watch sexy videos at nza-vids!
Bi Rini

Sebagai anak tunggal yang kedua orang tua nya bekerja aku sudah terbiasa sendiri saat pulang sekolah, mungkin hanya Bi Rini yang menemaniku. Bi Rini sudah lama bekerja di keluarga ku, semenjak aku belum lahir Bi Rini sudah bekerja. Waktu pertama bekerja usia Bi Rini 27 tahun dan sekarang aku sudah 17 tahun jadi kira-kira Bi Rini sekarang usianya 45 tahun. Semenjak kecil aku sudah diurus oleh Bi Rini, sifatnya yang baik dan penyabar menjadikan orang tua ku percaya pada Bi Rini. Keluarga ku sudah menganggap Bi Rini seperti keluarga sendiri.

Perawakan Bi Rini biasa saja, memang tidak cantik tapi untuk seukuran pembantu Bi Rini cukup manis. Tingginya sekitar 155 cm. Badannya memang tidak langsing, namun kalau kuperhatikan tidak ada lemak yang bergelambir, mungkin karena setiap hari bekerja maka tubuhnya terbentuk montok. Bi Rini sudah menikah, sekarang suaminya di Arab sana dan karena mahalnya ongkos maka suaminya itu hanya pulang 5 tahun sekali.

Hari itu aku pulang sekolah agak pagi karena ada rapat guru. Aku langsung masuk ke kamar karena sudah tidak sabar menonton DVD bokep yang baru aku pinjam dari Agus teman sekelasku yang sudah terkenal sebagai penjahat kelamin. Aku langsung menyalakan computer yang ada di kamarku dan segara aku putar DVD yang baru aku pinjam tadi. Adegan-adegan syur langsung terpapang di layar monitor komputerku. Film yang satu ini langsung membuatku tegang dan deg-degan karena pemerannya asli orang Indonesia. Kontolku langsung tegang dan saat itu juga aku membuka celana seragam SMA ku dan langsung ku mainkan kontolku.

Tiba-tiba pintu kamarku ada yang membuka, saking tidak sabarnya aku lupa untuk mengunci pintu kamarku. Yah, Bi Rini… Satu-satunya orang yang ada di rumahku saat siang hari.

“Ma.. maaf den, kirain aden belum pulang…”

Aku lupa kalau jam segini tuh memang jadwalnya Bi Rini membereskan kamarku. Aku pun tebengong tanpa kata dan tidak sempat menutupi kontolku yang sedang kumainkan. Untuk beberapa saat Bi Rini terdiam dan matanya tertuju tajam pada kontol yang masih aku pegangi.

“Oh ya, kalau gitu nanti aja Bibi bersihin kamarnya aden..” Bi Rini langsung berbalik badan untuk meninggalkan kamarku.
“Eh.. Bi…” Aku memanggil Bi Rini.
“Iya den…” Sahutnya sambil berbalik badan, dan tatapannya kembali langsung tertuju pada kontolku yang masih tegang.”
“Jangan bilang-bilang sama papah mamah ya bi..” Aku takut permasalah onani ini sampai diketahui orang tuaku.
“Iii.. iya den, aden kan udah gede ya udah pantas…”
“Pantas apa bi…??” tanyaku penasaran.
“Ya kaya itu, bibi juga kan suka kaya gitu juga den, kan harus dikeluarin juga..”

Tiba-tiba muncul ide gila di otak ku, kenapa aku ga nyuruh Bi Rini buat masturbasi bareng sambil liat film bokep yang sedang aku setel. Kan lumayan, selama ini aku kan belum pernah melihat yang namanya memek secara langsung.

“Ya udah di sini aja Bi dikeluarinya sekalian nih nonton film bagus”
“Ga ah den.. Malu..” wajahnya Bi RIni tersipu malu.
“Ga usah malui bi, kaya ma sapa aja..” aku pun menarik tangang Bi Rini dan menuntunya ke kasur untuk menonton film bokep yang sedang aku setel.

Dengan malu-malu Bi Rini menurutiku menuju kasur tempat tidurku. Matanya tertuju pada layar computer dengan sesekali melirik ke arah kontolku. Tangannnya perlahan mulai menggosok-gosok bagian memeknya namun tidak membuka daster yang dikenakannya. Saat kupergoki dia yang sedang melirik kontolku dengan segera juga dia memalingkan pandangannya ke layar computer.

“Kenapa Bi?? Kalau suka ya lihat aja ga usah malu-malu gitu mau pegang juga boleh ko’”
“Ngg..Ngga ko’ den..”
“Udah.. gapapa ko’ Bi…” Aku langsung menuntun tanganya ke kontolku.

Bi Rini hanya senyam-senyum sambil memegangi kontolku yang semakin tegang nikmat.

“Kenapa Bi..???” tanyaku heran.
“Gapapa den, dulu waktu masih kecil Bibi suka mandiin aden, burungnya tuh mungil banget, tapi sekarang jadi gede banget gini yah den…”
“Itu tandanya udah dewasa Bi… Aku lihat donk punya Bibi…”
“Jangan ah den, malu…”
“Udah gapapa Bi…” Aku pun langsung merogoh ke dalam daster Bi Rini dan melorotkan celana dalam nya.
“Ah.. adeeen…” Bi Rini pasrah.

Kulihat memek hitam dengan bibir yang bergelambir, bulu-bulunya cukup lebat sehingga harus membuka pahanya untuk melihat dengan jelas. Aku pun mulai membuka dan memainkan memak Bi Rini. Bi Rini terlihat pasrah dan menikmatinya, sesekali desahannya keluar saat jariku mengenai kelentitnya. Nafsu ku semakin menjadi, seumur hidup baru sekali aku melihat memek secara langsung, tak puas hanya dengan memainkan aku pun berinisiatif untuk menjilatnya seperti adegan di film bokep yang biasa aku tonton.

“Ah.. jangan deeen…” Bi Rini memegangi kepalaku mencegahku menjilati memeknya.
“Kenapa Bi??”
“Jorok ah den, suami bibi juga ga pernah jilatin.”
“Ah tanggung bi, biar kaya di film-film”

Aku pun langsung menenggelamkankan kepalaku ke selangkangan Bi Rini. Aroma khas langsung menusuk hidungku. Aku pun langsung menjilati dengan penuh nafsu. Tubuh Bi Rini menggelinjang tak karuan, mungkin karena geli, tapi aku yakin juga kalau Bi Rini merasa nikmat.

“Udah den.. udah.. nanti keluar…” tangannya menarik kepalu dari selankangannya.
“Ya udah keluarin aja Bi..” jawabku.
“Jangan ah den, gantian aja yah den..”

Bi Rini langsung berlutut di hadapanku yang sedang berdiri. Mulutnya langsung mencaplok kontolku yang sudah tegang. Dengan perlahan kontolku dihisap dan dikocoknya. Rasa hangat dan nikmat langsung menjalar tubuhku. Sangat jauh berbeda rasanya dari onani yang selama ini aku lakukan.

Nafsu ku semakin meninggi, ku tidurkan Bi Rini di kasur dan tanpa basa basi langsung aku naiki dan kumasukan kontolku ke dalam memeknya yang sudah basah. Bi Rini terperanjat kaget namun taka da penolakan dari dia. Kenikmatan langsung terasa ketika kontolku dijepit oleh dinding memek Bi Rini dan aku pun tahu ia pun menikmatinya. Kugoyangkan maju mundur kontolku menghujam memek Bi Rini dan ia pun menyambutnya dengan goyangan yang mengikuti irama ku.

“Enak yah bi…” bisik ku di telinga Bi Rini
“Iyah deeeennhhh… ssshhhh…..” jawabnya sambil mendesah.

Kupercepat gerakanku mengocok memeknya dengan kontolku. Tangan ku pun ikut aktif membuka daster dan bra Bi Rini sampai telanjang bulat. Kuremas-remas toketnya yang besar namun sudah agak kendur, sesekali kupilin-pilin putingnya yang kecoklatan.

“Bibi mau keluar deeennn…. Ahhh…”

Kulihat raut wajah Bi Rini menegang dan tubuhnya pun menggeinjang. Kurasakan tubuhku dipeluk erat oleh Bi Rini dan kontolku terasa terjepit hebat dan seketika itu juga erangan keluar dari mulut Bi Rini.

“Aaaahhhh… adeeeeeeeeennnn…..”

Nampaknya Bi Rini sudah mencapai orgasme namun tak kuhentikan kocokanku dan malah semakin kupercepat.

“Udah den, udah dulu yah..” Bi Rini memintaku menghentikan kocokanku.
“Kenapa Bi?”
“Gantian yah, Bibi yang di atas.”

Aku pun segera menghentikan kocokanku dan mencabut kontolku dari dalam memek Bi Rini. Kuambil posisi terlentang, dengan segera Bi Rini menaiki ke atasku dan menuntun kontolku masuk ke dalam memeknya. Dengan perlahan Bi Rini menggoyang pinggulnya, goyangannya berima menandakan dia telah cukup mahir dalam hal hubungan intim. Semakin lama goyangan semakin cepat dan liar. Rambut panjangnya yang sehari-hari diikat sekarang dibiarkan teruarai. Bi Rini yang seumur hidup aku kenal sebagai wanita yang lembut, penyaba dan pendiam sekarang berubah menjadi wanita yang liar dan buas, yang haus akan seks setelah hampir 4 tahun tak berhubungan intim.

Goyangannya sekin hebat, toketnya yang sudah kendur ikut turun naik mengikuti irama goyangan pinggulnya. Tangannya mencengkram lengan atasku.

“Bibi keluar lagi deeeeeeeeeennnn…. Ahhhh… emmhhhhhhhhhhh….”

Tubuhnya mengejang dan saat itu juga aku tidak sanggup lagi menahan sperma ku untuk keluar. Dan tersemburlah spermaku ke dalam memek Bi Rini. Crot.. crot… crot.. crot.. Kurasakan nikmat yang tak terkira. Bi Rini pun terkulai lemas dan menindih tubuhku. Untuk beberapa saat kami terdiam sampai akhirnya Bi Rini turun dan mengeluarkan kntolku yang sudah mulai kendur dari dalam memeknya.

“Bi, nanti kalau aku mau boleh minta lagi ga?”
“Iya den..” Jawab Bi Rini dengan wajah yang malu.
“Tapi jangan sampai ada yang tau yah den…” sambungnya lagi.
“Iya Bi…”

Bi Rini pun segera mengenakan dasternya kembali tanpa mengunkan bra dan celana dalamnya. Lalu ditentengnya celana dalam dan bra nya keluar kamarku menuju kamar mandi. Aku masih terlentang di kasur ku dengan keadaan yang masih telanjang. Tak kusangka, Bi Rini yang selama ini mengurusku dari aku baru lahir sekarang memberiku kepuasan seks juga. Setelah kejadian itu hampir setiap hari sepulang dari sekolah aku berhubungan seks dengan Bi Rini.


Tamat