watch sexy videos at nza-vids!

 


Bercinta dengan Janda 36D

Setelah bercinta dengan Ella janda beranak 1, aku semakin bernafsu dengan wanita setengah baya lain. Dasar hoki, aku dapat yang berjilbab lagi. Itu karena aku sedang mengajari anaknya berusia 9 tahun bahasa Inggris. Nama wanita janda ini adalah Liana. Ia berusia 41 tahun dan sudah hidup sendiri selama 4 tahun. Cukup lama dan pasti kesepian. Bermula dari tumpahnya es krim si kecil di bagian selangkangan celana jins ketatku. Kejadian yang membuat Liana tak enak hati dan bergegas membersihkan bagian kena noda dengan tisue.
“Maaf ya Mas,”katanya lembut.
“Gak apa-apa,”sahutku dengan senyum.
Sentuhan lembut tisu mengundang birahiku. Betapa tidak, Liana juga membersihkan bagian tepat di atas batang penisku yang berposisi miring di balik jins.
Noda itu agak sulit hilang. Liana dengan sabar membersihkan. Tapi, sesuatu yang bikin ia kaget terjadi. Penisku mengeras dirangsang tanpa sengaja olehnya.
Liana menatapku dengan ekspresi kaget. Ia jadi salah tingkah.
“Ya sudah, nanti dicuci juga hilang,”kataku.
Liana senyum dan membersihkan sedikit noda lagi di bagian kepala penisku.
“Ohh…dingin Mbak,”kataku.
Liana tersenyum malu.Tapi masih tetap diam.
“Bagian bawahnya aja,”pintaku.
Tisu itu sudah sebagian hancur. Sesekali jari-jari Liana menyentuh batang penisku. Penisku semakin keras dan menimbulkan lekukan di selangkanganku, menonjol keras.
Sekali ini Liana mengangkat tangannya. Ia kaget melihat benda misterius yang baru saja disentuhnya itu.
“Kenapa Mbak Ana?”tanyaku.
Liana memerah wajahnya.

”Kaget, kirain apaan?”
Aku mulai terpancing birahi, menggodanya.

“Mbak kira apa?”
Ia menoleh ke arah lain dengan senyum malu.
Aku meraih tangannya.

“Bagian ini dikit lagi hilang nodanya. Bersihkan ya,”pintaku sambil mengarahkan ke bagian batang penisku.
Anehnya, Liana menurut. Tapi tisu di tangannya sudah hancur total.
“Pake air terus digosok aja pake tangan,”kataku.
Liana mencelupkan tangan di air baskon dan mulai mengusap bagian noda di batang penisku.
Liana beraksi. Pelan-pelan jemarinya mengurut jins terkena noda.
Ia masih ragu-ragu, tapi aku meyakinkannya bahwa aku tidak akan berpikir negatif tentang kegiatannya itu.
Penisku sampe di puncak kekerasannya. Bahkan tiba-tiba ia bergerak-gerak hingga membuat jinsku terangkat sedikit.
“Agak ditekan gosokannya Mbak,tuh nodanya mulai pudar kan?”kataku.
Liana menekan gosokan tangannya di batang penisku. Penisku melawan tekanan itu. Justru karena keras itu memudahkan Liana menggosok noda es krim.
“Mbak naik dikit ke bagian atas,”pintaku.
“Sini?”
“Naik lagi, bagian kepalanya.”
“Kepala?”Liana menatapku bingung.
“Maksudku kepala penny mas…oh maaf Mbak.”
Sekali ini jemari Liana bergetar halus. Tonjolan di bagian kepala lebih terasa olehnya. Maklum, kepala penisku jauh lebih besar dibanding batangnya.
Liana menatapku kaget.
“Kenapa bengong?”
Ia menggeleng pelan.Aku sedikit beringsut menggeser batang penisku yang miring dari posisi.
“Kenapa mas?”tanyanya.
“Biar nyaman. Gak boleh miring2, nanti gak bagus bentuknya.”
Liana senyum.
“Punya suami dulu suka miring gak?”
Sekali ini Liana mencubit pahaku.
Liana terus membesihkan sambil senyum-senyum simpul.
“Aku tahu apa yang ada di pikiran Mbak.”
“Apa?”tanyanya.
“Hmmm…mbak dari tadi kaget terus karena gak sangka ukurannya kan?”
Liana senyum lagi.
“KOk gak jawab? Ayo jujur…kalo mau jawabnya bisa geleng atau manggut.”
Beberapa saat aku menunggu. Kepalanya kemudian mengangguk.
“Nah benar dugaan mas. Pasti penasaran juga kan dengan bentuk dan ukurannya?”
Kutunggu lagi jawabannya. Ternyata ia manggut lagi.
“Itu wajar kok. Mbak kan dah dewasa.”
Sekali ini kucengkram jemari tangannya dengan lembut. Kutekan lebih keras ke kepala penisku.
“Keras gak terasa?”
Ia menatapku lembut.

“Iya, dari tadi juga dah terasa keras.”
“Mbak remas-remas pelan penis mas ya?”pintaku manja.
Ia menurut. Jemari tangannya meraba-raba penny terbungkus jins itu.
“Kamu urut dari bagian bawah sampe ke kepala.”
“Ihh…panjang kayaknya mas.”
Aku menarik tubuh yang terbalut jilbab biru muda itu mendekat.
“Kamu suka kan?”
“Tapi mas aku takut…”
Aku memeluknya erat. Kemudian melumat bibirnya. Tanganku meraba-raba dadanya yang terbungkus baju panjang itu.
Liana membalas lumatanku. Bibirnya memagut lebih keras lagi. Sementara tanganku sudah mencari kait penutup kepalanya.Aku menjilati lehernya yang tersingkap dengan lembut. Tanganku meremas-remas pyudaranya.
Jemari Liana makin keras mencengkeram penisku.
Kupinta ia melepas baju bagian atasnya. Sasaranku adalah bagian dadanya.
“Oh God! Mbak Liana payudaranya indah banget!”pujiku.
Di depan mataku tersaji sepasang payudara dibungkus bh berenda berwarna biru muda. Ukurannya luar biasa besar dan hampi mencelat keluar dari bh itu.
Kukecup bagian tubuh payudara itu lembut. Urat-urat halus terlihat di balik kulit putih mulus itu.
“ohhh massss….ghhhh..ugggghhh…”rintihan janda itu mulai mengalir. Aku terus bermain di kedua payudara itu. Sesekali tanganku meremas-remasnya dengan gemas.
“Mas lepas bh kamu ya?”
Aku menarik kait di belakang tubuh sintal itu.
Kemudian bh itu kuciumi. Betapa wangi dan ketika kulihat ukurannya bikin aku bergetar. 36D!
“Mbak besar banget ini.”
Liana senyum manis sekali.
Puting-putingnya coklat muda dan serasi dengan bentuk payudaranya. Aku mulai beraksi. Kedua tanganku meremas-remasnya. Kemudian bibirku mengulum puting-puting itu, bergantian.
Liana meronta ......bergairah. Sensitifitas puting itu terekspresi dari desahan nafasnya.
Tangannya mencari batang penisku.Direnggutnya dengan keras. Pelampiasan yang logis, karena aku tidak hanya mengulum puting itu tapi juga menjilati seluruh bagian payudaranya.
Aku dimanja olehnya. Ia terus membusungkan payudara itu agar mudah untuk kunikmati.
“Mbak suami mbak suka dengan buah dada mbak sebesar ini?”
Dia menggeleng.

“Gak, dia jarang mainin tetek mbak.”
“Mas suka yang kayak gini.”
Liana senyum dipuji.
Ia melirik batang penisku.
“Dilepas aja sayang.”kataku sambil berdiri.
Liana bergegas melepas ikat pinggang dan resletingku.
Masih dalam balutan cd coklat muda. Ia melepas tanpa basa-basi. Spontan, penis itu terlonjak keluar dari sarangnya.
Liana terperanjat, matanya melotot.
“Mas gede banget sihhh…”
Aku senyum dan mengusap rambutnya.Tangan mungil itu mengenggam batang penisku yang keras.
Ia mengusap-usai setiap inci dan mengocoknya kemudian.
“Ini hadiah buat Mbak, karena penis suami mbak pasti tidak sepanjang dan sebesar ini.”
“Makasih. Iya punya suami Mbak kecil kok.”
Kami kembali berciuman. Bibir kami saling melumat gemas. Tangan kiri Liana menggenggam penisku. Kurebahkan ia di sofa. Seperti mengeri ia memberikan payudara besar itu untuk kunikmati. Kujilati dengan lidahku kedua putingnya.
Liana menggelinjang geli. APalagi ketika aku menjilati bagian lehernya yang jenjang.

“Owhhhh…masssss…ssssttt…gellliii!!!”
“Ennaak mbakkk…”
Tiba-tiba Liana meronta. Dengan cepat ia meraih batang penisku dan menjilatinya. Kepala penis merah itu juga dijilati dan sesekali dikulumnya.
Ia begitu buas. Bahkan menelan setengah batang itu di dalam mulutnya.
Giliranku sekarang. Rok panjang itu kulepas dan tinggal cd biru muda berukuran besar tapi mini. Maklum pinggul Liana di atas rata-rata. Aku memujinya habis-habisan. Kujilati bagian samping dan belakang pinggul itu.
Lantas, cd itu kulepas dengan perlahan.
Vagina merah tanpa bulu terpampang di depanku.
Kududukan Liana di sofa. Kakinya kulebarkan. Lalu aku menjilati bagian vaginanya dengan gemas. Aroma khas kunikmati. Lidahku menerobos ke dalam liang itu. Liana menjerit kecil. Aksi menambah libidonya. Ia menjambak rambutku dengan kuat, melampiaskan rasa sensasi.
“Massss….kamuuuuu ufffhhhh….”
Aku tak peduli. Lima belas menit kumanja ia dengan lidahku.
“Mas…enak bangettt”
Aku menatap matanya yang sendu. Terakhir kali aku menjilati putung-putting itu.
Posisi nungging, penisku menghujam liang vagina Liana. Pelan-pelan kukocok di dalamnya. Membuat janda berjilbab ini merintih nikmat.
Kudorong keras-keras membuat Liana terguncang-guncang. Sepasang payudaranya bergerak liar. Pantat Liana yang bulat dan super besar itu menahan gempuranku yang makin buas. Wajah Liana menoleh ke arahku, dengan bibir setengah terbuka menahan sakit sekaligus nikmat dahsyat. Betapa seksinya wanita janda ini.
Payudaranya kuraih dan kuremas-remas gemas.
Setengah jam Liana memberi isyarat. Ia ingin mengulum penisku.
“Kamu hebat masss…!!!”
Ia menggit batang penisku dengan gemas. Lantas ia bangkit dan memasukkan penis itu ke dalam vaginanya. Ia menunggangiku dengan terampil. Penis tegak itu dihajarnya berulang-ulang. Payudara Liana bergelayutan, sementara matanya terpejam.
Aku bangkit dan membenamkan wajahnya di belahan dadanya. Lidahku menyapu ujung puting2nya. Kuhisap dan kugigit2 kecil. Ini membuat Liana makin beringas. Penis amblas ditelan vaginanya.
Setengah jam usai. Total 1 jam permainan hot telan kami reguk bersama.
“Mas…kamu hebat banget…belum keluar juga!”pujinya sambil mengikat rambutnya dan meneteki wajahku.
“Kamu suka kan?”
Liana mengangguk kecil. Ia berdiri di depan kaca lemari. Dalam posisi berdiri, aku memeluknya dari belakang. Kujilati lehernya dan kuremas2 payudaranya. Ia kuminta untuk jongkok dan oral penis. Sampai akhirnya sperma kental keluar dan membasahi wajahnya. Sebagian ditelannya atas permintaanku.
Selesai mandi bareng, kupasangin bh putih berenda di buah dada ranum itu.
Liana, janda jilbab itu merasakan kenikmatan dahsyat bersamaku. Aku pun sangat bangga dengan tubuh sintal itu. Payudara dan pantat besar itu dahsyat!!!

TAMAT