BU IJAH
Feri kelas 3
SMA, usia 18 tahun termasuk anak yang pintar. Dalam kelas yang berjumlah hanya
25 orang itu ia masuk sepuluh besar. Jika kebanyakan siswa yang masuk jurusan
Fisika dianggap lugu, kutu buku, tiap hari hanya berhitung, dan menghafal
rumus, lain halnya dengan Feri. Ia memang hobby menulis, membaca, dan
mengerjakn soal2 Fisika dan Matematika, tetapi ia juga suka main musik, main
bola, dan sekali2 bolos. Feri tidak pernah takut mengerjakan sesuatu atau
terlibat dalam urusan2 yang tidak pernah masuk dalam kamus anak Fisika atau
anak eksakta lainnya.
Dalam satu bulan ia selalu menghiasi hari2nya dengan bolos satu hari dari
sekolah. Tetapi ia tidak pernah membayangkan akan mengalami peristiwa yang akan
susah dilupakannya seumur hidup.
Hari itu adalah hari Jumat. Siswa-siswa di salah satu SMA Negeri di Bekasi
memakai seragam pramuka. Seusai jam sekolah, biasanya siswa2 yang ambil bagian
dalam kegiatan pramuka akan pulang belakangan. Sekitar jam empat sore. Sebelum
kegitan pramuka dimulai siswa2 akan saling bercengkrama, ngumpul, ngrumpi, atau
bermain bola. Feri juga ikut kegiatan pramuka. Ia berkumpul dengan teman2nya
bercerita yang lucu2, jorok2, dan lain-lain. Feri selalu membaur. Tidak melulu
berteman dengan anak2 eksakta. Ia juga memilki banyak teman dari ilmu2 sosial,
(jaman tahun 80-90-an dulu disebut anak SOS).
Pada saat berkumpul dengan anak sos inilah awal mula kejadiannya. Teman2nya
anak2 sos bersepakat bahwa nanti setelah kegaitan pramuka mereka akan mencegat
anak2 STM, yang juga berlokasi di Bekasi, yang biasa lewat di jalan dekat
sekolah mereka. SMA Negeri di mana Feri bersekolah terletak di salah satu
lokasi dekat dengan perumahan di Bekasi. Juga berbatasan langsung dengan
sejenis persawahan atau kebun dan rumah-rumah penduduk lainnya. Sekolah mereka
dikelilingi tembok setinggi 2,5 meter, kecuali di bagian depan sekolah yang
hanya dipagari setingi satu meter.
Singkat cerita, ketika kegiatan pramuka usai anak2 sos telah berkumpul di
sebuah kedai di pinngir jalan dekat sekolah mereka sambil merokok. Mereka
menunggu anak2 STM tertentu yang biasa lewat di situ. Feri juga ikut nimbrung
untuk melihat apa yang bakal terjadi… Ketika Feri duduk sambil membaca buku
pelajarannya sekonyong-konyong ia mendengar teriakan2 dan bentakan2. Ketika ia
menoleh ternyata telah terjadi keributan (tawuran) antara anak2 sos sekolah
mereka dengan anak2 STM. Feri berdiri tegang menyaksikan batu dan kayu
beterbangan. Ia melihat ada anak STM yang terjatuh dan dikeroyok oleh empat
orang.
Tetapi tiba2 ia heran karena anak sos sekolah mereka lari berhamburan padahal
jumlah mereka lebih banyak. Ia heran dan menuju jalan….Ternyata tidak berapa
jauh diujung jalan sekelompok anak STM belarian mendatangi lokasi tawuran…Ia
maih sempat melihat seorang temannya anak sos yang lari kencang terjatuh karena
punggungya terlempar batu…tetapi masih juga bisa bangun dan lari lagi. Tiba2
seorang anak STM menunjuknya dengan marah… Ia panik… dan tanpa pikir panjang
Feri pun lari… Ia dikejar oleh hampir sepuluh orang…Feri tak memperdulikan lagi
bukunya yang berceceran… Yang ada di otaknya adalah menyelamatkan diri… Ia
berlari kea rah sekolah… Di belakang anak2 STM masih mengejar… Ada yang membawa
rantai…Ada yang melepas ikat pinggang…Suasananya begitu menyeramkan bagi Feri…
Tetapi akibat kepanikan yang luar biasa Feri memilih jalan yang salah…Ia
mengambil jalan di samping sekolahnya yang menuju persawahan…
Dalam benaknya langsung melintas ketakutan karena ia tahu jalan itu buntu di
ujungnya…Ia tidak bisa sembunyi…Dalam hatinya juga ia merasa tak mungkin masuk ke
rumah2 warga yang letaknya jarang2…karena lokasi itu memang lokasi persawahan… Ia berpikir keras sambil berlari… Sementara tidak jauh di belakangnya anak2 STM
makin beringas mengejarnya… Di depan ia melihat sekelompok rumpun pohon pisang…
Feri tahu jika ia bisa melewati dengan lebih cepat rimbunan itu akan
menghalangi sejenak pandangan anak2 STM yang mengejarnya… dan ketika akhirnya
ia berhasil melewati pohon2 pisang itu ia berhenti sebentar dan berpikir keras…
di depannya ada sekitar 4 rumah… di samping kananya tak jauh… ia melihat
bagunan rendah dari tembok dan papan… Feri memutuskan.. Ia berlari dan memasuki
bangunan rendah itu…
Baru saja tubuhnya masuk…dari dalam terdengar teriakan ketakutan dan panik…
Ia terkejut… Antara malu-takut-dan lain-lain… Ternyata
bangunan rendah itu adalah kamar mandi… dan nampaknya pada saat itu sedang
digunakan oleh yang punya untuk mandi… Feri hendak mundur… tetapi sudut
pikirannya yang lain juga membayangkan tubuhnya akan jadi bulan-bulanan
senjata2 anak2 STM….Ia
memandangi orang yang mandi itu…Ia heran… Begitu juga orang yang mandi itu heran melihatnya…
Seorang wanita paruh baya… Karena takut dan paniknya, dan juga heran, wanita itu lupa bahwa ia
telanjang bulat… Feri menyaksiakn pemanadang itu… semua berlangsung cepat… Tapi
ia tidak bisa berpikir… Feri langsung menerobos masuk kamar mandi itu…Diam di dalamnya berjongkok…
“Bu, maaf, saya sedang dikejar2 anak2 STM…saya hanya mau bersembunyi …maaf bu’!
Feri berbisik antara malu dan takut. Wanita yang mandi itu langsung buru2
mengambil sarungnya dan menutupi tubuhnya yang bugil, tetapi ia tidak
keluar`dari kamar mandi tersebut… Feri berdiam diri… Dua menit kemudian ia
mendengar… teriakan2 dan suara2 anak2 STM yang mengejarnya…Ada yang terus
berlari mengukuti jalan…dan sebagian ada yang berhenti di sekitar empat rumah
yang ada di situ…Umpatan2 mereka terdengar kejam…
Feri mendengar beberapa langkah mendekat ke kamar mandi…
“Hei…ngapain…ngapain…mau ngintip orang mandi ya…hei..hoi..hoi..tolong…!” terdengar wanita yang ada di kamar mandi
berteriak… Ia berdiri di depan pintu kamar mandi… Anak2 STM yang tadi hendak
mendekat langsung mundur…
“Maaf bu…maaf…siapa yang mau ngintip…kami mencari anak SMA sini yang lari tadi..” kata
seorang anak STM itu dengan keras dan kasar.
“Iya. Siapa yang mau ngintip!”yang lain menimpali…
Lalu mereka pergi dan mencari-cari di sekitar empat rumah yang ada di situ…
Wanita yang tadi ada di kamar mandi keluar dan menutup pintu kamar mandi… Ia
menjemur pakaian yang dicucinya… Kurang lebih setengah jam setelah anak2 STM
itu kembali pulang… Ia mengetuk pintu kamar mandi…
“Udah…ayo keluar…anak2 STM itu sudah pulang..”
Feri keluar dari kamar mandi dengan tegang… Ia melihat kiri kanan…
“Sudah…tidak ada lagi…anak2 STM itu sudah pulang dari tadi…masa tidak percaya,”wanita itu berkata.
Dengan gaya malu-kaku-dan menunduk Feri manggut2.
“Terima kasih bu Ijah…terima kasih…kalau tidak ada bu Ijah saya tidak tahu
nasib saya bagaimana..’”kata Feri menunduk.
Wanita itu ternyata adalah Bu Ijah, wanita berumur sekira 40 tahun yang membuka
warung jajanan persis menempel di pagar sekolah SMA… Dan di warung Bu Ijah inilah biasanya anak2 SMA dan juga Feri membeli
minuman dan makanan… Dan sekarang Feri tahu bahwa rumah Bu Ijah berada di sini…
“Kenapa bisa begitu tadi nak Feri?” Bu Ijah bertanya tentang kejadian yang
dialami Feri. Feri lalu menjelaskan secara detil kejadian itu sampai kenapa ia
bersembunyi… Ia bercerita panjang lebar… di sela-sela cerita Bu Ijah mengambil
air minum dan bangku panjang… Feri duduk dan melanjutkan ceritanya…
Mereka tidak menyinggung bahwa tadi di kamar mandi Feri sempat melihat tubuh
bugil Bu Ijah…
Dan entah mengapa pikiran Feri tidak terlintas dengan kejadian itu ketikas
bercerita… Bu Ijah juga bercerita tentang keluarganya… Suaminya adalah satpam
di sebuag pabrik…
Mereka memiliki anak dua orang yang semua dititipkan di kampung orang tua
suaminya di Sukabumi…
“Iya sudahlah nak, jangan lagi suka gabung2 dengan anak2 yang suka bolos dan
tawuran… ini sudah sore… langsung pulang ke rumah, jangan lagi singgah2..,”kata Bu Ijah pada Feri.
Akhirnya Feri pamit dan mengucapkan lagi terima kasinhya pada Bu Ijah.
Di warungnya yang biasa dikunjungi anak2 SMA, Bu Ijah tidak pernah bercerita
tentang kejadian yang dialami Feri. Feripun menunjukkan sikap yang biasa saja
seperti sebelumnya. Tetapi akhir2 ini ada satu hal yang membuat Feri jadi
sering merenung dan lalu tersenyum simpul. Ia baru menyadari bahwa ia telah
melihat seluruh tubuh bugil Bu Ijah. Dan entah mengapa Feri merasa Bu Ijah jadi
kelihatan seksi setiap hari. Ia sadar bahwa Bu Ijah tidak pernah merubah
penampilannya dalam menjaga warungnya. Bayangan tubuh bugil Bu Ijahlah yang
membuatnya merasa hari demi hari Bu Ijah jadi makin seksi. Tanpa disadarinya,
Feri selalu terangsang setiap kali melihat Bu Ijah di warungnya. Ia jadi sering
diam-diam mengamati Bu Ijah dengan seksama. Wanita berumur 40 tahun, dengan
tinggi 165, kulit kuning langsat. Feri merasa wajah Bu Ijah setiap hari jadi
makin manis. Makin merangsang.
Pernah Feri melirik ke arah dada Bu Ijah ketika hendak membayar jajanannya, dan
ia menyaksikan bagian atas dada yang putih, membusung, dan belahan dada yang
sangat jelas…menantang… Bu Ijah pura2 tidak tahu saja perilkau Feri… Makin hari
Feri merasa setiap kali melihat Bu Ijah di warungnya kontolnya menegang
terangsang… Dan kalau sudah begitu ia hanya berdiam diri takut teman2nya atau
Bu Ijah menyaksikan celana di bagian depannya menonjol…
Feri sering mendengar obrolan2 ringan anak2 sos yang menggoda atau bercanda
tentang Bu Ijah… Tentang kemolekan tubuh Bu Ijah…
Feri semakin sering membayangkan saat ketika ia sejenak melihat tubuh bugil Bu
Ijah, walaupun yang muncul adalah bayangan samar… Dan perasaanya biasanya
langsung kecut karena kejadian itu… Akhirnya Feri melampiaskannya dengan
membaca novel2 porno, stensilan, atau nonton film2 blue sambil membayangkan ia
menggumuli tubuh sintal Bu Ijah… lalu menuntaskan hasratnya di kamar mandi…
Feri pun merasa hari demi hari Bu Ijah selalu berbicara lain kepadanya jika ia
berada di warung Bu Ijah sendirian… Suaranya terasa di buat manis dan seperti
membelai perasaanya… dan nafsunya…
Beberapa minggu kemudian terjadi hal yang membuat Feri hampir2 tidak kuat
menahan nafsu sexnya…
Pagi itu hujan rintik2… Sesudah pelajaran Fisika, ia diminta guru Fisika ikut
ke kantor guru untuk mengambil hasil ulangan minggu lalu untuk dibagikan ke
murid2 di kelasnya…
“Eh, kebetulan kamu ada. Feri tolong kamu pesankan ke warung makanan dan
minuman,”seorang guru berkata padanya. Ketika itu di kantor memang terdapat
beberapa guru yang belum masuk untuk mengajar. Setelah mencatat dalam hati
pesanan guru2 yang agak banyak, Feri langsung beranjak keluar….menuju warung Bu
Ijah…
Sesampai di warung Bu Ijah, Feri langsung menyampaikan pesanan guru2nya. Tetapi
hanya bers***** semenit tiba2 hujan besar langsung turun…. Feripun hanya duduk2
di bangku panjang warung Bu Ijah menunggu hujan reda. Letak warung Bu Ijah
memang berada di luar halaman sekolah…Tetapi menempel pada pagar sekolah… Hanya
ada semacam pintu kecil yang terbuka di pagar yang merupakan penghubung antara
halaman sekolah dengan bagian teras warung Bu Ijah… Jika Feri memutuskan
menembus hujan untuk kembali ke kelas atau ruang guru maka sudah pasti seluruh
pakaiannya basah kuyup…
Lima menit kemudian hujan bukannya berhenti tetapi malah makin deras disertai
anguin kencang… Hal itu membuat pikiran Feri menerawang… Ia memerhatikan Bu
Ijah yang sedang menyiapkan pesanan guru2nya… Bu Ijah memakai semacam pakaian
terusan yang berbahan agak mengkilat berwarna hijau… Feri memandangi tubuh Bu
Ijah yang sedang membelakanginya… Ia melihat pantat Bu Ijah yang montok dan
pinggul yang besar… seketika nafsu merambatinya… Ia merasa kontolnya berdiri
tegang… tenggorokannya terasa jadi kering… Semakin lama ia memperhatikan
gerakan2 Bu Ijah, Feri semakin terangsang…. Sementara hujan tidak ada tanda2
mau reda….
“Kayaknya bakal lama nih hujan. Bikinkan teh manis bu,” kata Feri bangkit dan
mendekat kea rah Bu Ijah.
“Iya. Lama sepertinya ini. Pesanan guru2 jadi tertunda ini,”kata Bu Ijah
menimpali.
Bu Ijah lalu
membuat teh manis dan menyodorkannya ke Feri yang berdiri di bagian teras
warung. Ketika Bu Ijah berjalan ke arahnya, Feri melirik ke arah dada Bu Ijah.
Ia melihat bagian dada yang sangat busng itu bergoyang-goyang seiring gerakan
tubuh Bu Ijah.. Feri makin terangsang… Ia tidak peduli Bu Ijah juga melihat
lirikannya… Ketika jarak mereka telah dekat, Feri tanpa ragu dan malu melirik
ke belahan dada Bu Ijah… Feri melihat belahan dada yang sangat seksi, putih,
dan ketat terbungkus pakaian… Bu Ijah meletakkan teh manis pesanan Feri di meja
dekat Feri berdiri… Lalu berbalik lagi ke bagian dalam warungnya… Suasana warung yang sepi membuat pikiran Feri
jading makin liar… Ia memandangi tubuh Bu Ijah sambil berhayal memeluk dan
menggumuli tubuh Bu Ijah… Tanpa sadar ia menggerakkan tanganaya mengusap-usap
kontolnya dari balik celanaya… Feri merasa tubuhnya saat itu dipenuhi nafsu sex
yang besar…
“Nak Feri, kalau bosan nunggu hujan masuk aja ke dalam nonton tivi,”tiba2 Bu
Ijah memanggil dari dalam warung. Feri terbangun dari hayalnya, lalu berpikir
bagus juga usul Bu Ijah sekalian menghilangkan nafsunya yang dari tadi
menggerogotinya. Siapa tahu dengan menonton tivi pikiran bisa dialihkan dari
hayalan2 yang makin liar, pikir Feri dalam hati. Ia lalu beranjak ke dalam
warung… Terkadang sebelum mulai pelajaran, atau ketika istirahat anak murid2 di
sekolah itu juga sering mampir ke warung sekedar untuk nonton tivi…
Ketika Feri berjalan memasuki bagian dalam warung sekonyong-konyong Bu Ijah
juga bergerak ke arah teras…dan mereka berpapasan di pintu yang sempit itu… Dan
karena memang tidak mempersiapkan diri, Feri tak bisa mengelak ketika tubuh
mereka bergesekan tipis di mulut pintu… Feri sangat kaget karena ia merasa
kontolnya yang menegang di dalam celananya bergesakan dengan pinggul Bu Ijah….
Ia sontak menariknya, karena terkejut… Tetapi ia melihat Bu Ijah terus berjalan
ke arah meja seperti tidak terjadi apa2… Sambil berusaha menghilangkan
kekagetannya Feri duduk di sofa usang yang ada di depan tivi…
“Ini teh manisnya… jangan ditinggal nanti dimasuki lalat, “ia mendengar suara
Bu Ijah.
Tak lama Bu
Ijah sudah sampai di depannya… Ia menunduk meletakkan the manis di meja depan
Feri… Sekali lagi Feri menyaksiakan pemandangan yang menggoda nafsu syahwatnya…apa lagi Bu Ijah
meletakkan gelas itu perlahan… Feri bisa melihat kain yang menutupi susu besar
Bu Ijah agak turun dan menyajikan pemandangan yang menggetarkannya…Ia melirik wajah Bu Ijah… Feri tertegun ketika mnyadari mata Bu Ijah
memandang ke arah s*****kangannya… Ia terdiam… tenggorokannya kelu…
Dengan termangu ia memandang Bu Ijah yang sudah berjalan ke dalam bagain dapur
warung…. Pandangan matanya melekat pada pinggul dan pantat Bu Ijah…. Nafsunya
kemabli muncul.. Apalagi ketika menyadri Bu Ijah tadi
melihat ke arah s*****kangannya…
Tanpa disadari, telah hampir sejam Feri di warung Bu Ijah. Dan hujan belum ada
tanda2 mau berhenti… Ketika ia mendengar suara Bu Ijah memanggil dari dalam
warung…
“Nak Feri, tolong ke sini sebentar,”terdengar suara Bu Ijah memanggil. Feri
beranjak ke arah dapur dan melihat Bu Ijah nampkanya sedang kesulitan meraih
sesuatu di rak dapur bagian atas…
“Tolong bantu ibu ambil itu,”kata Bu Iajh ketika Feri telah berada dalam dapur
warung itu.
Warung itu
tidak begitu terang… Tetapi cukup untuk dapat melihat apa saja di dalamnya…
“Biar saya sendiri aja bu,”kata Feri.
“Mana bisa. Harus berdua. Berat itu. Karung itu isinya beras jadi agak berat.
Harus berdua mengangkatnya,”kata Bu Ijah.
Feri mendatangi dan meraih ke karung di rak atas di mana tangan Bu Ijah juga
sudah ada. Ketika mendekat, Feri merasa nafsunya kembali naik. Mereka berdiri
berdua bersisian mencoba menurunkan karung beras. Tetapi karena karung itu
memang terisi hampir setengah, agak susah bagi mereka untuk segera
menurunkannya. Pikiran Feri makin tidak karuan, karena saat itu tubuh mereka
begitu dekat, dan bergesekan setiap kali berusaha mengerahkan tenaga. Bu Ijah
merapatkan sisi tubuhnya ke tubuh Feri. Feri bisa merasakan setiap lekuk sisi
tubuh Bu Ijah menempelinya. Membuat nafsunya makin meronta.
“Nah..kita coba sekuat tenaga iya nak…satu-dua-tiga….,”Bu Ijah memberi komando.
Mereka sama-sama mengerahkan tenaga. Seketika karung itu terjatuh, tetapi
mereka menahannya.
“Letakkan di bawah sama-sama iya,”kembali Bu Ijah memberi aba-aba.
Ketika mereka menunduk menurunkan karung itu, Feri melihat sangat jelas belahan
buah dada Bu Ijah. Begitu juga ketika mereka meletakkannya di lantai. Bu Ijah
diam saja ketika mata Feri terus meliriki kea rah susunya yang besar itu.
“Terima kasih nak iya,”ujar Bu Ijah.
Telapak tangan
Bu Ijah bergerak mengusap batang tangan Feri… Feri merasa darahnya mengalir. Ia
tak sanggup berbicara…Sementara Bu Ijah tersenyum saja dengan warna wajah yang
agak gelap. Feri berdiri pelan… Bu Ijah memandanginya… Feri tak lagi peduli
pada bagian celana depannya yang menonjol… dan saat itu Bu Ijah melirik ke arah
tonjolan itu… Ia hanya diam… dan lalu kembali ke depan tivi dengan pikiran tak
menentu…
Tak berapa lama, suara Bu Ijah membuyarkan pikirannnya..
“Hujan sudah reda nak Feri. Nanti kamu dicariin guru2mu,”ujar Bu Ijah dari arah
teras.
Lalu Feri beranjak dari depan tivi. Ketika ia hendak m*****kah, Bu Ijah
mendekatinya.
“Terima kasih iya nak Feri, “katanya. Lalu ia mengusap tangan Feri.
Dengan gerakan kaku Feri berjalan ke halaman sekolah lalu menuju ke kelasnya…
Sejak itu setiap malam, dalam kamarnya Feri selalu mengusap-usap
s*****kangannya sambil membayangkan tubuh Bu Ijah…. Di SMA di mana Feri sekolah
banyak murid2 perempuan berwajah cantik dan berbody seksi, tetapi tak pernah
sekalipun Feri membayangkan mereka… Yang ada dalam benaknya hanyalah Bu Ijah…
Semakin hari hasratnya untuk bisa menggumuli tubuh bugil Bu Ijah semakin besar
saja. Ia tak lagi sembunyi2 melirik ke bagian2 tubuh Bu Ijah yang seksi… Dan
seperti gayung bersambut Bu Ijah juga sering memandangi Feri dengan wajah yang
penuh hasrat… Sampai suatu ketika, hari itu hari jumat, ketika sekolah sedang
masuk jam istirahat murid2 seperti biasa langsung menyerbu warung Bu Ijah…
Demikian juga dgn Feri…
Sejak pikirannya dipenuhi oleh bayangan tubuh Bu Ijah, Feri selalu yang paling
belakangan keluar dari warung daripada murid2 lainnya…. Ia merasa puas bisa
leluasa memandangi tubuh Bu Ijah walau hanya 1 menit saja… Dan kali ini ketika murid2 lain sudah masuk kelas,
Feri masih di warung dan memandangi tubuh Bu Ijah…
Ketika itulah Bu Ijah mendekatinya…
“Nak Feri,
besok mau ga pagi2 ke rumah ibu. Ibu ada masak ayam…enak lho masakan ibu..,”Bu Ijah
menyapanya.
“Lho, emang besok Bu Ijah ga jualan?”tanya Feri.
“Nggak nak…mau istirahat dulu sehari-dua hari!”jawab Bu Ijah
“Hhmmm…gimana ya..,”Feri meragu
“Besok ga ada ulangan kan?”Tanya Bu Ijah
“Nggak sih..,”
“Sekali2 bolos kan tidak apa2…lagian kata teman2mu kamu anak yang pintar…ibu sengaja lho
masak buat kamu…dan…suamiku nanti malam pergi ke Sukabimi melihat anak2…,”
Akhirnya setelah mendengar penjelasan terakhir itu Feri mengangguk,”Oke deh
bu!”
“Iya udah…sana masuk ke kelasmu,”kata Bu Ijah.
Ia
menyempatkan diri mendekati Feri dan mengusap tangannya… Feri merasa ingin saat
itu bisa langsung menerkam tubuh Bu Ijah… Feri lalau beranjak ke kelasnya…
Besoknya sekitar jam sembilan, Feri sudah mengetuk pintu rumah Bu Ijah… Tidak
ada seorangpun yang melihat Feri memasuki rumah itu…dan ini memang sudah di
ranacangnya sejak berangkat dari rumah tadi.
“Ayo masuk nak Feri,”sambut Bu Ijah.
Feri masuk dan berjalan di belakang Bu Ijah. Bu Ijah membawa Feri ke ruangan
belakang di dekat dapur.
“Duduk nak Feri. Ibu bikin minuman dulu ya,” kata Bu Ijah
Feri duduk di sofa usang yang ada di ruangan belakang itu. Ia memandangi bagian
belakang tubuh Bu Ijah yang hanya beberapa langkah darinya dan sedang
menyiapkan minuman. Feri merasa Bu Ijah sangat seksi. Bagian beawah tubuh Bu
Ijah yang padat dan besar itu dililit oleh sarung batik, sementara bagian di atasnya
Bu Ijah mengenakan semacam baju kebaya… melihat pemandangan itu kontol Feri
langsung mengeras. Feri langsung berdiri..dan di keremangan ruangan itu…ia
dengan gemetar memeluk tubuh Bu Ijah dari belakang…
“Bu Ijah..,’bisik Feri sangat pelan. Ia melingkarkan tangannnya di pinggul Bu
Ijah.
Ia menempatkan bagian kontolnya yang tegang persis di pantat Bu Ijah.
Bu Ijah hanya diam. Feri makin bernafsu. Ia menggesek-gesekkan bagian kontolnya
ke pantat Bu Ijah dan menekan-nekannya. Lalu dengan nafas yang sangat memburu
Feri memnciumi leher belakang Bu Ijah…Bu Ijah diam….ia hanya mengeliat pelan… Feri pun makin
bernafsu dan berani…Ia menjilati leher Bu Ijah… Feri memindahkan tangannya lalu
meraba buah dada Bu Ijah yang membusung…
“Mmhh..nak Feri…,”Bu Ijah mendengus pelan. Feri makin liar ketika mendengar
dengusan penih nafsu Bu Ijah. Ia memutar tubuh Bu Ijah. Menciumi leher bagian
depannya…Lalu ke bawah kea rah belahan dada Bu Ijah yang ketat tertutup kain.
Bu Ijah mendenguskan nafas penuh nasfu di telinga Feri.
Karena tak kuat lagi menahan nafsunya, Feri menarik tubuh Bu Ijah jatuh ke
lantai. Mereka terduduk dilantai. Feri masih menciumi dan menjilati leher putih
dan mulus Bu Ijah.
“Mmmhh….hah..,”dengus Bu Ijah pelan di telinga Feri. Lalu ia meremas rambut Feri
dan menariknya. Bu Ijah melihat ke arah mulut Feri dan langsung menciuminya. Ia
melingkarkan ke dua tangannya di leher Feri dan melumat bibir Feri dengan liar
dan penuh nafsu. Feri pun membalas dengan jilatan yang tak kalah liarnya. Ia
menggerayangi susu Bu Ijah yang besar… Meremasinya… Remasan2 Feri membuat Bu
Ijah makin nafsu… Sambil melumat dan mngisapi-isap bibir Feri tangan Bu Ijah
bergerak menyusup ke dalam baju Feri dan meremas-remas dada Feri. Feri terbuai
dibuatnya. Feri menarik tubuh Bu Ijah makin rapat ke dalam pelukannya. Tangan
Feri lalu bergerak membuka kancing baju kebaya Bu Ijah. Kini Bu Ijah hanya
memakai BH di bagian atas tubuhnya. Bu Ijah lalu melonggarkan bebatan
sarungnya, menariknya agak ke atas. Lalu ia bergerak membuka kedua pahanya dan
menduduki Feri. Kini s*****kangan Feri dan Bu Ijah menempel ketat.
“Hhhoohh..,”
Feri mengerang
penuh nafsu. Bu Ijah yang lebih berpengalaman dan sedang dipenuhi nafsu
bergerak mempreteli baju Feri. Feri membalasnya dengan menurunkan tali BH Bi
Ijah. Nafsunya yang tinggi mengajari Feri menurunkan ciumannya ke leher Bu
Ijah..lalu turun ke bagian atas dada. Menciumi dan menjilati bagian atas dada
Bu Ijah.
“Ooh..,” Bu Ijah mendengus penuh nafsu.
Ketika Feri menurunkan lagi wajahnya, di depannya terpampang susu Bu ijah yang
putih, mulus, dan berukuran besar. Ia melihatnya dengan penuh gelora birahi,
lalu menengadahkan wajah melihat wajah Bu Ijah.
“Hhohh Bu Ijah…hhoohh, “erang Feri perlahan, lalu menciumi mulut Bu Ijah.
Setelah itu ia menurunkan wajahnya. Feri membuka mulutnya, menciumui dada, dan
mengecupi susu Bu Ijah. Lalu dengan penuh nafsu Feri membuka mulutnya dan
mengisapi-isap putting susu Bu Ijah yang berwarna kecoklatan. Mula2 ia
mengisapinya dengan lembut dan perlahan. Bu Ijah mendengus di telinganya. Ia
membusungkan dada dan melihat ke arah susunya yang sedang dihisapi Feri. Ia
meremas rambut Feri dan menekan-nekannya ke arah susunya. Tangan Feri bergerak
lalu meremasi pangkal susu Bu Ijah. Feri makin bernafsu. Ia menciumi dan
menjilati susu Bu Ijah. Sementara itu Bu Ijah menggoyang-goyangkan pinggulnya.
Bu Ijah merasakan sensasi ketika memeknya yang masih terbungkus celana dalamnya
bergesekan dengan kontol Feri yang juga masih terbungkus celana.
“Hhhhoohhh….mmhhh..hhhaahh..,”Bu Ijah mengerang penuh nafsu. Ia terus menggeliat-geliat.
“Hhhoooh Feri…enak banget sedotanmu…hhohh…hisap sayang…ohhh..enak banget…mmmhhhaaahh…enak banget susuku dihisapin begitu
sayang….hhhoohh….”
Feri makin bernafsu saja mendengar erangan Bu Ijah. Ia makin gencar menjilati,
menyedoti, dan melumati susu Bu Ijah.
“Hhhhooohh Feri sayang….hhhooohhh…,”Bu Ijah mengerang keenakan….
”Mmmhhoooh Feri..hhaahh…hhhuuhh…ooohh…oohh Feri ayo kita ke kamar ibu aja..oohh..,”Bu Ijah makin bernafsu
digeluti darah muda Feri.
Feri bangkit, ia memangku tubuh Bu Ijah dan berjalan kea rah kamar yang
ditunjuk Bu Ijah…semntara itu mulutnya tidak pernah lepas dari susu Bu Ijah..
Sesampi di kamar, Feri meletakkan tubuh Bu Ijah di ranjang. Ia dengan liar
melepaskan sarung batik Bu Ijah. Feripun akhirnya melihat celana dalam Bu Ijah
yang membungkus gundukan di s*****kangan Bu Ijah. Ia menunduk perlahan,
memandangi s*****kangan Bu Ijah. Nafasnya panas dan memburu. Feri mendekatkan
mulutnya ke s*****kanagn Bu Ijah. Lalu mengecup pelan celana dalam Bu Ijah. Bu
Ijah mengangkat pantatnya. Feri hanya sebentar mengecup celana dalam itu. Ia
lalu memandang wajah Bu Ijah, lalu mendekat dan mencium bibir Bu Ijah. Bu Ijah
menyambutnya dan membalas lumatan mulut Feri.
“Hhoohh Bu Ijah…tebal banget memekmu…lebar banget memekmu..,”
“Aku pengen dientot sekarang Fer…ga tahan lagi….entotin aku Feri…,”
“Hhhoohh….,”Feri makin penuh nafsu karena ucapan Bu Ijah. Ia berdiri membuka
seluruh pakaiannya termasuk celana dalamya. Ia kini telanjang bulat. Feri
bergerak ke s*****kangan Bu Ijah, menciumi celana dalam Bu Ijah..lalu tangannya
bergerak membuka celana dalam Bu Ijah…
Akhirnya Feri melihat jembut Bu Ijah yang hitam lebat.
“Hhhooo…,”erang Feri lalu mencium memek Bu Ijah. Ia melebarkan paha Bu Ijah
dengan tangannya. Feri menjulurkan lidahnya. Lobang memek Bu Ijah yang sudah
basah berlendir dijilatinya.
“Nghhaahh…,”erang Bu Ijah lirih seperti menangis.
”Hhhooohh
Fer….ooohhh…enak
banget Fer..hhoohh…,”
Feri makin bernafsu. Ia mengulik-ulik lobang memek Bu Ijah dengan lidahnya. Bu
Ijah merasa keenakan lalu mengangkat pinggulnya. Mulut Feri menempel dengan
ketat dis*****kangan Bu Ijah. Mulut Feri bergerilya dengan liar di liang
senggama Bu Ijah. Ia memasukkan lidahnya ke lobang memek Bu Ijah, dan
menggoyan-goyangkan lidahnya dalam lobang memek yang berlendir itu.
“Hhhhoooohhhsss…oooohhh…,”Bu Ijah mengerang.
”Hhhhooohhh
enak banget…hhhooohh…jilatin yang lama say….hhhooo..jilatin memekku say….oooohhh Fer…hhooohhh…,”erang Bu
Ijah.
Karena nafsu birahinya sudah di puncak, Bu Ijah menarik kepala Feri dan
menciumi mulutnya. Ia melumatnya dengan liar.. Bu Ijah lalu menarik tubuh Feri
ke tengah-tengah ranjang… Feri bergerak ke tengah ranjang…lalu mulutnya turun
lagi ke susu Bu Ijah dan menjilati susu Bu Ijah dengan penuh nafsu…
Bu Ijah memeluk kepala Feri di dadanya,
”Hhhhoohh say…entot aku sekarang Fer.. ibu dah penegn banget ngentot….hhhooohh..,”erang Bu Ijah. Bu Ijah menarik Feri ke arahnya. Bu Ijah sekarang berbaring telentang sementara Feri masih menunduk menjilati susu Bu Ijah.
“Entotin aku
sekarang Feri…hhooohh..ibu ga tahan lagi..hhhooo,”
Feri lalu merentangkan kaki, ia memeluk tubuh Bu Ijah yang bugil.
“Hhhooo Bu Ijah….,”erang Feri penuh nafsu.
Ia lalu menciumi leher Bu Ijah, tangan kanannya bergerak ke s*****kangannya. Ia
mengocok kontolnya sebentar lalu mengarahkan kontolnya ke memek Bu Ijah. Tangan
Bu Ijah membantu mengarahkan kontol Feri ke lobang memeknya. Dan ketika Bu Ijah
merasa kepala kontol Feri sudah pas di lobang memeknya ia mengerang penuh
nafsu. “Entot aku sekarang Fer….”
Feri menekan pantatnya. Perlahan-lahan kontolnya memasuki memek Bu Ijah.
“Nnnggghhhaahh…,”Bu Ijah mendesir dan mengerang ketika akhirnya kontol Feri
masuk seluruhnya ke dalam lobang memeknya. “Hhhhoooohhh enak say…pompa aku
Fer…genjot say…,”erang2an Bu Ijah yang lirih seperti tangisan memenuhi kamar
mesum itu. “Hhhooohhh…entotanmu Fer….entoti aku terus Fer..goyang Fer,”
Feri menggenjot tubuh Bu Ijah penuh nafsu birahi. Nafasnya panas dan memburu.
“Hhhhooohh…hhhooohhh.,’’erang Feri keenakan.
“Hhhoohh Bu
Ijah,,,,eneak sekali memekmu…oohh enak banget ngentotin memek Bu Ijah…,”
Feri terus menekan-nekankan pantatnya. Kontolnya bergerak liar di lobang memek
Bu Ijah. Kontolnya keluar masuk dengan cepat. Bu Ijah mengimbanginya dengan
memaju-mundurkan pantatnya di kasur. Kadang memutar-mutar pinggulnya.
S*****kangan mereka menempel dengan ketat. Gerakan-gerakan titu makin membuat
keduanya lupa daratan. Feri dengan penuh nafsu menggumuli tubuh Bu Ijah.
Menggenjoti tubuh Bu Ijah dengan nafsu seksnya yang panas. Bu Ijah meremas
pantat Feri dan mejadikan pantat Feri sebagai tumpuan tangannya untuk bergoyang
memacu tubuh Feri dari bawah. Bu Ijah merem melek dibuai nafsu ketika merasakn
kontol Feri yang tegang, keras, dan panas menusuk-nusuk dalam memeknya.
“Hhhhoooohhh sayangku Feri….hhoohh…enak sekali entotanmu…enak sekali kontolmu Fer…hhoohh Fer…ooohhhh Fer…ooohhh genjoti ibu
terus..hhhoohh.. kontolmu enak sekali sayang…hhoohh Fer…,”Bu Ijah makin
mempercepat gerakan pinggulnya. Ia makin melebarkan pahanya untuk membuat
kontol Feri menusuk makindalam…
“Hhhhoooohhh
entoti memekku Fer…hhooohh…hhhooohhh…hhhooohh Fer…genjot say…genjot yang keras..ahhh..Fer..ooohh entot yang keras hhhooohh Fer…ooohhh Fer…,” gerkan pinggul Bu Ijah makin liar.
Ia merasa nafsunya makin mendekati puncak. Ia mencengkeram keras pantat Feri.
Dan meliuk-liukkan pantanya. Ini membuat Feri merem-melek. Nafsunya makin
berkobar. Ia menekan-nekan pantatnya makin keras. Ia mencengkeram kasur dan
menghujamkan kontolnya dalam-dalam..
“Hhhhooohh Bu Ijah…hhhooohhh…..,”Feri mengerang…
“Ohhh..hhhhoohh…oohh sayangku Bu Ijah…aku mau keluar…ohhh…,”erang Feri
sambil menghujam-hujamkan kotolnya dalam memek Bu Ijah dengan keras. Bu Ijah
juga makin liar.
“Terus say….aku juga mau keluar…oooohhh…ooooo Fer….ooo….,”tiba2 suara Bu Ijah menghilang
tertahan. Seketika tubuhnya seperti kejang-kejang. Gerakan pinggulnya sangat
liar… Bu Ijah membusungkan dada dan menegadahkan wajah ke atas….Seiring itu
memek Bu Ijah menyemprotkan mani yang sangat banyak….
Feri meraskan semprotan mani Bu Ijah bersamaan dengan tubuh Bu Ijah yang
mengejang. Hanya bers***** satu lima detik…Feri pun menghujamkan kontolnya
kuat2, keras, dan sangat dalam di dalam memek Bu Ijah.
“Hhhooohhh Bu Ijah…hhhooohh….,’’Feri mengerang.
Ia menekan
pinggulnya. Tubuh Feri pun mengejang. Bersamaan dengan
itu kontonya memyemprotkan mani dalam memek Bu Ijah sangat banyak. Semprotan
itu berkali-kali membuat Bu Ijah meraih kepala Feri dan seperti orang kehausan
menciumi mulut Feri dengan rakus. S*****kangan Feri dan Bu Ijah menempel dengan
ketat dan kuat. Bergerak mengejang bersamaan seiring penuntasan nafsu syahwat
yang memuncak. Batang kontol Feri berdenyut-denyut mengejang dalam lobang memek
Bu Ijah… Lobang memek Bu Ijah juga berdenyut-denyut
menyedot-mengisap-menarik2-dan memijat-mijat batang kontol Feri.
“Ohhh Feri….,’desah Bu Ijah disela lumatannya pada mulut Feri.
“Hhhoooh Bu Ijah sayang..”Feri juga mengerang.
Gerakan2 kejang itu berlangsung 2 menit… mulut mereka masih saling berebutan
menjilat dan mencium. Lidah Bu Ijah dan Feri mencuat, meraih, memilin,
menjilat, dan melahap.
Merke berdua tertidur. Feri baru terbangun siang harinya. Ketika itu Bu Ijah
sedang memelukinya. Mulut Bu Ijah menempel pada dadanya menciumi dan menyedot
putting susunya yang mungil. Sementara tangan kanan Bu Ijah memijat dan
meremasi kontol Feri yang sudah keras dan tegang.
“Oh Feri, enak banget tadi dientot sama kamu…,”Bu Ijah bergerak mencium mulut
Feri. Tangannya terus meremas lembut kontol Feri.
“Aku juga merasa enak Bu Ijah. Memek Bu Ijah tebal dan empuk. Enak dientotin.
Aku juga suka susu Bu Ijah yang besar..,”kata Feri sambil menggerakkan
tangannya meremas putting susu Bu Ijah.
“Aku mau sering2 dientot ama kamu. Hhhmmmhhh….kontolmu besar dan panjang…aku suka…enak banget kontolmu pas menususk-nusuk
memekku..hhhoohhhhmmmmhh..’”Bu Ijah kembali melumat bibir Feri.
Mereka kembali berciuman dengan ganas, panas, dan liar. Saling membelit dan
menggumuli. Sejak itu Bu Ijah dan Feri sering mencuru-curi kesemapatn untuk
saling menuntaskan birahi mereka yang mesum dan panas.