan tan....???”
”Memang sih, waktunya beda – beda tipis, tapi naluri tante yakin ini adalah
hasil penanaman saham kamu...hehehe.”
”Oh gitu.....”
”Tapi kamu nggak usah khawatir ya, Wan.”
”Si Om curiga nggak nanti...???”
”Kamu becanda, tadi di telepon saja, dia berteriak kegirangan, bahkan mau
langsung terbang ke Jakarta, sayang nggak bisa.”
”Iya...tapi nanti si Om bisa curiga nggak...???”
”Nggak bakalan Wan. Golongan darah kamu apa...??? B, kalau tante nggak salah
ingat...?”
”Iya...aku B.”
”Om kamu sama B juga, jadi nggak masalah. Kecuali kalau tes DNA, dan itu nggak
mungkin kan. Pokoknya kamu tenang saja, tante sangat senang.”
”Ya...sudah kalau begitu.”
Aku melanjutkan makanku, sambil mendengar tanteku yang sedang bahagia sekali,
memang sudah sepantasnya, tante Aniku yang baik ini sangat mengimpikan
mempunyai anak. Sepuluh tahun menunggu bukan waktu yang singkat.
”Wan, pokoknya tante mau kamu bersumpah, ini hanya kamu, tante dan mamamu saja
yang tahu. Tante mau kamu berjanji untuk tidak mengatakan ini pada siapapun
sampai kapanpun.”
”Iya tante...”
”Ya...sudah kamu selesaikan makanmu. Kamu memang keponakan tante yang paling
baik. Habis makan kamu istirahat ya. Tante akan di sini menunggu mama kamu
pulang. Oh iya tante mau menelepon opa dan omamu...pasti mereka senang.”
Tanteku bergegas ke ruang depan, menelepon opa dan omamu, akupun menyelesaikan
makanku. Setelah selesai menaruh piring kotor ke bak cuci, lalu ke kamar mandi,
bersih – bersih dan ganti baju. Lalu aku menuju ke kamarku, nyalain AC,
langsung merebahkan diri, ngadem. Berpikir, tante Ani memang sangat terobsesi
untuk hamil, duh...apa iya itu hasil dariku, apa nggak dari si Om, tapi memang
benar, sepuluh tahun di-ent*tin sama Om ku tante tidak hamil, tapi sebulan
terakhir lalu aku garap tanteku, dan kini nyatanya dia hamil. Ada sedikit rasa
senang pada diriku saat itu. Ya sudahlah kalau memang itu adalah akibat
perbuatanku, toh tante Ani secara tegas telah menyatakan pada aku dan mamaku
bahwa dia memang tidak menuntut pertanggungjawaban apapun dariku. Singkatnya
aku ini hanya donor sperma saja. Masih terdengar jelas suara gembira tanteku
yang sedang menelepon opa dan oma-ku. Aku pun memejamkan mata. Tak lama tanteku
masuk ke kamarku.
”Wah...opa dan omamu senang sekali, kubilang tante lagi ke rumah kamu menunggu
mbak Susan, minta nasehat tentang kehamilan. Mereka titip salam buat kamu.”
”Iya...” jawabku. Tiba – tiba tante terdiam dan berbicara serius...
”Wan, sekali lagi tante mau berterimakasih sama kamu, tak terhingga. Tante kini
merasa lengkap sebagai seorang perempuan. Terimakasih, Irwan sayang.”
”Tan...nggak usah begitu, Irwan senang kalau tante senang.” kataku segera
memeluknya.
”Terimakasih sekali lagi,Wan....,” tante memelukku erat, kurasakan air matanya
menetes.
Segera kulepas pelukannya, dan kuhapus air matanya dengan tanganku. Lalu aku
tersenyum. Tante pun tersenyum.
”Sudah ah tan, lagi bahagia gini jangan menangis.”
”I...iya, Wan. Kalau kamu bilang begitu, tante nggak nangis lagi deh.”
”Nah gitu dong, baru Irwan senang.”
”Wan, kamu ada mau beli apa nggak, bilang saja ke tante, pasti tante kabulkan,
hitung – hitung tanda terimakasih tante.”
”Ah...tante apa – apan sih.”
”Nggak tante serius, Wan. Kalau nggak tante bakalan marah lho. Ini sudah jadi
sesuatu yang tante niatkan saat tahu tante hamil tadi. Tante sudah berjanji
akan membelikan kamu, apa yang kamu inginkan. Jadi kamu nggak boleh menolaknya.
Ingat ya, harus barang, bukan Seks...seks lain lagi hitungannya.”
Aku terdiam, sebenarnya tanteku nggak perlu seperti ini, memang ada barang yang
lagi aku incar, mungkin bisa minta beliin sama mama. Tapi tanteku sudah
berikrar, mana ikrar saat hamil, kan harus ditepati. Aku nggak bisa nolak deh.
”Sebenarnya ada sih yang lagi Irwan mau.”
”Apa itu Wan, bilang saja ke tante...”
”Gini tan, kalau lagi pulang sekolah, kan Irwan lewati toko motor gede modif,
ada motor Ducati yang sudah dimodifikasi dipajang di depannya, bukan baru sih,
tapi sudah di-modif keren banget, Irwan ngiler banget ngelihatnya, mungkin mau
ngerayu mama buat beliin. Sebenarnya Irwan masih cinta sama Ninja RR Irwan, tapi
memang keren banget Ducati Modif yang Irwan lihat.”
”Tante sih nggak gitu paham soal modif keren apa nggak, tapi tante bilang kamu
jangan minta sama mama kamu. Hari ini juga kalau kamu mau, antar tante ke sana,
tante beliin.”
”Ah...nggak perlu buru – buru tante. Besok saja Irwan ke sana tanya harganya
sama minta nomor teleponnya, biar tante bisa hubungi.”
”Baiklah...besok kamu harus ke sana ya.”
”Eh...tapi nggak usah beli begitu ya tan. Irwan juga nggak perlu dua motor,
jadi nanti Irwan jual atau minta tukar tambah deh, biar tante lebih murah
bayarnya. Kali ini tante harus mau, Irwan maunya begitu saja deh. Soalnya kan
duit lebihnya bisa buat dedek bayi.”
”Oke deh...kamu atur saja, Wan.”
Wajah tante sangat senang karena aku mau memenuhi janji yang dibuatnya. Kami
kembali mengobrol, aku sambil istirahat ngadem. Jujur saja aku nggak ada niat
untuk nyodok tanteku saat ini, nggak mau merusak moment bahagianya, dan juga
nggak paham mengenai keamanan berhubungan seks saat kehamilan. Jadi memang aku
mengobrol saja, terbawa suasana keceriaan tanteku. Tiba – tiba saja.
”Nah...sekarang tante mau kasih hadiah dan tanda terimakasih special buat kamu,
Wan.”
”Lho, kan tadi sudah, tan. Nggak perlu hadiah lagi ah..”
”Benar nih kamu nggak mau....??”
”Aduh apaan lagi sih....” tanyaku penasaran dan memang nggak paham.
”Tubuh tante. Silahkan kamu bermain dengan tubuh tante sepuas kamu untuk hari
ini. Ini sebagai hadiah dan tanda terimakasih special buat kamu.”
”Wah...wah...nggak bisa begitu dong, tan...!!!” sebenarnya itu tawaran yang
amat menarik, dan sudah lama aku nggak menggauli tanteku.
”Lho, kenapa nggak...? Bukannya kamu paling suka sama tubuh tante...??”
”Betul, tapi tante kan baru hamil, Irwan nggak mau tante kenapa –napa.”
”Duh...anak baik, kamu benar – benar pehatian dan sayang sama tante. Tapi tante
juga nggak akan ceroboh kalau memang tante belum paham. Waktu periksa tadi,
dokter sudah mencek, kandungan tante kuat, juga tante tanya masalah hubungan
seks saat kehamilan, kata dokternya, silahkan saja, asal tidak berlebihan dan
mengenai sampai kapan boleh berhubungan, dokter bilang relatif. Itu tergantung
dari masing – masing pasangan, dokter hanya menyarankan, tapi tidak bisa
mengawasinyakan. Dokter itu bilang, ada juga pasangan yang hamil 9 bulan masih
melakukannya. Kenyataannya libido wanita justru meningkat saat sedang hamil,
juga memang tidak ditabukan berhubungan seks saat hamil, karena bisa
memperlancar lobang wanita. Jadi tante sudah berkonsultasi dan mengerti.”
”Iya....tapi tan” aku masih ragu.
”Jadi kamu nggak mau nih...” tanteku menggoda dengan senyumnya...
”..........”
Mau nggak mau tante tertawa melihat tampangku yang ragu tapi juga kepengen,
akhirnya tanteku mulai mengelus dan meremas pangkal celanaku. Lama bermain di
sana, akhirnya mau nggak mau kontolku bangun juga, Sejurus bemain di sana,
dipelorotkannya celanaku. Kini lidahnya mulai menjilati kepala kontolku,
dijilatinya lubang pipisku, tangannya sibuk mengocok batang kontolku,
Sssshhhh....enaknya. Kini mulutnya mulai menelan kepala kontolku, batangnya
akhirnya seluruh kontolku, diemut....dihisap – hisap, lalu gantian mengenyot
bijiku...birahiku meningkat. Aku mulai membuka kaosku. Masih rebahan dengan
anteng menikmati kontolku yang sedang dimainin sama tanteku ini.
Setelah agak lama tante berdiri dan mulai menanggalkan busananya, aku hanya
tiduran saja, menyaksikan sambil mengocok – ngocok kontolku. Kuperhatikan
tubuhnya, belum ada yang perubahan mencolok, masih tetap seksi, tetek besarnya
masih tetap indah, hanya kulihat puting dan lingkaran sekitarnya agak coklat
kehitaman, juga putingya sedikit tegang. Tambah keras saja kontolku jadinya.
Tante lalu naik ke ranjang berbaring di sampingku dengan provokatifnya, kedua
tangannya dinaikkan dan diapitkan di belakang kepalanya, memperlihatkan bulu
ketek indahnya yang lebat, kakinya dibuka lebar – lebar dengan kedua lutut
menekuk. Memperlihatkan rimbunnya bulu kemaluan yang menghiasi memeknya. Aku
meneguk ludahku menyaksikan keindahan di dekatku. Segera aku bangkit dan
menyerbu bulu keteknya, kujilati dan kuciumi bergantian sampai basah. Lalu
kucari bibirnya, saling bertautan lidah dengan gairah membakar, leher, belakang
telinganya tak luput dari jilatanku, tante belingsatan kegelian, lalu mulutku
segera menyerbu tetek besarnya, tanganku juga meremasnya. Yang jadi sasaran
nafsuku adalah putingnya yang terlihat lebih tegang dan besar, lebih enak
dijilati dan dimainkan lidahku. Kujilati dan kuemut – emut, kugoyang –
goyangkan dengan lidahku, tanteku menggeliatkan badannya, geli dan keenakkan.
Aku benar – benar gemes sama putingnya saat itu, jadi lama aku nenen, kadang
bergantian menjilati bulu keteknya sebentar lalu balik mainin putingnya,
sementara tanganku membelai – belai belahan memeknya, hanya membelai belahannya
saja. Ada 10 menit aku hanya nenen saja, tanteku juga nggak minta aku merubah
gayaku, mungkin membiarkan aku menikmati mainan baruku yaitu putingnya...
Puas nenen dengan putingnya yang besar, aku mulai menuju ke lembah kenikmatan
miliknya, bibirki mulai menciumi permukaan dan belahan memeknya, pelan – pelan
kusodokkan jariku ke lobang memeknya, lalu itilnya jadi sasaran santapan
lidahku. Kembali tanteku mendesah dan menggeliatkan pinggulnya, kini tanteku
agak menaikkan badannya, tangannya meraih belakang kepalaku dan makin
membenamkan wajahku ke memeknya, memberi tanda agar aku terus memainkan
itilnya. Aku makin seru saja menjilati dan mengulum itilnya, rambutku diremas
olehnya. Desah dan erangannya kini mulai berkepanjangan...
”Ahhh...Ahhh...betuullll...di...situuu...”
”Oughhh...Ssshhhh....”
”Yessss.....jillllaaattt...Ohhh...Giiilaaaaaa..... ”
”Ahhhhh....tanteeee.....kellluaaarrrrrr....”
Mnyemburlah cairan orgasmenya, membasahi memeknya. Aku segera bangkit,
memposisikan tubuhku di antar dua kakinya yang mengangkang lebar,
dan...Blesssss...hanya perlu satu kali tusukan, kontolkupun amblas dalam lobang
kenikmatannya. Aku secara naluri bertumpu di atas kedua lututku dan tanganku,
berusaha tidak menindih perutnya. Kumulai pompaanku dalam lobang memeknya.
Kurasakan sesaat, belum ada rasa yang berubah, masih sama legit sebelum tante
hamil. Aku memompakan dengan santai saja, aku nggak mau menyodok dengan cepat
atau kuat, takut terjadi sesuatu. kontolku keluar masuk dengan teratur,
sementara tanganku mulai berkarya meremas teteknya, kupilin dan kuputar – putar
putingnya, sesekali tanganku membelai bulu keteknya saat tangannya terangkat ke
atas. Boleh dibilang permainan kami berlangsung secara lembut dan penuh
kehangatan namun tidak menurunkan kenikmatannya, malah menambah keasyikan. Lalu
aku cabut kontolku dan berganti posisi favouriteku saat menggauli tanteku...yap
posisi samping sejajar.
Segera kuangkat dengan lembut satu kakinya, dan aku langsung membenamkan
ontolku ke dalam lobang memeknya, sementara mulutku dengan leluasa menjilati
dan menciumi bibir, bulu ketek dan putingnya bergantian. Jariku memainkan
itilnya. Memang tanteku paling senang kalau disodok dengan gaya ini, katanya
semua bagian tubuhnya bia aku mainkan sekaligus. Maka desahan dan erangannya
semakin menjadi – jadi...
”Owww..Oww..Ahhhh...Ssshhh...hisap lagiiii wannnn..”
“Aduuhhh…itilllllkuuu jangaannnn berhentiiii…”
“Ahhhh..Aawwww….yessssssssss….”
Hasilnya tanteku kembali orgasme. Aku masih tetap menyodokkan kontolku dengan
irama sedang saja, saat menarik,kukeluarkan sampai kepala kontolku keluar
berjarak 1 cm dari lobang memeknya, lalu kembali menusuk masuk, begitu terus,
tanteku sangat menikmati, karena lubang memeknya diterobos berulang – ulang
oleh kepala kontolku, sementara itilnya sudah mengeras dengan permainan jariku.
Akhirnya kurasakan denyutan yang sudah sangat kukenal, aku benamkan dan
kugoyang kontolku dalam lobang memeknya….Crooott…crooot…spermaku membajiri memek
tanteku. Kami terkulai, lemas dan berkeringat. Tante lalu menciumku dan
memelukku dengan mesra.
”Terimakasih Irwanku sayang untuk kenikmatan dan juga karena yelah memberiku
anak.”
Lalu kami tertidur dengan puas. Sorenya kami bangun, mandi bareng dan kembali
melakukannya di kamar mandi. Setelah itu kami berpakaian dan bersama menunggu
mamaku pulang. Karena tante mau konsultasi kehamilan sama mamaku dan Om-ku juga
sedang dinas luar, tante menginap di rumahku, tentu saja malamnya kami
ber3Some.
Akhirnya memang tanteku menepati janjinya, aku tukar tambah Ninja RR ku dengan
Ducati modif. Kehamilan tante berkembang dengan baik dan sehat. Dari hasil
Scan, diketahui bahwa bayinya berkelamin laki – laki. Mamaku senang, namun
bingung juga mau menganggap anak tante Ani itu sebagai keponakan atau cucu.
Tapi kami bertiga sepakat, akan menyimpan rahasia bahwa sebenarnya aku yang
menghamili tanteku, untuk selamanya dari siapapun. Juga tante meminta aku
bersumpah walau nanti tante sudah tidak ada, jangan pernah aku sekalipun
mengatakan pada anak tersebut bahwa aku adalah bapaknya.
Tujuh bulan kemudian.......
Usia kandungan tante Ani kini memasuki bulan ke 8. Om Heri tidak curiga,
seperti kata tante, tidak mungkin curiga, timingnya cocok dan sempurna, tak ada
kejanggalan, juga Om Heri sangat bahagia, senyum teruuusssss. Aku jadi kagak
enak hati juga sih hehehe. Persiapan sudah dilakukan, kata dokternya
kelahirannya bisa dilakukan secara normal, tidak ada masalah. Mama dengan
senang menemani tanteku berbelanja keperluan untuk keponakannya atau kalau
boleh dikatakan tepatnya cucunya. Opa-omaku, juga Om dan tanteku yang lain
datang dan menginap di ruamahku dan tanteku untuk acara tujuh bulanan, kak Erni
juga datang ( Pulangnya belakangan, tentu saja ada acara rutin juga denganku
hehehe...). Mereka kembali lagi ke Bandung setelah acara selesai, dan opa-oma
berjanji akan datang lagi menginap saat usia kehamilan tante memasuki bulan ke
9, mereka akan menginap di rumah tante sampai dengan upacara 49 harian dan
potong rambut. Kamar bayi juga sudah dibuat....semuanya lancar terkendali. Mama
tidak melarang atau menganjurkan ( katanya saat hamil dulu juga dia masih rajin
berhubunganbadan sampai mau masuk 9 bulan ) aku dan tante Ani soal berhubungan
seks. Dilarang juga percuma kan kata mama, mana aku tahu saat aku di kantor,
begitulah kata mama. Namun mama hanya berpesan supaya hati – hati dan kalau
sudah selesai, jangan langsung main lagi, tunggu nanti lagi.
Memasuki usia kandungan ke delapan, Om Heri masih dinas luar, baru akan cuti
besar saat usia kandungan tante memasuki bulan ke 9. Jadi tante memilih tinggal
di rumah, lagian mama memang sayang sama adiknya yang satu ini dan nggak mau
adiknya sendiri hanya bersama pembantu di rumahnya, jadi mama menyuruh tante
Ani bersama mbok Nem pembantunya menginap di rumahku. Tentu saja sebagai
konsekwensi adanya Mbok Nem pembantu Tante Ani, saat aku dan mama sedang
berhubungan, maka hanya di dalam kamar dan dikunci ( memang sih, si mbok
biasanya mengetuk pintu dahulu, tapi lebih baik waspada kan ), nggak bisa
sembarangan di sofa, kolam renang, atau ruang lainnya. Untungnya Mbok Nem sudah
agak tua, jadi nggak terlalu rajin naik ke lantai dua, kamar mama dan kamarku.
Oh ya..untuk Tante Ani, karena sudah hamil tua, dan takut kenapa – napa kalau
naik turun tangga, maka dia ditempatkan di kamar tamu di lantai satu. Aku
sendiri dengan kesadaran dan keinsyafan sendiri memilih tidak menggauli tanteku
sejak kehamilannya memasuki usia 6 bulan lebih. Terlebih saat itu ada opa dan
oma yang datang berkunjung. Aku senang dengan adanya tante di rumah, paling
nggak makan siangku terjamin. Selama ini untuk makan siang mama memberiku uang
untuk beli di luar, atau pesan delivery, sedang makan malam biasanya mama sudah
pulang kerja dan mama yang masak. Tapi selama ada tante semua tersedia.
Siang itu aku baru saja tiba di rumah, nggak pakai ganti baju, langsung menuju
meja makan, makan siang dulu lapar. Mbok Nem, pembantu tante menyediakan minum
buatku, sambil menanyakan apakah aku mau digorengkan lauk tambahan. Nggak lama
kulihat tante keluar dari kamarnya, memakai baju hamil seperti daster sepanjang
pangkal lutut, perutnya sudah endut, kadang aku suka menggodanya. Tante ikut
duduk, menemaniku sambil ngobrol ngalor ngidul. Aku meladeni sambil sibuk
melahap makan siangku. Tidak lama aku selesai makan, mbok Nem segera datang
dari dapur untuk mengangkat piring kotor. Waktu aku baru berdiri, tanteku tiba
– tiba berkata...
”Wan, nanti kalau kamu sudah ganti pakaian sama istirahat, ke kamar tante ya,
tolong pijitin kaki tante, betis tante rasanya pegal banget nih...”
”Neng Ani, sini sama si Mbok saja.” kata mbok Nem yang ikut mendengar.
”Makasih deh mbok, bukannya nggak mau, tapi biar si Irwan saja, ten****ya kan
lebih kuat, juga biar saya bisa ngobrol. Maaf ya mbok, tapi biar si mbok
istirahat saja, kan dari pagi sudah capek.”
”Iya deh neng, Nanti kalau ada perlu apa – apa, si Neng teriak saja ya, si Mbok
ada di kamar belakang.” Sebenarnya kamar belakang itu adalah kamar yang tidak
terlalu besar yang memang khusus untuk kamar pembantu.
”Iya mbok.”
Akupun naik ke lantai atas, ganti baju dan bersih – bersih diri sebentar di kamar
mandi. Sebenarnya mau rebahan sebentar, tapi takut kebablasan sampai sore, ya
sudah aku ke bawah saja, kasihan tante Ani yang betisnya pegal, ( Memang yang
kudengar orang hamil itu kakinya suka agak membengkak dan pegal ) juga kayaknya
dia mau ngobrol dengan aku. Aku segera menuju kamarnya. Kubuka pintunya pelan –
pelan, lalu kututup. Tante sedang membaca majalah, tersenyum saat melihatku,
masuk ia meletakkan majalahnya ke meja di samping ranjang. Badannya posisi
duduk diganjal bantal yang disusun di kepala ranjang, kakinya melonjor
”Sini Wan, duduk di pinggir, duh pegel sekali kaki tante...pijitin yang enak
ya,Wan”
Aku nyengir saja melihat tanteku dan mulai memijit betisnya bergantian,
betisnya memang agak gemuk sekarang, posisi kaki tante agak meregang, karena
baju hamilnya hanya sebatas pangkal lutut, oomatis CD nya terlihat, memang
disesuaikan dengan ukuran badannya yang hamil, namun entah kenapa gundukan CD
yang terlihat tebal itu sangat enak dilihat, sedikit ngaceng kontolku, tapi aku
tetap konsentrasi memijat betisnya. Cukup lama aku memijit betisnya, lalu tante
minta agar pahanya juga dipijit, baru saja aku mau memindahkan tanganku ke
pahanya, tanteku tiba – tiba berkata...
”Wan, nanti dulu, biar tante buka celana dalam tante, soalnya rasanya ketat
banget di sekitar pinggul tante, nggak nyaman...tolong bantu tante”
Aku nggak berpikir macam – macam, pikirku wajar sajalah, mungkin memang benar
kata tante, dengan kondisi hamil, tentu nggak enak rasanya kalau CD nya
mengepres daerah perut dan pinggulnya. Maka aku bantu memelorotkan CD-nya. Lalu
tante agak menaikkan baju hamilnya, ditariknya sampai ke paha atas, kedua
kakinya kini agak ke atas dengan posisi lutut agak menekuk.Aku pun mulai
memijat pahanya, kali ini agak resah, karena memek tante terlihat jelas,
belahan memeknya agak berbeda, agak terbuka lebar.Glek, tanpa sadar, aku
meneguk ludah. Tanteku hanya menikmati pijatanku sambil memejamkan mata.
Sementara kontolku mulai mengeras. Tapi aku tetap memijat, biarlah kontolku
ngaceng, kan aku sudah berniat tak mau menyetubuhi tanteku dulu, toh nanti bisa
melampiaskannya bersama mama. Suara tanteku memecah keheningan..
”Wan, kamu mau ngerasain minum ASI lagi nggak..??? Kalau mau.cobain punya tante
nih???”
”Memang ada tante....???” tanyaku bego.
”Ya sudahlah....biar kamu tahu rasanya, mau nggak...???”
Terus terang saja aku jadi penasaran. ”Mau dong, tan,” jawabku.
”Ya sudah, tante bangun dulu, buka baju ini. Tapi sebelum kamu nenen, kamu
harus cium perut tante, kamu kasih salam sayang dulu sama anak kamu ya.”
”I...iya...tante.”
Aku lalu membantu tante berdiri, tante lalu menanggalkan baju hamilnya, aku
diam saja duduk di pinggir ranjang, kulihat perutnya yang besar, tetek tante
kini kulihat bertambah besar dari yang terakhir kulihat, putingnya juga lebih
besar dan benar – benar dalam posisi tegang menonjol. Kini puting dan daerah
lingkaran sekitarnya warnanya sudah berubah, agak lebih coklat gelap. Walau
tante sedang hamil, tapi tetap saja saat ia telanjang ada keseksian tersendiri,
makin keras saja kontolku. Tante lalu naik ke atas ranjang, berbaring.
”Kunci dulu pintunya, Wan, takut si Mbok masuk, nanti disangka apa – apa lagi.”
Segera kukunci pintu, lalu aku pun segera memposisikan diriku le sampingnya,
kucium perutnya sambil sesekali menempelkan telingaku di sana, samar ada suara
detak, dan kurasakan ada seperti tendangan lemah. Campur aduk rasanya diriku,
ada rasa haru dan senang. Jadi beginilah indahnya merasakan saat bayi dalam
kandungan mengadakan kontak dengan kita. Sangat indah. Lama aku melakukan hal
tersebut, tante hanya tersenyum dan membelai kepalaku.
”Sudah dulu Wan. Dedeknya sudah puas disalami sama kamu.”
Lalu aku berbaring di samping tante, posisiku sedikit lebih rendah, sedadanya
tante agak memiringkan tubuhnya, mengasungkan teteknya ke wajahku, karena
kebiasaan, mula – mula tanganku malah meremas – remas teteknya, agak keras
rasanya kini, tapi tante nggak melarang, jariku memilin putingnya, memang
kulihat putingnya mengeluarkan sedikit cairan agak putih, dengan agak ragu kudekatkan
mulutnya ke arah putingnya dan mulai mengemutnya. Puting tante Ani memang jadi
lebih enak untuk dikulum saat ini, besarnya pas, mulutku mengulum dan
menghisapnya pelan, kurasakan ada cairan keluar, terasa agak asin sedikit dan
gurih di lidahku, jadi ini rasanya ASI pikirku. Aku pun terus menghisapnya,
nenen seperti saat bayi. Tanteku mendesah perlahan.
”Wan, kok kamu nggak pernah gituin tante lagi sih belakangan ini...???,” tanya
tante tiba – tiba.
”Hmmmp...Haaafisss...Hakku..hnngaakkk...heghaaa..h iii.” jawabku masih sambil
nenen.
”Dilepas dulu dong sayang...”
”Iya...habis aku nggak tega sih...”
”Kenapa...???”
”Nggak ah...aku takut tante kenapa – napa.”
”Justru kalau kamu nggak gituin, malah tante yang kenapa – napa...”
”Ah tante, sudah ah...pokoknya Irwan nggak mau...nanti kan masih bisa.”
”.....”
Tante rupanya agak kecewa, tapi aku tetap pada keputusanku.
”Ya sudah kalau begitu, tapi nanti kalau kamu sudah selesai nenennya, tante
boleh kan kalau hanya hisapin kontol kamu, sudah lama jadi kangen...”
”Hmmm...boleh tapi janji ya, nggak boleh macam – macam lainnya.”
Aku segera meneruskan menikmati minum susu, bergantian dari kedua tetek tante,
kini mulutku mulai terbiasa dengan rasanya, memang awalnya janggal, tapi lama –
lama memang enak kok. Kalau nggak percaya kapan – kapan kamu bisa coba, tentu
dengan pasangan kamu sendiri, hehehe. Akhirnya aku puas, lalu segera melepas
celanaku, kontolku memang sudah keras sedari tadi. Tadinya aku mau berdiri
saja, biar tante gampang, namun tante menyuruhku berbaring dan tante mendekati kontolku
dengan posisi tubuh miring, nggak membahayakan perutnya pikirku, jadi bolehlah.
Lidah tante mulai memainkan lobang pipisku, dijilati perlahan, lalu mulai
menjilati kepala kontolku, perlahan lalu cepat lalu kembali perlahan, tangan
memainkan biji dan batang kontolku. Puas dengan kepala kontolku, mulutnya mulai
beraksi, dimasukkan kontolku perlahan, lalu dikulumnya, dihisap dan diemut –
emut dengan lembut namun mencengkram kuat. Enaknya.....bijiku pun disedot –
sedot dengan nikmat sekali. Aku mendesah menahan serangan nikmat ini, dan entah
gimana ceritanya posisi tubuh tante kini sudah berubah tanpa kusadari, memeknya
kini berada di samping mukaku, secara naluri lelaki, kumiringkan sdikit
tubuhku, tanganku mulai mengelus – ngelus memainkan rambut kemaluannya, lalu
melihat belahan memeknya yang kini agak melebar, tanpa sadar jariku mengusap –
ngusapnya, makin lama karena enaknya rasa nikmat pada kontolku yang sedang
dimanja sama mulut tanteku, aku mulai mendekati mulutku ke memek tanteku,
mulutku gantian mulai menciumi memeknya, tante agak melebarkan kakinya, memberi
kemudahan. Mula – mula kucium dengan lembut seluruh permukaan dan belahan memeknya,
akhirnya lidahku mulai menjilati lubang memeknya, memang kurasakan agak lain,
agak sedikit lembab dari biasanya. Kusodok – sodok dengan ujung lidahku, lalu
itilnya segera kugarap, lidahku memutar – mutar, menjilatnya dengan gemas.
Tanteku mengerang...makin menambah nafsuku, sementara kontolku dengan pasrah
menerima hisapan dan emutan mulut tante Ani. Lidahnya seakan tiada lelah terus
menjelajahi seluruh kontol dan bijiku, membelai urat – urat sensitifnya. Itil
tantepun sama pasrahnya menerima tarian lidahku, kini desahannya makin kuat,
seiring pinggulnya yang kadang menggeliat mengimbangi rasa nikmat yang diterima
pada itilnya. Lama – lama makin cepat...dan akhirnya tubuh itu mengejang
menerima orgasme.
”Wan, tante mau dimasukkin dong...”
”Tuh kan tadi janjinya nggak mau lebih...aku nggak mau ah”
”Wan, masukkin. Tante tidak akan minta kalau memang bahaya. Nggak apa – apa,
tante jamin, juga kamu harus kasihan sama tante, kamu nggak tahu apa saat hamil
kayak gini gairah tante justru makin meningkat.”
”Ba...baiklah tante, tapi tante di ranjang, aku berdiri di pinggirnya, sebab
terus terang aku takut nanti bablas nindih perut tante...”
”Ah kamu sayang banget sama tante, terlalu khawatir...sebenarnya sih posisi
biasa juga tidak apa, asal nggak berlebih, tapi terserah kamu deh, asal memek
tante kamu masukkin.”
Sebenarnya memang aku sendiri sudah kagak tahan lagi, mau masukin memek tante,
tapi ragu, karena tante sendiri meyakinkan semuanya akan baik – baik saja,
akhirnya aku bersedia, selain itu buat menambah pengalaman. Segera aku berdiri
di pinggir ranjang, tante berbaring, dan memposisikan memeknya di pinggir
ranjang, kakinya menjuntai ke bawah. Segera aku arahkan kontolku ke lobang memeknya,
masuk dengan mudah, kurasakan dahulu sensasinya, lobang memeknya terasa agak
longgar, namun lembab dan basahnya terasa lebih, sehingga terasa nyaman di kontolku,
Aku mulai menggerakkan kontolku, rasanya gimana gitu, beda banget, gerakan kontolku
benar – benar terasa lancar dan licin, berbeda sekali dengan sebelumnya.
Ternyata memang berhubungan seks dengan pasangan yang sudah hamil tua,
mempunyai sensasi enak yang sukar dilukiskan. Aku gerakkan kontolku maju mundur
secara lembut, tidak merasa perlu tergesa – gesa, tante Ani juga tidak protest,
malah menikmati. Sesekali agak kubungkukkan badandanku, menciumi perut dan
teteknya. Plook....plook....Creeppp....bunyi pompaan kontolku dalam lobang memeknya
terdengar jelas, makin menambah erotis suasana.Lama sudah posisi ini kulakukan,
segera kucabut kontolku, lalu naik ke ranjang, memberitahu tante untuk ke
sampingku, yap...posisi favouriteku, gaya samping.
Segera kuangkat lembut satu kakinya, dan dari arah samping, kumasukkan kontolku
ke lobang memeknya, segera kupompa dengan lembut dan perlahan saja. Mulutku
mulai menciumi bulu keteknya, lalu bibirnya, akhirnya mulutku berdiam dengan
nyaman di putingnya, nenen susu. Tanteku nampaknya kurang puas dengan sodokanku
yang perlahan, dan meminta agak dipercepat sambil mengatakan bahwa tidak akan
kenapa – napa. Maka aku percepat sedikit sodokanku, mulutku masih dengan
rakusnya menghisap pentilnya yang besar, menikmati susu. Tak berapa lama, tante
mulai mendesah dan mengerang, badan dan pinggulnya sesekali menggeliat,
akhirnya diiringi erangan nikmat, tante mengalami orgasme. Aku masih saja terus
memompakan kontolku agak cepat, tante mengimbangi dengan sesekali menggoyangkan
pinggulnya. Akhirnya kurasakan denyut yang sudah familiar di daerah kontolku,
dan spermaku muncrat tak tertahan membasahi lobang memeknya. Aku lalu terkulai
lemas, sambil tetap mengemut putingnya.
”Wan, makasih ya, tante memang mau banget, justru saat seperti ini gairah tante
meningkat.”
”Iya, Irwan juga senang, rasanya memang memek tante ada rasa special
tersendiri.”
”Jadi nanti lagi ya...”
”Iya, tapi pelan – pelan saja ya, tan, dan cukup sekali main satu ronde.”
Lalu kami berciuman dengan mesra, aku segera berpakaian dan keluar, takut Mbok
Nem curiga, kulihat di luar kamar sepi, rupanya Mbok Nem juga seang istirahat.
Akhirnya tante Ani melahirkan seorang bayi lelaki yang sehat dan lucu. Wajahnya
untung tidak terlalu mirip denganku, hanya bentuk mata dan mulutnya sedikit
sama, sedang secara keseluruhan wajahnya mirip tanteku. Tante dan Om-ku senang
sekali, keinginan punya anak akhirnya tercapai. Opa dan Oma datang menginap di
rumah tante, membantu mengurus bayi, sampai 40 harian nanti. Om dan tanteku
yang lain juga datang menengok. Aku dan mama sering juga datang ke sana. Mama
senang dan sayang sekali sama bayi itu ( Ya, biar bagaimanapun, itukan
cucunya...). Lucunya kalau bayi tersebut kugendong tak pernah mennagis, anteng
banget.
Sedang untuk hubunganku dengan tante Ani, masih tetap berhubungan. Saat Om Heri
bertugas keluar lagi 4 bulan kemudian, tante dan dedek bayi kembali menginap di
rumahku, mama senang, punya kesibukan baru merawat bayi, sedang aku senang
karena bisa nenen susu lagi.
Satu tahun lebih dikit kemudian tante Ani hamil lagi, yang ini kami sama – sama
yakin memang bukan karena andilku, karena dua bulan kebelakang sebelum tante
hamil, aku sama sekali tidak berhubungan seks dengan tante, karena sibuk baru kuliah.
Jadi kali ini memang benar – benar hasilnya Om Heri. Syukurlah, mungkin
kehamilan pertama akhirnya berhasil memancing kehamilan berikutnya. Hubungan
dengan tante Ani terus berjalan dalam waktu lama hingga kini
Tamat