Bercumbu Dengan Isteri Pak Guru
Cerita ini berawal ketika aku memasuki bulan kedua kelas II di sebuah
SLTP N di daerah Jateng. Sebut saja aku Bujang, aku adik dua bersaudara
lahir dari keturunan Sumatera ? Jawa. Dari keisengan ku sering memakai
sepatu warna putih (di SLTP ku sepatu harus warna hitam), aku sempat
mau berkelahi dengan Guru BK ku gara-gara sepatu putihku hadiah ulang
tahunku harus dicat warna hitam.
Kakakku adalah seorang preman di
kotaku, jadi aku sedikit banyak menjadi anak yang cenderung nakal.
Suatu hari aku datangi guru BK ku kerumahnya, sampai dirumah ternyata
guruku sedang tidak di rumah, dan hanya istrinya yang berada di rumah.
Aku katakan maksudku, minta ganti rugi atas sepatu baruku. Dengan
berlinang air mata ternyata guruku sedang tertimpa musibah, orangtuanya
sakit dan harus dioperasi dengan biaya banyak. Dia mau melakukan apa
saja asal aku tidak minta ganti. Aku cium pipinya beberapa kali dan aku
tinggalkan dia.
Dua tahun kemudian aku lulus dan melanjutkan
sekolah ke SMA di Jateng. Tak disangka istri guruku yang dulu pernah
aku cium, ternyata mengajar di SMA itu. Pada saat pendaftaran aku
langsung dipanggil masuk ke kantor, aku tak tahu ada apa, aku hanya
menurut saja.
“Masuk.. tidak usah sungkan-sungkan” katanya seraya menyilahkan aku duduk.
“Makasih..” jawabku sekenanya.
“Nanti aku tunggu di rumah jam 3 sore, kamu boleh pergi” katanya singkat.
Aku
keluar ruangan dengan pikiran tak menentu, ada apa sebenarnya. Aku
jadi agak takut juga. Sampai dirumahnya, aku hampir jam empat. Aku ketuk
pintu dan dan saya tunggu sambil duduk di teras rumah.
“Masuk.. tidak dikunci” jawabnya dari dalam, ternyata dia sudah tahu yang datang aku.
“Kenapa terlambat, aku sudah hampir tak tahan nih!”, jawabnya sambil menyilakan aku duduk di kursi tamunya.
Aku
terkejut melihat apa yang aku hadapi, ternyata dia tidak memakai
pakaian bawahnya hanya memakai kaos tanpa lengan dan sudah mulai
memainkan “sesuatunya” dengan vibrator/atau apa namanya aku kurang tahu.
Sambil terus memasukkan dan mengeluarkan alat itu sambil terus
mendesah-desah. Aku jadi bingung harus berbuat apa, baru aku mau
berbalik keluar tanganku sudah dipegangnya.
“Berani keluar, aku akan berteriak” ancamnya pelan namun pasti.
“Mau ibu apa”, jawabku kaku, tak tahu harus bagaimana. Baru sekali ini aku menghadapi seorang perempuan setengah telanjang.
Belum
sempat aku berpikir banyak, ditariknya tanganku menuju kamarnya.
Seluruh pakaiannya dia buka, dan dalam keadaan telanjang bulat aku
disuruhnya mempermainkan “barangnya”. Dengan agak takut-takut aku pegang
miliknya, aku mainkan dengan jariku. “Sss.. ss.. hh” hanya itu yang
keluar dari mulutnya. Tak puas dengan tangaku, dia minta aku
menjilatinya, aku tolak tapi dia mengancam akan berteriak. Terpaksa
dengan agak sedikit perlahan aku dekatkan mukaku, terlihat “sesuatu yang
aneh” di usiaku yang ke 17 tahun lebih (aku beberapa kali tidak naik
kelas) aku baru sekali ini aku melihat “mm” dari dekat (karena aku
termasuk orang yang acuh terhadap perempuan, aku lebih banyak
mengkonsumsi obat-obatan daripada perempuan), bau tidak wajar antara
enak dan tidak enak langsung tercium, aku sampai mau muntah. Belum
sempat mulutku sampai di “barangnya” didorongnya kepalaku dengan dua
tangannya, tak bisa mengelak mulutku langsung beradu dengan memeknya.
“Sss.. Sss.. hh.” Lagi-lagi yang terdengar hanya desahnya.
“Ayo jilatin, kalau tidak awas kamu”, ancamnya lagi.
Aku
hanya bisa menurutinya. Tidak puas dengan itu, dengan disertai ancaman
aku disuruhnya tidur terlentang, dia bangkit, dan tahu-tahu duduk
dimukaku. Dia gesek-gesekkan memeknya dimukaku dan dimulutku. Sampai
beberapa lama sampai aku sulit untuk bernafas, tak sampai lima menit
dia sudah mengerang tanda selesai, wajahku jadi basah semua, dan dengan
bau yang tidak enak. Dia bangun aku langsung bangun, duduk dipinggir
tempat tidur dan langsung muntah-muntah. Keluar semua isi diperutku,
termasuk minuman yang aku minum tadi.
“Maaf, aku kurang kontrol tadi” katanya sambil memijit-mijit belakang leherku.
“Sudahlah..
aku mau ke kamar mandi dulu cuci muka”, kataku pelan sambil
meninggalkannya duduk sendiri di tempat tidur. Baru sekali ini aku
muntah-muntah merasakan sesuatu yang tidak enak dan asing.
Keluar
dari kamar mandi, aku sudah disambutnya dengan tawanya. Manis juga
pikirku, tapi ini calon guruku. Belum sempat aku berpikir jauh dia
sudah memegang celanaku.
“Sudah siap..” katanya.
“Siap apa..”, kataku pelan.
“Masak tidak pernah, atau mungkin pernah menonton” katanya lagi, sambil membuka semua pakaianku.
Aku jadi malu, dan mau lari saja rasanya. Tapi dia terus main ancam.
Tak
berapa lama aku sudah dalam keadaan telanjang bulat, dan dengan sigap
dia sudah memegang senjataku dan siap dimasukkan dimulutnya. Dia jilat,
dikulum sampai aku hanya bisa mendesah. Pelan-pelan senjataku bangkit.
Baru aku tahu rasanya enak, pantas dia juga tadi minta digitukan.
“Sss
ahh ss ahh” hanya itu yang bisa keluar dari mulutku, sambil tanganku
memegang kepalanya, agar tidak dilepaskan isapannya. Kurang dari tiga
menit terasa ada yang mau keluar dari mulutku, ss..ahh, dan cret..
cret.., beberapa kali airku keluar di mulutnya.
“Baru kali ini ya,
kok sebentar sudah keluar, belum digoyang”, candanya tanpa malu-malu.
“Biasa untuk pertama kali, tapi nanti akan kuat juga lama kelamaan”,
terangnya sambil memelukku.
“Yya..” aku hanya bisa mengangguk pelan.
Dituntunnya
aku ke kamar mandi, dibersihkannya senjataku, perlahan-lahan dengan
teliti. Terus kami ngobrol di kamarnya masih dalam keadaan telanjang
bulat, tapi tubuh kami dibalut selimut. Tak terasa kami ketiduran, dan
bangun sudah malam sekitar jam setengah sembilan. Belum sempat aku
bangkit duduk, dia sudah mendekapku. Diciumnya bibirku, dimasukkannya
lidahnya di mulutku, aku hanya bisa membalas walaupun agak sedikit
canggung. Lama kami saling berciuman.
“Ayo hisap lagi ya..” katanya manja setelah menjauhkan bibirnya dari bibirku.
Aku
langsung menjilati memeknya, ada rasa aneh dan enak yang tak bisa
dilukiskan. Ternyata setelah aku terangsang, pikiran kotor, bau, jijik,
dan lainnya tidak terasa. Aku hanya senang saja melakukannya. Ess.. ahh
aahh, hanya itu yang terdengar.
“Gantian..”, kataku pelan setelah agak lama aku mencumbu memeknya.
Tanpa
diminta lagi dia sudah memegang senjataku dan mengulumnya dengan buas.
Saya pegang kepalanya, aku dorong senjataku sedalam-dalamnya masuk
dimulutnya. Dia terbatuk-batuk sambil berbisik “kamu mau membalas saya
ya..”. Aku hanya tersenyum.
“Ayo masukkan sayang ..” katanya manja.
“Sss ahh, sudah tidak kuat nih” pintanya lagi setelah aku gantian lagi mencumbu memeknya
Aku
masukkan senjataku kedalam lobang memeknya. Enak juga ya, kok aku dari
dulu tidak pernah tahu. Kugoyang Senjataku maju mundur sesuai
permintaannya. Baru beberapa kali goyangan sudah ada yang mau keluar
dari Senjataku”. Crret.. creet, aku keluarkan airku di dalam memeknya.
Setelah beristirahat, saya goyang atau dia goyang saya malam itu
beberapa kali sampai pagi, sampai lama-kelamaan aku bisa bertahan agak
lama, dan dia mulai senang dengan permainanku.
Aku diterima di
SMA itu tanpa ada masalah, walaupun nilaiku sedikit. Aku diterima dan
diakukan sebagai anak kakanya. Dan itu pula sebabnya tidak ada yang
curiga aku terlihat sering ngobrol dengan dia. Dan kebetulan dia sambil
menjadi pembina pramuka. Kami jadi bebas, tidak ada yang curiga aku
keluar malam dari tenda waktu kemah, ngobrol sambil dilanjutkan dengan
adegan ML. Seperti malam itu..
“Ayo sayang .., lagi pengen nih” katanya padaku.
“Aku juga” jawabku sekenanya.
Aku keluar berjalan menuju sungai yang agak sedikit jauh dari tenda kami, diikuti guruku dibelakangku.
Sampai
di sungai aku dudukan ibu guruku di semak-semak, sebelumnya aku sudah
mencari alas dari daun pisang ditepi sungai. Aku mulai memainkan
tanganku dibali seragam pramukanya. Aku remas-remas gunungnya, aku
gelitik puncak gunungnya secara terus menerus, sambil terus mulut kami
saling beradu, bertukar air lir dan saling berpangutan memainkan lidah
kami masing-masing.
Tak puas dengan itu, saya buka seragam
pramukanya, terlihat gunungnya yang begitu indahnya. Walaupun aku sudah
seringkali mengulum, mencium dan mempermainkan lidahku di atas
gundukan daging kenyalnya, tapi aku tidak pernah merasakan bosan. Aku
gigit-gigit ujung daging kenyalnya, dia hanya bisa mendesah ss.. ahh
aahh.. seperti yang biasa dia bisikan.
Aku selipkan tanganku
dibawah CD nya yang ternyata dia sudah mulai basah, aku mainka tanganku
disana. Aku pegang, aku usapkan seluruh telapak tanganku diatas
memeknya sampai ujung jari menyentuh lubang belakangnya. Aku masukkan
jari tengahku kedalam lubang memeknya. Dan dia hanya bisa mendesis,
mendesah seperti ular yang sedang mencari mangsa. Aku yang tadinya
merasa agak kedinginan, karena kebetulan kami kemah di atas sebuah
bukit mulai agak merasakan panas ditubuhku.
“Tolong lepaskan
pakaianku sayang ..”, pintaku sedikit manja sambil terus menerus
memainkan tiga jari tengah ku di lubang kewanitaannya, dan dua jariku
yang lainnya untuk menahan dan membuka daerah terlarangnya.
“Sss aahh
aahh ah..”, jawahnya mulai tak karuan. Tangannya mulai melepaskan satu
persatu pakaianku, hanya tertinggal CD nya saja. Dimasukkannya
tangannya kedalam CD ku, dia remas-remas bolaku seperti biasa yang ia
sukai.
Dia pegang senjataku dengan tangannya, sementara dia sudah
mulai menarik kebawah CD ku dengan tangan yang lainnya. Aku bangkit
aku bersandar pada sebuah pohon, aku tarik kepalanya menuju senjataku.
Tanda diminta dia sudah biasa langsung bisa mengulum, menjilat-jilat
batang senjataku. Hampir setengah jam aku dibuai oleh kenikmatan
mulutnya di senjataku, aku tekan kepalanya terus setiap dia hendak
melepaskan kulumannya.
“Sayang .. aku sudah tidak kuat nih.. ahh”, rintihnya pelan.
“Gantian dong..”, pintanya lagi.
Setelah
dia berhasil melepaskan kulumannya setelah aku menumpahkan beberaa
tetes air ku dimulutnya, karena aku sudah tak tahan.Saya lepaskan CD
guru ku yang sudah sangat basah itu, aku mulai memainkan kedua tangaku
di daerah terlarangnya. Aku buka dengan tanganku, dan saku masukkan
tanganku yang satunya lagi dengan perlahan-lahan, maju mundur, maju
mundur dengan teratur.
“Sss ahh..” hanya itu yang terdengar diantara sayup-sayup suara angin berdesir.
“Enak sayang .., ayo jilati dong”.
“Ayo sayang .. jilati aku dong”, pintanya lagi, setelah sekian lama di meminta tapi aku masing memainkan tanganku di memeknya.
Aku
dekatkan wajahku ke memeknya dan mulai aku jilati sedikit demi
sedikit. Mulai dari atas, diatas bulu-bulu lembutnya, ke bawah sampai
aku merasakan lidahku menjilati sesuatu yang hangat, kenyal dan sedikit
basah. Aku mainkan lidahku didalam memeknya, dia pegang kepalaku, dia
tekan, sampai mukaku menyentuh semua permukaan kulit kemaluannya. Aku
mainkan lidah ku teru, terus, dan terus sampai aku terdengar suara
erangan yang panjang si keheningan malam.
“Aaahh, aahh, ahh!
Aku
bersihkan diriku, aku pakai kembali pakaianku dan pakaiannya sudah
dipakai pula. Aku berjalan bergandengan menuju kemahkami, sambil
sekali-sekali bibir kami saling bertemu, dan tersenyum puas. Sebelum
sampai di perkemahan..
“Ayo sayang, dimasukkan di sini..”, tiba-tiba senjataku yang masih lemas dipegangnya, aku jadi terbangun.
Dan senjataku mulai bangkit. Aku balas pegang kedua gunung kembarnya, aku selipkan tanganku dari balik bajunya.
Beberapa
lama kami saling meraba, sampai akhirnya aku singkapkan roknya keatas,
dan aku lepaskan CD nya kebawah. Dengan tangan berpegangan di pohon,
aku goyang guruku dari belakang tanpa melepaskan celanaku. Aku goyang
terus lama sekali.
“Ganti aahh, aku sudah pegal nih!, katanya.
“Yaahh “, jawabku pendek, sambil melepaskan senjataku dari lubang memeknya.
Aku
duduk di bawah pohon, aku turunkan sedikit celanaku. Dia aku suruh
duduk di atas pangkuanku. Aku masukkan senjataku ke dalam lubang
hangatnya. Dia bergerak naik turun seirama nafasnya yang sudah tidak
teratur lagi. Sampai akhirnya..
“Aku hampir keluar ..ahh”, desahnya.
“Tahan dulu, aku pingin yang lebih lama lagi..” jawabku.
“Aku tak tahan .. aahh”, balasnya lagi.
“Aaahh, crett, aahh, creett” desah kami berdua.
Aku
cium bibirnya, dengan lembut dan agak lama. Kami saling tersenyum
puas. Aku bali ke tendaku dan langsung ganti celana, kulihat
teman-temanku sudah pada tidur semua. Aku lihat jam, astaga sudah jam 2
lebih padahal barusan kami berdua berangkat kesungai jam 9 malam.
Berarti lama benar saya bermain di luar.
Perbuatanku aku lakukan
sampai aku lulus dari SMA itu tanpa ada seorangpun yang tahu. Sampai
akhirnya aku lulus dan sebagai tanda perpisahan kami, aku diajak dia
pergi keluar kota selama tiga hari. Dan aku lewatkan waktu itu dengan
terus memuaskan diri kami masing-masing.
Setelah sekian lama
berpisah, lima tahun sudah aku tidak bertemu. Kami kebetulan bertemu di
sebuah restoran. Sambil menangis dia peluk aku, aku cium keningnya,
terlihat orang-orang disekelilingku heran memandang perbuatan kami
berdua, karena terlihat seperti sepasang kekasih tetapi dilihat wajah
kami jauh berbeda (karena perbedaan usia).
Dia cerita bahwa suami
dan dua anak nya meninggal karena kecelakaan, beberapa tahun setelah
aku lulus sekolah. Dan suaminya sempat minta maaf dan berpesan bahwa
dia juga sudah memaafkan perbuatanku dan dia, sebetulnya suaminya tahu
tapi dia diam saja tidak pernah mengusik kami berdua. Dan baru saat itu
pula, aku tahu bahwa suaminya suka melakukan ML dengan kasar dan
sering sambil memukulnya. Dan dia memilikiku sebagai pelampiasan
nafsunya tanpa ada rasa sakit di badannya.
Sejak saat itu aku dan
dia tinggal satu rumah dengan istriku, tanpa istriku tahu keadaan yang
sebenarnya. Istriku adalah teman sekelasku dulu, jadi dia pikir dia
adalah tanteku. Kami hidup bahagia tanpa harus mengulang perbuatan kami
dulu yang sering ML.
TAMAT