Ganasnya Ibu Kost ku
Nama saya adalah Aldo. Saya merupakan mahasiswa tingkat akhir di sebuah
perguruan tinggi di kota Bogor. Saya memiliki pengalaman yang tak akan
saya lupakan seumur hidup saya. Kejadian itu terjadi pada waktu saya
masih kuliah di tingkat 1 semester ke-2.
Saat itu saya tinggal di sebuah rumah yang oleh pemiliknya disewakan
untuk kost kepada mahasiswa. Saya tinggal bersama 2 orang mahasiswa lain
yang keduanya merupakan kakak kelas saya. Pemilik rumah kos itu adalah
seorang Dosen yang kebetulan sedang studi di Jepang untuk mendapatkan
gelar Doktor. Ia telah tinggal di Jepang kurang lebih 6 bulan dari
rencana 3 tahun ia di sana.
Agar rumahnya tetap terawat maka ia menyewakan beberapa kamar kepada
mahasiswa yang kebetulan kuliah di dekat rumah itu. Yang menjadi Ibu
kost-ku adalah istri dari Dosen yang pergi ke Jepang tersebut. Namanya
sebut saja Intan. Aku sering menyebut ia Ibu Intan. Umurnya kira-kira
sekitar 30 tahunan dengan seorang anak umur 4 tahun yang sekolah di TK
nol kecil. Jadi di rumah itu tinggal Ibu Intan dengan seorang anaknya,
seorang pembantu rumah tangga yang biasa kami panggil Bi Ana, kira-kira
berumur 50 tahunan, aku dan kakak kelasku bernama Kardi dan Jun.
Ibu Intan memiliki tubuh yang lumayan. Aku dan kedua kakak kelasku
sering mengintip dia apabila sedang mandi. Kadang kami juga sering
mencuri-curi pandang ke paha mulusnya apabila kami dan Ibu nonton tivi
bareng. Ibu Intan sering memakai rok apabila dirumah sehingga
kadang-kadang secara tidak sadar sering menyingkapkan paha putihnya yang
mulus. Ibu Intan memiliki tinggi kurang lebih sekitar 165 cm dengan
bodinya yang langsing dan putih mulus serta payudara yang indah tapi tak
terlalu besar kira-kira berukuran 34 B (menurut nomer dikutangnya yang
aku liat di jemuran). Ibu Intan memiliki wajah yang lumayan imut (mirip
anak-anak). Dia sangat baik kepada kami, apabila dia menagih uang
listrik dan uang telepon dia meminta dengan sopan dan halus sehingga
kami merasa betah tinggal di rumahnya.
Pada suatu malam (sekitar bulan maret), kebetulan kedua kakak kelasku
lagi ada tugas lapangan yang membuat mereka mesti tinggal di sana selama
sebulan penuh. Sedangkan anak Bu Intan yang bernama Devi lagi tinggal
bersama kakeknya selama seminggu. Praktis yang tinggal di rumah itu cuma
aku dan Ibu Intan, sedangkan Bi Ana tinggal di sebuah rumah kecil di
halaman belakang yang terpisah dari rumah utama yang dikost-kan. Malam
itu kepalaku sedikit pusing akibat tadi siang di kampus ada ujian
Kalkulus. Soal ujian yang sulit dan penuh dengan hitungan yang rumit
membuat kepalaku sedikit mumet. Untuk menghilangkan rasa pusing itu,
malamnya aku memutar beberapa film bokep yang kupinjam dari teman
kuliahku.
"Lumayan lah, mungkin bisa ngilangin pusingku", pikirku.
Aku memang biasa nonton bokep di komputerku di kamar kosku apabila kepala pusing karena kuliah.
Pada saat piringan kedua disetel, tiba-tiba aku dikagetkan oleh suara pintu kamarku terbuka.
"Hayo Aldo, nonton apaan kamu?" Ibu Intan berkata padaku.
"Astaga, aku lupa menutup pintu kamar" gerutuku dalam hati.
Ibu Intan telah masuk ke kamarku dan memergoki aku sedang nonton film bokep. Aku jadi salah tingkah sekaligus malu.
"Anu bu, aku cuma.." jawabku terbata-bata.
"Boleh Ibu ikut nonton?" katanya bertanya padaku
"Boleh.." jawabku seakan tak percaya kalo dia akan nonton film bokep bareng aku.
"Dah lama nih Ibu ga nonton film kaya' gini. Kamu sering nonton ya?" katanya menggodaku.
"Ah, gak bu.." jawabku
"Hmm.. bagus juga adegannya" dia berkata sambil memandang adegan yang berlangsung.
Akhirnya kami sama-sama menonton film bokep tersebut. Kadang-kadang dia
meremas-remas payudaranya sendiri yang membuat kemaluanku berdiri tegak.
Dia memakai daster putih malam itu kontras dengan kutang dan celana
dalam warna hitam. Kadang aku melirik dia dengan sesekali memperhatikan
dia yang sesekali memegang kemaluannya dan menggoyangkan pinggulnya
seperti cewe yang sedang menahan kencing. Pemandangan itu membuat
darahku mendesir dan membuat batang kejantananku berontak dengan sengit
di dalam celana dalamku.
Tiba-tiba dia bertanya, "Do, kamu pernah melakukan seperti yang di film tadi ga?"
Aku terkejut mendengar kata-kata itu terlontar dari mulutnya.
"Belum" jawabku.
"Ah masa?" tanya dia seakan tak percaya.
"Bener bu, sumpah.. aku masih perjaka kok" jawabku.
"Kalo pacarmu ke kamarmu ngapain aja? ayo ngaku" tanyanya sambil tersenyum kecil.
"Ah ga ngapa-ngapain kok bu, paling cuma diskusi masalah kuliah" jawabku.
"Yang bener.. trus kalian ampe buka-bukaan baju ngapain? emang Ibu ga
tau.. ayo ngaku aja, Ibu dah tau kok" tanyanya sambil mencubit pipiku.
Wajahku jadi merah padam mendengar dia berkata seperti itu, ternyata ia sering ngintipin aku ama pacarku.
"Iya deh.. aku emang sering bermesraan sama pacarku tapi ga sampai ML, paling jauh cuma oral dan petting aja" jawabku jujur.
"Ohh..", katanya seakan tak percaya.
Akhirnya kita terdiam kembali menikmati film bokep. Akhirnya film itu selesai juga juga.
"Do, kamu bisa mijit ga", tanyanya.
"Dikit-dikit sih bisa, emang kenapa bu?"
"Ibu agak pegel-pegel dikit nih abis senam aerobik tadi sore. Bi Ana
yang biasa mijetin dah tidur kecapekan kerja seharian, bisa kan?"
"Boleh, sekarang bu?"
"Ya sekarang lah, di kamar Ibu yah.. ayo".
Aku mengikuti Ibu Intan dari belakang menuju ke kamarnya. Baru pertama
kali ini aku masuk ke kamar Ibu kosku itu. Kamarnya cukup luas dengan
kamar mandi di dalam, kasur pegas lengkap dengan ranjang model eropa. Di
sebelahnya ada meja rias, lemari pakaian dan meja kerja suaminya. Kamar
yang indah.
"Ini minyaknya", Bu Intan menyerahkan sebotol minyak khusus buat memijat.
Minyak yang harum, pikirku. Aku emang belum pernah mijat tapi saat ini
aku harus bisa. Ibu Intan kemudian membuka dasternya, hanya tinggal
kutang dan celana dalam hitam yang terbuat dari sutera. Melihat
pemandangan ini aku hanya bisa melongok takjub, tubuhnya yang putih
mulus tepat berdiri di hadapanku.
"Ayo mo mijit ga? Jangan bengong gitu".
Aku terhentak kaget. Aku lupa kalo saat itu aku mo mijit dia. Akhirnya
dia berbaring telungkup dia atas kasur. Aku mulai melumuri punggungnya
dengan minyak tersebut. Aku mulai memijit dengan lembut. Kulitnya lembut
sekali selembut sutera, kayanya dia sering melakukan perawatan tubuh,
pikirku dalam hati.
"Ahh.. enak juga pijatanmu Do, aku suka.. lembut sekali. "
Aku memijat dari bahunya sampai mendekati pantat, berulang-ulang terus.
"Do, tolong buka kutangku. Tali kutangnya ga nyaman, ganggu pijatannya" katanya menyuruh aku tuk membuka kutangnya.
Aku membuka tali kutangnya dan Ibu Intan kemudian melepas kutangnya.
Sesekali aku memijat sambil menggelitik daerah belakang telinganya.
"Ssshh.. ahh.." dia mendesah apabila daerah belakang telinganya kugelitik dan apabila lehernya kupijat dengan halus.
"Do, tolong pijat juga kakiku ya.." katanya.
Aku mulai meminyaki kakinya yang panjang dan ramping. Sungguh kaki yang
indah. Putih, bersih, mulus, tanpa cacat dengan sedikit bulu-bulu halus
di betis. Pikiranku mulai omes, aku sedikit kehilangan konsentrasi
ketika memijat bagian kakinya.
"Do, tolong pijat sampai ke pangkal paha ya.." pintanya sambil memejamkan mata.
Ketika tanganku memijat bagian pangkal pahanya, dia memejamkan mata
sambil mendesah seraya menggigit bibir pertanda dia mulai "panas" akibat
pijatanku. Aku mulai nakal dengan memijat-mijat sambil sesekali
menggelitik daerah-daerah sensitifnya seperti leher dan pangkal pahanya.
Dia mulai menggeliat tak karuan yang membuat kejantananku berontak
dengan keras di celana dalamku.
Tiba-tiba dia berkata, "Do, bisa mijit daerah yang lain ga?"
"Daerah yang mana bu?"
Tiba-tiba dia membalikkan badannya seraya membimbing kedua tanganku ke
atas payudaranya. Posisi badannya sekarang adalah telentang. Dia hampir
telanjang bulat, hanya tinggal segitiga pengamannya saja yang belum
terlepas dari tempatnya. Aku tertegun melihat pemandangan itu.
Payudaranya yang indah membulat menantang seperti sepasang gunung kembar
lengkap dengan puncaknya yang kecoklatan. Aku meremasnya dengan lebut
sambil sesekali melakukan "summit attack" dengan jari jemariku
mempermainkan putingnya. Seperti memutar tombol radio ketika mencari
gelombang.
Ia mulai menggelinjang tak karuan.
"Ahh.. oohh.. sshh", dia mendesah sambil membenamkan kepalaku menuju payudaranya.
"Do.. Jilatin payudaraku Do.. cepat..".
Aku mengabulkan permintaannya dengan memainkan lidahku diatas putingnya.
Lidahku bergerak sangat cepat mempermainkan putingnya secara bergantian
seperti penari samba yang sedang bergoyang di atas panggung.
"Oohh.. yyess.. uukkhh.." Dia terus mendesah sambil mencengkramkan tangannya di pundakku.
Dia memeluku dengan erat. Semakin cepat aku meminkan lidahku semakin
keras desahannya. Lidahku mulai naik ke daerah leher dan bergerilya di
sana. Bergerak terus ke belakang telinga sambil tanganku memainkan
putingnya. Dia terus mendesah dan dengan sangat terlatih membuka baju
dan celanaku. Sekarang yang kupakai hanya celana dalam yang menutupi
rudal Scud-ku. Kami mulai berpelukan dan berciuman dengan ganasnya.
Ternyata dia sangat ahli dalam mencium. Bibirnya yang lembut dan lidah
kami yang saling berpagutan membuatku serasa melayang seperti lalat.
Dia mulai menciumi leherku dan sesekali menggigit kupingku. Aku semakin
rakus dengan menjilatinya dari mulai leher sampai ujung kaki.
"Aahh..", aku mendesah ketika tangannya menyusup ke markasku mencari
rudalku, mengenggamnya dan mengocoknya dengan tangannya yang lembut.
Dengan bantuan kakinya dia menarik celana dalamku sehingga celana
dalamku terlepas. Aku telah telanjang bulat. Terlihat seorang prajurit
lengkap dengan topi bajanya berdiri tegak siap untuk melaksanakan tugas
yang diberikan oleh atasannya.
"Oohh.. auhh.. sshh..", dia terus memainkan prajuritku dengan tangannya.
Tanganku mulai membuka celana dalamnya yang telah basah oleh cairan
pelumas yang keluar dari dalam lobang vaginanya. Terlihat sebuah
pemandangan yang indah ketiga segitiga pengaman itu terlepas. Sebuah
pemandangan yang sangat indah di daerah selangkangan. Jembutnya yang
rapi terurus dan vaginanya yang berwarna merah muda membuat darahku
mendesir dan kejantananku semakin menegang.
"Oohh.. nikmaatt.. truss..", dia berkata sambil mendesah ketika lidahku menggelitik daging kecil di atas lobang vaginanya.
"Oohh.. sshh.. Yess.. truuss.."
Semakin cepat aku memainkan lidahku semakin cepat juga dia mengocok
kontolku. Aku terus mempercepat ritme lidahku, badannya semakin bergerak
tak terkontrol. Tanpa sadar tangannya membenamkan kepalaku ke
selangkangannya, aku hampir tak bisa bernapas. Aku mencium aroma khas
vagina yang harum yang membuat lidahku terus menjilati klitorisnya.
"Ohh.. Ssshh.. Ukhh", dia terus mendesah.
"Do.. ahh.. lebih cepat.. ukhh.. aku mo keluar nih.."
"Ahh..", terdengar lenguhan panjang dari bibirnya yang mungil.
"Aukhh..", tiba-tiba badannya menegang hebat.
Kedua tangannya menggenggam kepalaku dengan erat dan vaginanya semakin
basah oleh cairan yang keluar. Dia mengalami orgasme klitoris, yaitu
orgasme yang dihasilkan akibat perlakuan pada kelentitnya.
"Do, nikmat sekali.. Aku tak menyangka kamu pandai bersilat lidah", katanya sambil napasnya terengah-engah.
Ketika aku siap untuk menembakkan rudalku, tiba-tiba ia berkata, "Do, aku punya sebuah permainan untukmu".
"Permainan apa?" tanyaku.
"Pokoknya kamu ikut aja, permainan yang mengasyikkan. Mau?" tanyanya.
"Oke..", jawabku.
Dia mengambil sebuah slayer dan menutup mataku, kemudian menyuruhku
berbaring terlentang dan mengikut kedua tanganku dengan selendang yang
telah ia siapkan. Kedua tanganku dan kakiku diikat ke empat penjuru
ranjang sehingga aku tak bisa bergerak. Yang bisa aku gerakkan cuma
pinggulku dan lidahku. Aku pun tak bisa melihat apa yang dia lakukan
padaku karena mataku tetutup oleh slayer yang dia ikatkan. Aku seperti
seorang tawanan. Aku hanya bisa merasakan saja. Tiba-tiba aku merasakan
lidahnya mulai bergerilya dari mulai ujung kakiku. Trus bergerak ke
pangkal paha.
"Ahh", aku mendesah kecil.
Lidahnya terus bergerak ke ke atas menuju perutku, terus menjilati daerah dadaku.
"Oohh.. Ssshh..", aku mulai mendesah keenakan. Lidahnya terus naik ke
leherku dan mencium bibirku. Kemudian lidahnya mulai turun kembali.
"Ohh.. yyeess.. uukkhh..", aku mendesah hebat ketika lidahnya bermain di daerah antara lubang anus dan biji pelerku.
"Aahh..", aku terus mendesah ketika dia mulai menjilati batang
kemaluanku dari mulai pangkal sampai kepalanya, terus menerus, membuat
tubuhku berkeringat hebat menahan rasa yang amat sangat nikmat.
"Panjang juga ya punya kamu", Ibu Intan berkata padaku seraya mengulum penisku masuk ke dalam mulutnya.
"Ahh.. eenaakk.. sshh", aku mendesah ketika batang kejantananku mulai keluar masuk mulutnya.
Sesekali dia menghisapnya dengan lembut. Dia terus mengulum penisku dan
semakin lama semakin cepat. Dia memang ahli, pikirku. Tidak seperti
kuluman pacarku yang masih minim pengalaman. Ibu Intan merupakan
pengulum yang mahir.
"Aahh.. ahh.. ah.. aahh.. sshh.. teruss", aku memintanya supaya
mempercepat kulumannya. Ingin rasanya menerkam dia dan menembakkan
rudalku tapi apa daya kedua kaki dan tanganku terikat dengan mataku
tertutup.
Tiba-tiba ada sesuatu di dalam penisku yang ingin mendesk keluar.
"Ahh.. sshh.. Bu, aku mo keluarr", kataku
Mendengar itu, semakin cepat ritme kulumannya dan membuatku tak tahan lagi untuk mengeluarkan spermaku.
"Aaahh..", aku mengerang hebat dan tubuhku mengejang serta gelap sesaat
ketika cairan itu mendesak keluar dan muncat di dalam mulut Bu Intan.
Aku seperti melayang ke awang-awang, rasanya nikmat sekali ingin aku teriak enak.
"Enak juga punyamu Do, protein tinggi", katanya seraya menjiltai sperma yang tumpah.
Tiba-tiba aku tak merasakan apa-apa. Tak lama kemudian aku mencium aroma
khas vagina di depan hidungku. Ternyata Bu Intan meletakkan vaginanya
tepat di mulutku dan dengan cepat aku mulai memainkan lidahku.
"Sshh.. truuss.. ahh.. eennaakk..", ia mendesah ketika lidahku memainkan
kembali daging kecil miliknya. Semakin ia mendesah semakin aku
terangsang.
Tak lama kemudian prajurit kecilku kembali menegang hebat.
"Aahh.. sshh.. Ukkhh.. yess", ia semakin hebat mendesah membuat rudalku
telah mencapai ereksi yang maksimal akibat desahannya yang erotis.
Lama kelamaan vaginya semakin basah kuyup oleh cairan yang keluar akibat terangsang hebat.
"Aku ga tahan lagi Do", katanya seraya mengangkat vaginanya dari mulutku.
Dia memindahkan vaginanya dari mulutku dan entah kemana dia
memindahkannya karena mataku tertutup oleh slayer yang dia ikatkan
kepadaku. Tiba-tiba aku merasakan kemaluanku digenggam oleh tangannya
dan dituntun untuk masuk ke dalam sutau lubang hangat sempit dan basah
oleh cairan pelumas. Ahh.. baru pertama kali ini aku merasakan nikmatnya
vagina. Meskipun Ibu Intan bukan perawan tapi yang kurasakan sempit
juga juga vaginanya. Dengan perlahan Ibu Intan mulai membenamkan
kemaluanku ke dalam vaginanya sehingga seluruh kemaluanku habis ditelan
oleh vaginanya. Aku merasakan nikmat dan geli yang luar biasa ketika
kemaluanku masuk ke dalam vaginanya. Posisiku telentang dengan Bu Intan
duduk di atas kemaluanku persis seperti seorang koboi yang sedang
bermain rodeo...
Dengan perlahan tapi pasti, Ibu Intan mulai memainkan pinggulnya naik turun secara perlahan.
"Aaahh.. uuhh", desahku ketika Ibu Intan memainkan pinggulnya naik turun
secara perlahan dan sesekali memutarkan pinggulnya. Itu membuat diriku
seperti melayang ke udara. Aku pun mulai menggoyangkan pantatku naik
turun.
"Do.. giillaa.. enaakk ssekali..", teriak Bu Intan.
Aku tak mampu untuk berkata-kata lagi. Aku hanya bisa mendesah dan
mendesah. Lama kelamaan Ibu Intan mulai mempercepat ritme goyangannya,
naik turun dan sesekali memutarkan pinggulnya.
Tak mau kalah, aku pun mulai mempercepat sodokanku.
"oohh.. yess.. ohh..", desah Ibu Intan.
"Ahh.. uhh.. goyang terruss buu", kataku.
"Enaakk.. Doo.. tolong cepetin sodokanmu Do..", katanya.
Sodokanku semakin cepat dan semakin cepat pula Ibu Intan menggoyangkan pinggulnya.
"Ohh.. shit.. oohh.. nnikkmmat..", Ibu Intan berteriak seraya menjambak rambutku.
Dia mulai membuka slayerku. Aku bisa melihat pemandangan yang sungguh
menakjubkan sekaligus menggairahkan di depanku. Tubuh Ibu Intan yang
bergoyang membuat rambutnya acak-acakan dan seluruh tubuhnya penuh
dengan keringat. Payudaranya yang putih bersih dengan putingnya yang
kecoklatan ikut bergoyang seirama dengan goyangan pinggulnya yang
mengocok kemaluanku. Mukanya yang manis dengan mata yang sesekali merem
melek, mulutnya yang mendesah dan sesekali mengeram serta wajahnya yang
dipenuhi keringat membuat ia keliatan seksi dan menggairahkan.
"Ahh.. shit.. oh.. god.. ohh.. enak..", desahnya.
Aku melihat Ibu Intan yang setiap hari terlihat lembut ternyata memiliki
sisi yang sangat menggairahkan dan terlihat haus akan sex. Ibu Intan
pandai memainkan ritme goyangannya, kadang dia melambatkan goyangan
pinggulnya kadang dengan tiba-tiba mempercepatnya. Aku hanya bisa
mengikuti perrmainannya dan aku sangat menikmatinya.
"Aaahh..!", aku berteriak keenakan ketika aku merasakan diantara
goyangannya yang mengocok kemaluanku, vaginanya seperti menghisap
kemaluanku.
"Mampus kamu Do.. tapi enak kan? Itu namanya "hisapan maut".. Ibu
mempelajarinya melalui senam Keggel..", katanya sambil memandangku
dengan liar.
Aku semakin mempercepat sodokanku dan Ibu Intan pun mempercepat
goyangannya naik turun dan berputar secara bergantian sesekali
dilakukannya hisapan maut yang membuat seluruh tulang dalam tubuhku
seperti terlepas dari persendiannya. Ibu Intan mulai menciumi leherku
dan bibirku.
Kami semain "panas" dan lidah kami saling berpagutan sementara sodokan
kemaluanku dan goyang pinggulnya semakin lama semakin cepat.
"Uhh.. ahh.. shh.. ahh..", aku mendesah.
Ibu Intan semakin ganas menciumiku seraya aku mempercepat sodokannya. Aku merasakan sesuatu akan keluar mendesak dari penisku.
"Bu Intan.. ahh.. uhh.. shh.. akkuu mauu kkeluarr..", kataku.
"Ibu juga.. ahh.. tahann.. kita keluarin sama-sama.. sshh ahh..".
"Aku ga tahan lagi bu..".
Tiba-tiba Ibu Intan berteriak panjang.
"Aaahh.." sambil memelukku dengan sangat erat.
"Aaahh..". bersamaan dengannya aku merasakan penisku memuntahkan cairan hangat di dalam vaginanya.
Kami berciuman dan kurasakan tubuhnya dan tubuhku mengejang hebat
menahan kenikmatan yang amat sangat. Gelap sesaat yang diiringi
kenikmatan yang luar biasa membuat tubuhku seperti melayang jauh ke
awang-awang. Nikmatnya melebihi masturbasi yang sesekali aku lakukan.
Kami sama-sama terkulai lemas dengan napas yang terengah-engah seperti
dua olahragawan yang telah balap lari. Ibu Intan menatapku sambil
tersenyum manis. Aku hanya terdiam menatap langit-langit.
"Do, kamu nyesel ga ML sama Ibu?", tanya Ibu Intan kepadaku.
"Nggak bu..".
"Terus kenapa kamu termenung begitu?".
"Aku cuma bingung, aku kan mengeluarkan sperma di dalam vagina Ibu, aku cuma khawatir nanti Ibu hamil gara-gara saya"
"Ha.. ha.. ha.. jadi itu yang kamu khawatirkan?"
"Iya bu. "
"Tenang aja, Ibu teratur ko minum pil kb. Jadi kamu ga perlu khawatir?"
Apa yang dikatakannya membuatku tenang. Akhirnya kami berbicara ngalor
ngidul. Dan kami juga bercanda dan tertawa. Kami ngobrol dan becanda
dalam keadaan bugil tanpa busana sehelai benang pun menempel di tubuh
kami.
"Do, kamu lapar ga? Ibu lapar", katanya.
"Iya bu"
"Ibu masakin kamu nasi goreng spesial buatan Ibu ya?"
"Boleh", jawabku.
Kami berpakaian kembali. Ibu Intan hanya menggunakan daster putih tanpa
memakai kutang dan celana dalam, sedangkan aku hanya menggunakan celana
pendek saja tanpa menggunakan baju. Aku menunggu di meja makan sambil
nonton MTV dan Ibu Intan di dapur memasak nasi goreng. Akhirnya nasi
goreng pun selesai di masak dan kami makan bersama-sama di meja makan.
Meja makannya cukup besar, terbuat dari kayu jati dengan motif yang
indah. Di sisi lain meja makan terdapat susu kental manis, teh celup,
sebotol madu, tempat sendok dan garpu, serbet dan alas makan.
Setelah makan selesai, aku dan Ibu Intan membersihkan meja makan bekas
kami makan. Kami mulai bercanda-canda lagi. Tanpa sadar aku mulai
becanda sedikit porno dan darahku mulai berdesir melihat ia berpakaian
daster tanpa menggunakan kutang dan celana dalam. Tampak samar-samar
putingnya menonjol seakan ingin merobek daster yang dikenakannya.
Bayangan hitam di selangkangannya (jembut) merupakan pemandangan yang
indah.
"Ibu cantik dan seksi pake daster itu", kataku.
"Kamu ngerayu Ibu ya.."
"Bener lho bu, apalagi ga pake kutang dan celana dalem"
"Ah kamu.. mulai nakal ya", katanya sambil nyubit pipiku.
Prajuritku sedikit demi sedikit mulai kembali berdiri tegak. Ini akibat
dari mataku yang selalu tertuju pada gundukan hitam di balik daster Ibu
Intan.
"Lho.. kok bangun lagi prajurit kecilmu, mo tempur lagi ya", katanya.
Aku tidak segera menjawab karena tangan Ibu Intan sudah mulai menyusup
ke dalam celanaku yang emang ga make kolor. Dengan lembut ia mulai
mengocok penisku.
"Ahh..", aku mendesah kecil, lalu kami mulai berciuman dengan mesranya.
Tanpa sadar ketika berciuman tangan kami bergerilya dan mulai melucuti
pakaian masing-masing. Kami sudah telanjang bulat dan kami masih terus
berciuman sementara tangan Ibu Intan mengocok penisku dengan lembutnya.
Hmm.. rasanya nikmat sekali. Tidak tau gimana awalnya tetapi kami sudah
berada di atas meja makan, terbaring sambil berciuman. Ibu Intan dalam
posisi telentang dan aku berada di atasnya.
Aku mulai menciumi lehernya dan terus bergerak ke belakang telinga.
"Aaahh..", Ibu Intan mendesah ketika lidahku mulai bergerak lincah dan
menjilati kedua puting susunya secara bergantian sementara tanganku yang
lain memainkan klitorisnya.
Vaginanya mulai basah akibat cairan pelumas yang keluar dari lubang kenikmatannya. Tangannya terus mengocok kontolku.
"Do.. enak.. sshh..", desahnya sambil memejamkan mata.
Kami mulai berganti posisi, Ibu Intan yang mengarahkannya. Giliranku
telentang dan Ibu Intan berada di atasku dengan posisi terbalik. Kami
melakukan gaya 69. Aku menjilati klitorisnya dengan rakus seperti orang
kelaparan yang bertemu makanan sementara Ibu Intan menghisap kontolku
dengan lembut dan sesekali menjilati kepala penisku yang membuat merasa
seperti tersengat listrik.
"Uhh.. sshh..", aku mendesah ketika hisapan Ibu Intan senakin kuat.
Semakin cepat lidahku menggelitik klentitnya semakin ganas pula dia mengulum penisku.
Aku bangkit dan Ibu Intan kuposisikan telentang di atas meja dengan kaki
mengangkang. Terlihat dua buah gunung kembar yang sangat indah yang
membuat darahku berdesir hebat. Sementara di selangkangannya terdapat
bibir merah muda yang merekah lengkap dengan bulu-bulunya yang membuat
rudalku semakin mengeras. Aku segera meraih kaleng susu kental manis di
sampingku dan perlahan-lahan mengoleskannya ke seluruh tubuh Ibu Intan
dari mulai leher sampai dengan ujung kaki. Kemudian aku mengoleskan madu
disekitar puting dan kemaluannya. Aku mulai menjilatinya mulai dari
leher. Ibu Intan hanya bisa pasrah dengan mata terpejam dan dari
mulutnya terdengar desahan kecil. Lidahku bergerak turun ke arah
bahunya, kemudian bergerak menuju payudaranya.
Tubuh Ibu Intan menggelinjang ketika lidahku menari-nari di atas puncak gunung kembarnya.
"Do.. aahh.. sshh.. Ibu ga tahan.. masukin Do..", Ibu Intan meminta aku segera menusukkan penisku ke dalam vaginanya.
Tapi aku pura-pura tak mendengar. Lidahku mulai bergerilya lagi
menjilati semua susu kental yang menempel di tubuhnya. Lidah mulai
bergerak lagi ke arah perut. Lalu aku mulai menjilati dari ujung kaki
Ibu Intan, naik ke betis terus ke pangkal paha. Ketika lidahku menjilati
cairan madu yang membasahi sekitar kemaluan dan klitorisnya, Ibu Intan
menggelinjang hebat dan tanpa sadar semakin membenamkan kepalaku ke
vaginanya. Semakin ganas aku menjilati madu yang ada di klitorisnya,
semakin tak terkendali juga tubuh Ibu Intan menggelinjang.
"Sshh.. oughh.. aahh.. pleeaassee.. masukin Do..", katanya seraya menghisap jari telunjukku.
Dia mengangkat kakinya dan menyimpannya di atas bahuku sementara aku
berdiri di atas lutut. Perlahan aku mulai memasukkan penisku. Vaginanya
yang sudah basah kuyup dan licin memudahkanku untuk membenamkan seluruh
penisku ke lubang sorga dunia miliknya.
"Aahh.. nnikmmaatt..", teriaknya sambil menggoyangkan pinggulnya melingkar.
Aku mulai memainkan sodokanku. Kecepatannya semakin lama semaikn kutambah begitu pula goyangan pinggul Ibu Intan.
"Ibu.. enaakk.. uhh.. shh..", desahku sambil memejamkan mata.
"Aahh.. sshh.. mm..", ia mendesah sambil menghisap jari tanganku.
Suara becek vagina Ibu Intan yang dikocok oleh penisku terdengar seperti
sebuah nyanyian yang merdu. Sesekali terdengar bunyi derak meja makan
tempat kami bercinta. Kami berganti posisi. Ibu Intan membelakangiku
dengan posisi menungging dan aku menusuknya dari belakang. Tubuh kami
semakin basah kuyup oleh keringat. Keringat Ibu Intan yang bercampur
dengan cairan susu kental menimbulkan wangi yang semerbak. Kami semakin
terhanyut ke dalam dunia yang entah dimana.
"Teerruuss.. cepett.. lebih.. cepett.. aahh..", Ibu Intan mendesah sambil memintaku untuk mempercepat sodokanku.
Kami berganti posisi lagi. Aku dalam posisi duduk dan Ibu Intan duduk
dipangkuanku sementara penisku asyik bergulat di dalam lubang vaginanya.
"Aahh.. sshh.. goyang terruss..", desahku ketika Ibu Intan mulai bergoyang dengan ganasnya.
Kami berciuman sementara penisku dikocok oleh lubang vaginanya Ibu Intan
yang sangat hangat sekali. Vagina Ibu Intan semakin banyak mengeluarkan
cairan pelumas yang hangat. Suara becek yang diakibatkan oleh sodokan
kontolku dan beceknya lubang vagina Ibu Intan semakin keras.
"Aaahh.. sshh.. aahh.. oohh.. yess.." desahku.
"Faster.. oohh.. aahh.. ssh.. faster.. Do..", desah Ibu Intan sambil memintaku untuk mempercepat sodokan penisku.
Sementara penisku "bermain" di dalam lubang vaginanya Ibu Intan, lidahku
juga mulai memainkan putingnya. Itu membuat tubuh Ibu Intan semakin
bergerak tak karuan, goyangan pinggulnya semakin ganas dan sesekali dia
menggigit leherku untuk menahan kenikmatan yang dia rasakan.
Semakin lama semakin kupercepat sodokan penisku dan gelitikan lidahku di
putingnya semakin kupercepat pula, semakin ganas juga Ibu Intan
bergoyang.
"Aahh..!", Ibu Intan melenguh panjang sambil memelukku sangat erat
sekali, tubuhnya menegang hebat, matanya terpejam dan kurasakan ada
cairan hangat kental mengguyur penisku. Ibu Intan mengalami orgasme. Aku
semakin mempercepat sodokanku. Tubuh Ibu Intan mulai melemas tapi aku
terus mempercepat sodokanku.
"Ahh.. Ibu Intan.. aku mo keluarr.. sshh.. ahh", ada sesuatu di dalam
penisku yang mulai bergerak dan geli bercampur enak yang kurasakan mulai
meningkat.
"Do.. keluarin di luar ya.. di mulutku..", pinta Ibu Intan.
Aku mencabut penisku dan dengan rakusnya Ibu Intan segera menghisap kontolku dengan ganas.
"Aahh..", tubuhku mengejang, mataku terpejam dan tubuhku seperti
melayang menembus atmosfer bumi. Rasanya sangat nikmat sekali, sulit
dilukiskan dengan kata-kata. Aku memuncratkan air maniku di dalam mulut
Ibu Intan.
Ibu Intan terus menghisap penisku dengan ganas.
"Aahh.. sshh", aku mendesah kecil ketika penisku yang mulai loyo terus dijilati oleh Ibu Intan.
Lidah Ibu Intan terus menjilatinya sampai bersih. Lalu kami sama-sama terbaring lemas di atas meja makan. Kami masih berpelukan.
"Nikmat sekali hari ini.. thanks ya Do..", Ibu Intan berkata kepadaku sambil menatapku.
"Sama-sama.. aku seharusnya yang berterima kasih..", kataku sambil membelai rambut Ibu Intan.
Kami lalu berciuman lalu berpelukan. Karena kecapean, kami pun langsung
tertidur di atas meja makan tempat kami bermain kenikmatan.
Aku terbangun ketika cahaya sudah terang. Aku melihat jam dinding, wah..
ternyata pukul setengah tujuh pagi. Kulihat Ibu Intan masih tertidur di
pelukanku di atas meja makan yang berantakan tanpa sehelai benang pun
menempel di tubuh kami.
"Bu.. bangun..", bisikku di telinga Ibu Intan.
Wajahnya terlihat begitu cantik ketika tertidur.
"Jam berapa sekarang Do?"
"Setengah tujuh".
"Hah.. setengah tujuh?!", Ibu Intan kaget dan segera bangun.
Kami segera berpakaian dan membereskan meja yang berantakan. Kami takut
kepergok oleh Bi Ana. Ibu Intan kemudian masuk kamarnya dan mandi di
kamar mandi yang ada didalam kamarnya, aku pun segera mandi di kamar
mandi lain yang letaknya dekat dengan kamarku. Sekitar jam tujuh Bi Ana
datang dan mulai dengan aktifitas sehari-harinya. Untunglah aku dan Ibu
Intan tidak bangun terlambat sehingga perbuatan kami semalam tidak
diketahui oleh Bi Ana.
*****
Setiap ada kesempatan dan kalau nggak ada orang di rumah, aku dan Ibu
Intan sering melakukan ML, kadang di kamarnya, di kamarku, di kamar
mandi, ruang tamu dan di dapur juga pernah. Tiga bulan kemudian tepatnya
bulan juni, Ibu Intan dan anaknya menyusul suaminya di Jepang. Dan aku
pun pindah kos karena rumah Ibu Intan diisi oleh adik suaminya. Suami
Ibu Intan akhirnya mendapatkan kerja di Jepang di tempat ia kuliah, oleh
karena itu sampai saat ini Ibu Intan, anaknya serta suaminya menetap di
Jepang.
Aku tak akan pernah melupakan pengalamanku ini seumur hidupku. Terima kasih Ibu Intan, Ibu kost-ku sekaligus guru seksku.
TAMAT