Tanteku Enak Sekali
Tanteku namanya Yuni, dia
ini seorang “Single parent” dengan tiga orang anak; dua perempuan dan satu
laki-laki. Suaminya sudah meninggal karena kecelakaan mobil. Suaminya ini
memang seorang pembalap lokal yang tidak terkenal namanya. Dengan tiga orang
anak dan umurnya yang sudah 37 tahun, tanteku ini masih saja kelihatan seksi.
Tubuhnya terawat, karena dengan kondisi keuangannya yang mapan, tanteku secara
teratur senam. Hasilnya, walaupun dengan tiga orang anak,
tubuhnya tetap terawat dengan baik. Pantatnya
besar dengan pinggul yang juga besar tapi pahanya selain putih dan mulus juga
singset tanpa ada tumpukan lemak sedikitpun. Payudaranya lumayan besar, entah
kira-kira berapa ukurannya akupun tidak tahu tapi yang jelas masih sekal tidak
kendor layaknya seorang Ibu yang sudah melahirkan tiga orang anak.
Kejadiannya berawal pada saat yang tidak
diduga sama sekali. Saat itu di rumah sedang tidak ada orang hanya ada tanteku
yang sedang asyik memasak untuk hidangan makan siang, kebetulan hari itu jadwal
mengajar tanteku hanya satu mata kuliah saja. Sepulang sekolah, aku menemukan
tanteku didapur sedang asyik memasak. Dengan langkah gontai karena kecapekan,
aku langsung menghampiri meja makan.
“Tante Yun, belum siap yah makanannya?”
tanyaku kelaparan.
“Belum Wan, sabar yah. Ini lo si Suti
(pembantu tanteku) pulang tadi pagi, jadinya ya gini nih repot sendiri” keluh
tanteku
Di dahinya terlihat cucuran keringat, belum
lagi tangannya yang belepotan dengan berbagai macam bumbu yang sedang
diraciknya. Kelihatan sekali kalau tanteku tidak pernah kerja “Sekeras” ini.
Walaupun begitu, entah kenapa terlihat sekali wajah tanteku semakin cantik.
Saat itu dia hanya menggunakan daster pendek yang sebenarnya tidak ketat tapi
karena bentuk pantat dan pinggulnya yang besar, daster itu jadi kelihatan agak
ketat dan memetakan garis dari celana dalamnya kalau dia sedang membungkukkan
badannya.
“Ah, seksi sekali” pikirku
kotor.
“Wawan bantuin ya Tante?” tawarku.
“Boleh Wan, sini!” ternyata tanteku tidak
keberatan.
Tidak ada angin tidak ada hujan, belum sampai
aku mendekat, entah karena apa tiba-tiba kran air di cucian piring copot dari
pangkalnya. Otomatis air yang langsung dari tandon air yang penuh menyembur
dengan derasnya mengenai tanteku yang kebetulan ada didepannya.
“Aduh Wan, tolong.., gimana ini?” tanteku
dengan paniknya berusaha menutupi saluran air yang menyembur dengan tangannya.
Karena tubuh tanteku tidak terlalu tinggi,
untuk mencapai saluran itu dia harus sedikit membungkuk. Terlihat sekali
dasternya yang sudah basah kuyup itu sekali lagi memetakan pantatnya yang
besar. Garis celana dalamnya kini terlihat lebih jelas.
Dengan tergesa-gesa, tanpa pikir-pikir lagi
aku segera mendekat dan membantunya menutup saluran air itu dengan tanganku
juga. Tanpa aku sadari ternyata posisi tubuhku saat itu seperti memeluk tubuhnya
dari belakang. Bisa di bayangkan, tanpa sengaja juga kontolku mengenai belahan
pantatnya yang sekal. Keadaan ini bertahan beberapa lama. Hingga menimbulkan
sesuatu yang kotor dipikiranku.
“Aduh Wan gimana ini?” tanya tanteku tanpa
bisa bergerak.
“Duh gimana ya Tante, aku juga bingung.”
kataku mengulur waktu.
Saat itu, karena gesekan-gesekan yang
berlebihan di kontolku, aku jadi tidak bisa menahan gairah untuk merasakan
tubuhnya. Pelan-pelan aku melepas satu tanganku dari saluran air itu, pura-pura
meraba-raba disekitar cucian piring, mencari sesuatu untuk menutup saluran air
itu sementara. Tanpa sepengetahuannya aku justru melepas celanaku berikut juga
celana dalamku. Memang agak susah tapi akhirnya aku berhasil dan dengan tetap
pada posisi semula kini bagian bawahku sudah tidak tertutup apa-apa lagi.
“Wah, nggak ada yang bisa buat nutup Tante.
Sebentar Wawan carikan dulu yah”
Kini niatku sudah tidak bisa ditahan lagi,
pelan-pelan aku melepas peganganku di saluran air.
“Pegang dulu Tante” kataku sedikit terengah
menahan gairah.
“Yah, gih sana cepetan, Tante sudah pegal nih”
sungut tanteku.
Kemudian tanpa pikir panjang, secepat kilat
aku menyingkap dasternya, kemudian secepat kilat juga berusaha untuk melorotkan
celana dalamnya yang entah warnanya apa, karena sudah basah kuyup oleh air,
warna aslinya jadi tersamar.
“Ehh.. apa-apan ini Wan, jangan gitu dong!?”
tanpa sadar tanteku melepas pegangannya disaluran air untuk menahan tanganku
yang masih berusaha melepaskan celana dalamnya. Air menyembur lagi.
“Auhh.. ohh” suara tanteku jadi tidak jelas
karena mulutnya kemasukan air. Tanpa sadar juga tanteku berusaha untuk menutup
saluran air dengan tangannya lagi, otomatis tanganku sudah tidak ada yang
menahan lagi.
“Kesempatan” pikirku, dengan satu sentakan celana
dalam tanteku melorot sampai diujung kakinya.
“Auwch.. duh Wan jangan, aku ini tantemu,
jangann..” Mohon tanteku.
Kepalang tanggung, aku langsung jongkok. Aku
lalu menyibak pantatnya yang besar dan mencari liang senggamanya. Kudekatkan
kepalaku, kujulurkan lidahku untuk mencapai vaginanya.
“Auwchh.. Wan.. ahh..” jilatan pertamaku
ternyata membuatnya bergetar tanpa bisa beranjak dari tempat semula, kalau
bergerak air pasti akan menyembur lagi.
Lidahku semakin leluasa merasakan aroma dari
vaginanya, semakin kedalam membuat tanteku bergetar hebat. Entah kenapa sudah
tidak ada lagi bahasa tubuhnya yang menunjukkan penolakan, yang ada kepalanya
semakin menggeleng-geleng tidak keruan. Kecari klitorisnya, memang agak sulit,
setelah dapat kuhisap habis, dua jariku juga ikut menusuk liang vaginanya.
Tidak terkira jumlah lendir yang keluar, tak lama kemudian, terasa pantatnya
bergetar hebat.
“Ahh..hh Wann.. ahh aouhh..” dengan erangan
keras, rupanya tanteku sudah mencapai orgasme. Tubuhnya langsung lunglai tapi tanpa
melepas pengangannya dari saluran air.
“Aduh aku belum apa-apa” pikirku.
Langsung aku berdiri, kusiapkan senjataku yang
sudah mengacung dengan keras. Dengan dua tanganku aku coba menyibakkan kedua
belahan pantatnya sambil kudekatkan kontolku kevaginanya. Kudorongkan sedikit
demi sedikit. Begitu sudah betul-betul tepat dimulut liang kenikmatannya, tanpa
ba-bi-bu langsung kulesakkan dengan kasar.
“Ahh sakit Wan.. pelan.. auh” kepala tanteku
langsung melonjak keatas, tanpa sengaja pegangannya di saluran air terlepas.
Air menyembur dengan deras. Kepalang basah, begitu mungkin pikir tanteku karena
selanjutnya dia hanya berpegangan dipinggiran cucian piring. Sudah tidak ada
penolakan pikirku.
Kudiamkan sebentar kontolku yang sudah masuk
hingga pangkalnya didalam vagina tanteku, ku nikmati benar-benar bagaimana
ternyata vagina yang sudah mengeluarkan tiga orang manusia ini masih saja
nikmat menggigit. Sensasi yang sangat luar biasa sekali. Pelan-pelan kutarik,
kemudian kudorong lagi.
“Oohh.. Wan enak, terus sayang..yang cepat
aouhh.. ahh.. terus sayang” pantatnya bergoyang melawan arah dari kocokanku.
“Nah gitu Wan, ouhh.. ya gitu teruuss..” Pinta
tanteku.
Aku terus mengocokkan kontolku dengan cepat.
Sebentar kemudian tubuhnya mulai bergetar hebat.
“Yang cepat Wan, Tante sudah mau keluar lagi..
ouhh.. terus” kepalanya semakin menggeleng-geleng tidak karuan.
“Cepatt.. cepatt truss.. ouchh.. Tante
kelluaarr.. aghh” Orgasmenya telah sampai dibarengi dengan kepalanya yang
melonjak naik, tangannya mencengkeram pinggiran cucian piring dengan erat.
“Cabut dulu Wan.. Tante linuu..” pinta
tanteku, karena merasakan aku yang masih mengocoknya dari belakang.
“Akan wawan cabut, tapi janji nanti diteruskan
ya Tante?” kataku.
“Iya, tapi sekarang dari depan aja yah” janji
tanteku.
Tubuhnya kemudian berbalik. Wajahnya sudah
awut-awutan dan basah kuyup. Kemudian dia duduk diatas cucian piring sambil
menghadapku. Aku mendekat, langsung kucari bibirnya dan kemudian kami
berpagutan lama. Sambil kami berciuman, satu tangannya membimbing kontolku
kearah liang vaginanya. Tanpa disuruh dua kali kudorongkan pantatku dibarengi
dengan masuknya juga kontolku.
“Ahh.. oohh..” erang tanteku, ciuman kami
terlepas.
“Kocokkan yang cepatt wann..” pinta tanteku
sambil pahanya semakin dilebarkan.
“Begini Tante..” Kataku sambil mengocokkan
kontolku dengan cepat.
“Gila kamu Wann.. kuaatt sekalii kamuu..”
sambil satu tangannya menarik satu tanganku, kemudian ditaruhnya di bagian atas
vaginanya. Aku tahu mau maksudnya.
“Yahh yang ituu.. teruss Wann.. ohh enakk..
Wan teeruss..” rintih tanteku ketika sambil kontolku mengocok vaginanya
tanganku juga memelintir klitorisnya.
“Ohh Wan, Tante hampir sampai..” tubuhnya
mulai bergetar agak keras.
“Aku juga hampir sampai Tante.. ohh punya
Tante eenakk..” aku mulai tidak bisa mengendalikan lagi, orgasmeku tinggal
sebentar lagi.
“Dikeluarin dimana Tante?” tanyaku minta ijin.
“Udah nggak usah mikirin itu, ayoo teruss..
didalemm jugaa nggakk Papa”
“Ayoo..Tante udah diujung nihh wann..”
“Ouhh.. enakk.. cepatt Wann.. yangg cepatt”
rintih tanteku.
“Goyang Tante, kita barengan ajaa.. oghh”
orgasmeku sudah diujung.
Semakin kupercepat kocokanku, tanteku juga
mengimbangi dengan menggoyang pantatnya. Sambil berpegangan pada belakang
pantatnya, kukeluarkan air maniku.
“Aku keluarr tantee.. aughh..” sambil
kubenamkan dalam-dalam.
“Tante juga Wann.. oughh akhh.. gilaa..
uenakknya..” erangnya sambil jemarinya mencengkeram bahuku.
Akhirnya kami berdua terkulai lemas. Kudiamkan
dulu kontolku yang masih ada didalam vaginanya. Kulirik ada sedikit lelehan air
mani yang keluar dari vaginanya. Seperti tersadar dari dosa, tanteku mendorong
badanku.
“Kamu nakal Wan, berani sekali kamu berbuat
ini” sungut tanteku.
“Tapi Tante juga menikmatinya kan?” belaku.
Tanpa berkata apa-apa, dia kemudian turun,
meraih celana dalamnya kemudian berlalu kekamar mandi. Aku berusaha mengejarnya
tapi dia sudah lebih dulu masuk kamar mandi kemudian menguncinya.
“Tante air di tandon tadi sudah habis loh”
candaku dari luar kamar mandi tapi tidak ada balasan dari dalam.
Tamat