Cintaku Untuk Bu Rahmi
Waktu itu siang menjelang sore, Joni sendirian di rumah, duduk di sofa di depan televisi. Tapi lama
kelamaan Joni merasa bosan. Joni memutuskan untuk keluar sebentar mencari
rokok, mumpung kedua orang tua Joni sedang tidak dirumah, dan Joni bisa bebas
merokok.
Dan Joni pun keluar dengan sepeda motor Joni .
Dasar sial warung rokok dekat rumah Joni tutup semua, dan langit mulai tertutup
mendung. Joni ragu sejenak, bingung apakah terus mencari warung yang buka atau
pulang saja, tapi setahu Joni di dekat jalan raya sana ada warung yang buka.
Joni memutuskan tetep mencari rokok ke warung di depan sana. Dan memang
akhirnya Joni bisa mendapatkan rokok di warung itu. Gerimis mulai turun. Ketika
Joni sedang tergesa-gesa menyalakan mesin motor Joni , Joni lihat seseorang
wanita berjilbab besar yang Joni kenal.
"Hei, Bu Rahmi!" Joni memanggil wanita
berjilbab itu. Ia menoleh dan tersenyum sambil menghampiri Joni .
"Hei Jo! Lagi apa kamu? Beli rokok
ya?" tanya wanita itu.
"He.. He.. Ibu tahu aja!"
"Sudah Ibu bilang, jangan merokok!"
kata Bu Rahmi,"Nggak baik untuk kesehatan."
Joni cuman cengar-cengir. Bu Rahmi adalah guru
privat adik Joni yang masih kelas 6 SD. Dia adalah seorang ibu berusia 45 tahun
dan berjilbab, dan belum dikaruniai anak. Suaminya sudah 2 bulan ini pergi ke
aceh menangani sebuah proyek jangka panjang. Seminggu dua kali Bu Rahmi ke
rumah Joni untuk memberi les untuk adik Joni . Dan Bu Rahmi sudah jadi guru les
adik Joni sejak 3 bulan yang lalu.
"Ibu mau ke rumah kan? Bareng yuk, keburu
hujan." Akhirnya dengan agak terpaksa, Bu Rahmi menumpang Joni karena
hujan sudah mulai deras. Dari kaca spion joni mencuri2 pandang wajah dan pantat
bu Rahmi yang menggairahkan. Tak terasa kontolnya mulai bangun.
Sejak pertama kali bertemu Bu Rahmi, diam-diam
Joni mengaguminya. Wanita berjilbab itu cantik dan montok. Wanita yang selalu
mengenakan jilbab besr dan baju terusan longgar itu tidak bisa menyembunyikan
keindahan dan kemontokan tubuhnya. Semuanya samar terlihat dari balik
pakaiannya yang serba longgar. Lama-lama rasa kagum itu berubah menjadi obsesi.
Joni yang terkenal suka mainin cewek, mulai bernafsu mencoba memek sang wanita
berjilbab yang jadi guru privat adiknya tadi. Pernah Joni ngintip bu Rahmi yang
sedang buang air besar di kamar mandi rumahnya. Sambil mengintip, Joni
melakukan onani. Joni ingin sekali merasakan, seperti apakah memek wanita
berjilbab yang katanya selalu memelihara dirinya itu. Hujan semakin deras, dan
ketika mereka tiba di rumah Joni , mereka benar-benar basah. Baju Joni dan bu
Rahmi semuanya basah kuyup.
"Masuk, Bu. Biar Joni ambilkan
handuk"
"jo, ibu numpang ke kamar mandi, mau
gantri baju. Untung ibu bawa baju ganti. Soalnya tadi baru saja ambil cucian
dari laundry." Kata bu Rahmi. Dan Joni baru tersadar, ini kesempatan baik
untuknya melihat kemontokan tubuh bu Rahmi ini. Jadi saat bu Rahmi ganti baju
di kamar mandi, segera Joni mengintipnya, menikmati lekuk2 tubuh bu Rahmi yang
sangat montok, dan memandangi tubuh putihnya.
Belum lagi joni mencapai klimaksnya, bu Rahmi
sudah rampung berganti baju. Jilbab putih yang tadi ia kenakan ia ganti dengan
jilbab coklat berbahan kaus yang lembut. Bajunya juga coklat, yang agak tipis.
Mereka duduk di sofa ruang tengah, mengobrol sambil minum teh hangat.
"Bukannya jadwal lesnya masih 1 jam lagi
Bu?" tanya Joni, sambil berusaha meredam nafsunya yang belum
terlampiaskan.
"Iya sih. Ibu habis dari rumah teman Ibu
dekat sini, daripada mondar-mandir, sekalian saja ke sini. Lagipula tadi sudah
gerimis." Kata wanita berjilbab itu. Suaranya yang terdengar pasrah khas
wanita solo kembali membuat gairah Joni naik ke ubun2.
Mereka mengobrol cukup lama.
"Sini Bu, cangkirnya biar diisi
lagi." Joni menawarkan.
"Eh, terima kasih!" Joni menerima
cangkir yang diulurkan Bu Rahmi dan beranjak ke dapur. Dengans engaja Joni
menyentuhkan tangannya dengan tangan bu Rahmi, walaupun wanita tadi segera
menarik tangannya. Ternyata tangan bu Rahmi halus sekali. Pikiran joni langsung
melayang, bagaimana rasanya kalo tangan halus wanita cantik berjilbab itu
mengocok kontolnya.
Saat Joni membuatkan teh hangat,
pikiran-pikiran kotor yang tadi sempat tertahan kembali muncul. Joni
mengingat-ingat tubuh Bu Rahmi yang tak mengenakan apa-apa dikamar mandi tadi.
Ia membayangkan seperti apa nikmatnya jika memek wanita berjilbab tadi ia
sodok2 dengan kontolnya. Dan semakin Joni bayangkan gairahnya semakin menjadi-jadi.
"Ini, Bu!" Joni menaruh cangkir teh
di atas meja.
Bu Rahmi tersenyum,
"Terima kasih!"
Joni masih berdiri di samping Bu Rahmi. Dan
Joni lihat ia sedikit bingung,
"Ada apa, Jo?"
Joni tak tahu kenapa Joni bisa begitu nekat
waktu itu. Dalam sekejab Joni sudah memeluk Bu Rahmi. Bu Rahmi sangat terkejut
dan berusaha melepaskan pelukan Joni . Tapi tenaga Joni lebih kuat. Joni dorong
tubuh ibu berjilbab itu hingga rebah di atas sofa.
"Jo, apa-apaan kamu?" Bu Rahmi
berontak atas perlakuan Joni . Namun perlukannya semakin erat.
Joni berbisik pelan, "Aku pengen memekmu,
Bu!" dan Joni lihat Bu Rahmi semakin terkejut. Ibu setengah baya montok
berjilbab itu diam terpaku untuk sesaat. Joni memanfaatkan waktu sesaat itu
untuk menyibak jilbab besar bu Rahmi yang montok keatas, dan langsung merenggut
lepas kancing-kancing baju panjangyang dikenakan Bu Rahmi.
"Aku menginginkanmu, Bu!"
Joni lihat payudara Bu Rahmi yang bulat berisi
di balik bra putihnya. Bu Rahmi hanya memandangnya seakan tak percaya apa yang
baru saja terjadi. Wanita alim itu sudah tak lagi meronta, sepertinya sudah
pasrah akan apa yang akan terjadi. Mungkin juga karena sudah dua bulan ini ia
tidak mendapatkan nafkah dari suaminya, secara tidak sadar ia menginginkan
perlakuan Joni itu.
Dengan cepat Joni menyibakkan baju terusan bu
Rahmi sampai ke pangkal pahanya, lalu ia lepaskan bra putih wanita berjilbab
itu. Di depan Joni kini tampak jelas payudara Bu Rahmi yang sungguh indah,
dengan tubuh yang montok, pinggul seksi, dan kaki-kaki jenjangnya. Baju terusan
yang sudah awut2an dan jilbab yang tersingkap sudah tidak bisa menutupi
keindahan tubuh wanita muda berjilbab itu yang selama ini dirindukan oleh Joni.
Tanpa menunggu Joni mulai mencumbui tubuh seksi Bu Rahmi. Mula-mula dari
payudaranya. ia mainkan lidahnya, ia ciumi dengan penuh nafsu, sesekali lidah
Joni memainkan putingnya yang menantang. ia rasakan tubuh Bu Rahmi tergetar
pelan, dan wanita berjilbab itu mulai mendesah pelan. Sesekai ada berontakan
yang setengah hati, mungkin karena dalam hatinya, wanita berjilbab itu juga
sungguh menginginkan seks yang sudah dua bulan ini tidak ia dapatkan.
Joni lanjutkan cumbuannya turun ke arah perut,
dan semakin ke bawah. Joni menarik turun celana dalam putih bu Rahmi, melalui
paha yang putih dan betis yang masih terbalut kaus kaki putih yang semakin
menggairahkan nefsu Joni. Saat itu ia dengar suara Bu Rahmi memohon pelan.
"Ja.. Jangan, Jo....nggghhh...!!!"
Tapi Joni tak peduli, Joni mulai mencumbu
sela-sela paha itu. Harumnya liang kewanitaan Bu Rahmi membuatnya semakin
bergairah. Kepala Joni ia sisipkan di antara kedua paha Bu Rahmi, dan mulai
mencumbu liang kewanitaan wanita berjilbab besar itu yang ditumbuhi bulu-bulu
halus. Ternyata memang benar, apa yang ia dengar. Memek wanita berjilbab memang
lebih harum dan manis dibanding memek wanita biasa. Mungkin karena mereka
selalu merawat memeknya sepenuh hati untuk suami mereka. Joni terus memainkan
lidahnya di sana, kadang bibir Joni memainkan klitorisnya hingga tubuh Bu Rahmi
bergetar, dan desahan-desahan pelan terdengar dari bibir wanita berjilbab itu
saat jari Joni menyusup ke dalam memeknya.
"Mmmh...., nggghhh...!!Oh..Jooonnnn....
jaaanggaaannn.....ooohh... eeenaaaak.. Oh.. Oh!" rintihan bu Rahmi yang
tak keruan itu membuat birahi Joni semakin meninggi.
Lidah nakal Joni terus menari-nari di memek
wanita berjilbab itu, menyalurkan kenikmatan yang mulai membius kesadaran Bu
Rahmi. Sekarang Bu Rahmi mulai hanyut dalam permainan cumbuannya, desahan dan
erangannya mengimbangi tarian lidah Joni pada klitorisnya. Baju terusan
coklatnya sudah tersibak sampai ke perut. Bagian dadanya sudah terbuka lebar,
ememperlihatkan payudara yang putih montok. Ibu berjilbab itu sudah terhanyut
oleh birahi. Kedua pahanya menjepit kepala Joni .
"eemmmhhh......!!! Aoooohh... jhhooon....Yaa..
Ya!Oh.. Oh, ya...Teruskan.. Oh.. Oh!"
Tak lama kemudian Joni rasakan getaran hebat
tubuh Bu Rahmi. Erangannya pun terdengar semakin keras,
"AH.. Ya, ya.. Ohhhh..
Aku..assattaggaaa.... Aku keluaaaar.. Oh yaaa.. Ooohh!" Bu Rahmi
menggelinjang hibat dan liang kewanitaannya mulai dibanjiri cairan memeknya,
membuat memek wanita montok berjilbab itu semakin becek. Joni menyapukan
lidahnya, menjilati cairan itu.
Joni melihat wajah cantik Bu Rahmi yang masih
berbalut jilbab yang sudah tersingkap kini bersemu merah, matanya terpejam,
nafasnya terengah-engah, bibirnya mengeluarkan desahan-desahan pelan. Keringat
membasahi tubuhnya yang sintal. Bu Rahmi membuka matanya, lalu memandanga Joni.
Pandangannya sayu. Masih belum hilang rasa marah dalam pandangan itu, seakan
bertanya
“Mengapa kamu melakukan ini pada ibu?” tetapi bibirnya tetap terkatup.
Joni sambut bibir Bu Rahmi dengan bibirnya.
Selama beberapa saat mereka berpagutan. Dan Joni rasakan ibu muda berjilbab
montok itu mulai membalas ciumannya.
Joni mulai melepaskan semua pakaiannya. Segera
ia sudah tak mengenakan apa-apa lagi. Senjata Joni sudah tegang sejak tadi,
seperti sebuah rudal yang siap ditembakkan. Ukurannya memang tidak seperti
milik bintang film porno yang sering ia lihat, tapi cukup besar juga. Bu Rahmi
memandang Joni dengan tatapan ragu, takut, dan nafsu menjadi satu.
"Maaf, Bu!" kata Joni pelan.
Joni tuntun kontolnya ke lubang memek Bu
Rahmi. Joni rasakan wanita montok berjilbab itu sedikit menolak saat kepala
kontol Joni menyentuh klitorisnya.
"Ja.. Jangan, Jo! Ja.. Jangan dimasukkan,
nan.. Nanti.."
"Ibu nggak usah khawatir, Jo tanggung
jawab," katanya, "Jo bisa membuat ibu mabuk kepayang!"
"Ta.. Tapi Jo.."
Belum selesai Bu Rahmi bicara, Joni sudah
menusukkan senjatanya hingga masuk setengahnya.
"Eennggghh!!!!Aaahh!!.....Ah.. Jo!"
Bu Rahmi mulai meronta.
"Tenang Bu!" Joni pegangi kedua
tangan putih wanita berjilbab itu.
Joni rasakan lubang memek Bu Rahmi yang masih
sempit itu menjepit kontolnya dan meremas-remasnya. Joni bertanya-tanya,
mungkinkah suaminya jarang menggunakan memek bu Rahmi? Joni dorong kontolnya
hingga menyusup lebih jauh. Bu Rahmi merintih,
"Eennghhh....Sa.. Sakit Jo.."
"Iya.. Iya Bu! Jo pelan-pelan
masukinnya."
Mungkin Bu Rahmi nemang jarang diberi nafkah
batin oleh suaminya. Apalagi sekarang sudah dua bulan suaminya tidak memberi,
jelas jelas sempit, pikir Joni . Joni lihat titik-titik air mata mulai basahi
mata Bu Rahmi, dan ada sebagian yang jatuh ke pipi putih mulus wanita berjilbab
itu. Pandangan yang bercampur antara marah dan birahi terlihat di mata wanita
montok berjilbab itu.
"Jo.. Hentikan! Ja.. Janganhh...
diteruskan... eemmhhh!!!" desah Bu Rahmi.
Kepalang tanggung, pikir Joni . Dan Joni
lesakkan kontolnya hingga masuk seluruhnya, sampai-sampai Bu Rahmi menjerit.
"Ah.. Jo, sakit Jo!"
"Tak apa-apa, Bu. Cuman sebentar
sakitnya."
Joni diamkan kontolnya di dalam memek Bu Rahmi
selama beberapa saat, ia rasakan pijatan lembut dinding memek wanita berjilbab
itu pada kontolnya. Terasa nikmat sekali. Lalu Joni mulai menggerakkan
pinggulnya maju mundur, mengocokkan kontolnya di dalam memek Bu Rahmi. Bu Rahmi
mengerang, pada awalnya tedengar rintihan kesakitan, namun lambat laun berganti
desahan kenikmatan.
"Ya.. Ya, Oh ya sayang! Aku setubuhi
kamu, sayanghh...!!" bisik Joni.
Peluh membanjiri tubuh Bu Rahmi, matanya
terpejam seakan-akan menjemput kenikmatan yang datang bertubi-tubi. Desahannya
mengiringi gerakan pinggul Joni. Baju terusannya awut-awutan. Jilbabnya yang
terlilit ke leher sudah bersimbah peluh. Dahinya berkerut penuh kenikmatan.
"Oh, ya.. Ough.. Ough.
Janggannh...Terusss...oohh... mmhh!! Mmhhh!!! Enaaaak, ja.. Jangaanhh...
berhentiiihh, ough.."
Joni terus memompa kontolnya keluar masuk,
menggesek dinding memek milik wanita berjilbab yang sudah sangat becek itu.
Joni lihat tangan Bu Rahmi mulai meremas-remas payudaranya sendiri. Kenikmatan
sudah menjalari seluruh tubuhnya. Desahan dan erangan terus menggema di ruangan
itu, berbaur dengan deru suara hujan di luar. Terlihat sang wanita berjilbab
itu sekarang sudah mulai menikmati memeknya disodok2 oleh kakak dari murid
privatnya. Kakinya tegang, dan rintihan kenikmatan tak berhenti keluar dari
mulutnya yang indah.
Tak lama kemudian Joni lihat Bu Rahmi
menggelinjang hebat, dan dari bibirnya terdengar erangan panjang menandakan ia
telah mencapai klimaks. Joni rasakan cairan hangat basahi kontolnya di dalam
memek wanita montok berjilbab itu.
"Oh, oh.. Ya.. Ooohh..aastagaaa...!
Akuuuhh... keluaaarghh, oh.. Oh..!"
Dan tanpa sadar tangan wanita berjilbab itu
meraih Joni dan memeluknya erat sambil terus mengerang merasakan kenikmatan
puncak yang menguasai tubuhnya.
"Oh.. Oh, ya ough!"
Nafasnya tersengal-sengal.
"Ya, nikmat sekali, oh..!"
Jonipun merasa sudah hampir mencapai klimaks,
maka ia percepat gerakan pinggulnya. Dan sepertinya gerakan Joni memacu kembali
gairah Bu Rahmi. Joni rasakan pinggul seksi Bu Rahmi mengimbangi gerakan
pinggulnya. Sodokan kontolnya terasa semakin dalam menghujam memek wanita alim
berjilbab itu.
"Oh.. Ya.. Oh, lagi sayang.. Oh!"
desah Bu Rahmi kesetanan,"Lebih cepat lagi.. Oh.. Oh!!" ternyata
nafsu birahi sudah meguasai diri wanita alim itu.
Dan tak lama kemudian Joni rasakan kontolnya
berdenyut-denyut.
"A.. Aku hampir keluar Bu!"
katanya,"Keluarin di mana?"
"Oh.. Keluarin saja.. Di dalam.. Nggak
apa-apa.."
Dan seketika itu juga Joni mencapai puncak,
kontolnya memuntahkan banyak cairan mani ke dalam memek Bu Rahmi, memenuhi
rongga kewanitaan wanita berjilbab yang sangat hangat.
"Ough.. Bu! Aku keluar, Bu! Oh nikmat sekali,
oh..!"
Bu Rahmi menggelinjang lagi, ia mencapai
klimaks lagi sesaat setelah Joni orgasme.
"Ya.. Oh, ya sayang.. Aku juga keluar..
Oh.. Oh.."
Tubuh mereka bersimbah peluh, Joni merasakan
sangat lelah. Tubuh Joni ia rebahkan di sofa di samping tubuh Bu Rahmi. Nafas
mereka tersengal-sengal. ia lihat wajah Bu Rahmi yang bersemu merah tampak
cantik, ia membisu.
"ibu marah ya?" tanya Joni. Sang
wanita berjilbab tadi diam. Terdengar pelan isak tangisnya terdengar.
Hujan masih turun dengan derasnya. Adik Joni
menelpon, katanya ia belum bisa pulang karena hujan belum reda. Dan Joni
menghabiskan sore itu berdua bersama Bu Rahmi. Bu Rahmi yang sudah lemas itu
kembali disetubuhi dengan berbagai macam gaya oleh Joni. Dan walaupun masih ada
rontaan kecil dari ibu muda berjilbab itu, tetap saja wanita alim itu mencapai
orgasme berkali2.
Tamat