watch sexy videos at nza-vids!
Janda Binal

Nancy adalah seorang wanita yang sudah cukup berumur. Walau usianya sudah menginjak awal 50-an, tetapi perawakannya masih mengundang air liur lelaki yang memandangnya. Tubuhnya setinggi 160 cm dan berbobot 48 kg dengan buah dadanya yang ranum itu (34B) selalu mengundang lirikan lelaki dan memancing fantasi liar untuk dapat menggaulinya. Wajahnya menunjukkan garis-garis kecantikan sekaligus kebinalan seorang wanita penggoda sejati. Baru beberapa bulan lalu ia kembali dikaruniai seorang putra setelah lama menjanda. Kehamilan itu sesungguhnya sebuah “kecelakaan” akibat hubungan gelapnya dengan seorang pengusaha muda di Jakarta. Tak lama sesudah anaknya itu lahir, si pengusaha mengambilnya dan kini keduanya tak pernah terdengar lagi kabarnya. Tinggallah kini Nancy dibiarkan sendiri lagi. Namun masih bisa dibilang Nancy beruntung karena pada awal affairnya ia sempat diberi deposito dalam jumlah besar yang sangat lebih dari cukup untuk membiayai persalinannya yang terpaksa dilakukan lewat operasi caesar mengingat usianya.

Tak biasanya jam 6 sore itu Nancy sudah ada di rumah. Hujan turun sangat deras sore itu. Sore itu sebetulnya Nancy mengenakan pakaian yang kelihatan sangat sensual dan menantang. Ia mengenakan kaus feminin longgar dengan berlengan ketat sesiku dengan bukaan leher yang sangat lebar, menampakkan leher dan pundaknya yang mulus terawat. Kaus kuning itu terbuat dari bahan yang lemas dan tidak terlalu tebal, membuat siapa pun yang menatapnya bisa langsung memastikan kalau di balik kaus itu Nancy tidak mengenakan bra, puting susunya kelihatan menyembul dari balik kausnya. Bagian bawah tubuhnya tertutup long dress sewarna dengan belahan samping sampai ke paha atasnya, sehingga jika ia melangkah akan menampakkan pahanya yang putih mulus menggairahkan.

Baru saja Nancy selesai menutup semua jendela dan akan menutup pintu rumah, seseorang masuk ke teras rumah itu, sambil terus melihat-lihat. Melihat ada tamu yang masuk, Nancy membuka pintu dan langsung menghampirinya.
"Ada yang bisa saya bantu?" tanya Nancy.
"Oya, kenalkan nama saya Bram," pancing pemuda itu.
"Oh, saya Nancy," balas Nancy.
"Saya mesti panggil Mbak atau Tante nih?" tanya Bram lagi.
"Terserah deh! Enaknya Bram aja gimana…………Panggil Tante juga nggak apa-apa. Hmmm…… apa kita pernah bertemu? Rasanya saya kenal nama itu" jawab Nancy.
"Aduh, Tante……. Lupa ya? Kita sering chatting kan, tapi baru kali ini ketemu" kata Bram lagi.
"Astaga…..!! Kamu rupanya……..," balas Nancy agak kaget. Nancy sudah kira-kira seminggu ini chatting dengan seseorang yang bernama Bram itu. Mula-mula obrolan biasa, lalu makin berkembang ke arah obrolan pribadi, sampai mulai menyerempet-nyerempet ke arah seks. Dalam hatinya Nancy sendiri masih belum yakin apakah lawan chattingnya itu memang seperti yang diakuinya, berbadan tegap dan memiliki alat vital besar serta mempunyai stamina luar biasa di atas tempat tidur. Maklum, banyak yang mengaku-ngaku perkasa tapi ternyata payah. Itu sebabnya ia tidak mau sembarangan berkencan. Nancy bukan tipe tante-tante pemburu brondong yang main tubruk begitu saja, meski tubuhnya sangat membutuhkan pelampiasan nafsu biologis yang cukup besar. Setelah setahun ditinggal pria yang sempat mengisi hari-harinya.

Belum sempat Nancy menyelesaikan kalimatnya, Bram langsung memeluk Nancy, sambil membungkam mulut wanita itu dengan tangannya. Dengan satu tangan erat memeluk pinggul Nancy, tangan satunya lagi dengan cepat menutup pintu rumah itu dan menguncinya. Otomatis Nancy meronta dan berusaha berteriak, sambil memukuli punggung Bram. Akan tetapi, hal itu sia-sia belaka, tangan Bram yang lebih kuat semakin mendekap tubuhnya dan membungkam mulut Nancy, hingga akhirnya Nancy sadar bahwa usaha apapun yang dilakukannya akan sia-sia. Tubuh montoknya pun menjadi lemas ketakutan. Bayangan akan diperkosa terbayang di benaknya.

Melihat Nancy sudah menjadi lemas, Bram mengendurkan dekapan dan bungkaman pada bibir Nancy. Ia langsung menciumi bibir wanita itu, dilumatnya habis wajah Nancy. Diciumi dan dijilatinya wajah cantik itu sambil nafasnya tersengal-sengal penuh nafsu.
"Aa..Apa yang kamu lakukan?? Kurang ajar kamu!!!" bisik Nancy terpatah-patah karena ketakutan.
"Tenang Tante..... Jangan takut, Tante nurut aja... Lagi pula teriakan Tante nggak akan terdengar karena derasnya hujan," jawab Bram sambil terus menciumi bibir Nancy dan tangannya sudah mulai menjamah bagian buah dada wanita itu.
"Jjjangannn... please... Kenapa kamu nggak nyari perempuan yang lebih muda aja?" pinta Nancy sambil berusaha menepis tangan Bram yang sudah mulai meremas lembut puting kirinya yang masih terbungkus kaus casual nan seksi itu. "Kalau kamu mau uang, ambil aja di lemari... Tapi jangan seperti ini...please..."
"Aku mau Tante aja... Sudah deh, Tante nurut aja... Ntar pasti Tante nikmatin juga. Percaya deh!" bisik Bram di telinga Nancy, sambil kemudian dijilatinya telinga yang putih kemerahan itu.
"Mmmhhh... Tante begitu harum... Kulit Tante mulus dan wangi......Tante cantik dan seksi, lho!" sambung Bram sambil terus menggerayangi buah dada dan lengan wanita itu. Nancy enggan mengakui kalau ia merasa tersanjung oleh kata-kata pemuda yang sedang mencoba memperkosanya itu, tetapi hati kecilnya tergoda juga oleh kata-kata pemuda itu.

Nancy menjerit, ia meronta, namun dirinya tetap tak berdaya melawan tenaga pemuda yang lebih kuat darinya itu. Sebenarnya Nancy yang rajin berolah raga bukanlah wanita lemah, namun tenaga Bram tetap lebih kuat darinya. Sambil mendorong tubuh Nancy agar rebah ke lantai, tangan Bram kini mulai berpindah ke daerah perut Nancy, yang kelihatannya sudah semakin tak berkutik. Direnggutnya kaus wanita itu ke atas, dan terpampanglah perut yang putih mulus dan buah dada ranum tanpa bra yang masih cukup kencang. Ciuman-ciuman Bram kini mulai turun ke leher, buah dada yang montok, dan akhirnya mulai menggerayangi perut dan pusar Nancy. Mulutnya menjelajahi buah dada, belahan payudara dan puting susu Nancy.

Rupanya ciuman dan rangsangan Bram itu lama kelamaan menimbulkan sensasi yang nikmat. Tak munafik, Nancy menikmati hal itu. Teriakannya berangsur-angsur berubah menjadi erangan. Tangannya yang tadinya meronta dan berusaha mendorong tubuh Bram, sekarang sesekali meremas rambut Bram dan menekan kepala Bram semakin dalam dan merapat dengan daerah dadanya. Saat ini yang terdengar hanyalah erangan-erangan kecil dari mulut Nancy yang tubuhnya sedang dirangsang oleh lidah nakal Bram.

Nancy pun akhirnya dilanda kebimbangan karena di satu sisi ia merasa harus mempertahankan dirinya agar tidak diperkosa oleh pemuda itu, di lain sisi ia mulai menikmati permainan yang agresif itu. Sementara itu, tanpa disadarinya tangan Bram sudah berhasil menyingkapkan long dress-nya, dan tangan pemuda itu sudah mulai menggerayangi daerah kemaluan Nancy.
"Nngghhh……Ooooggghhhh………." tak sadar Nancy melenguh nikmat.
Tangan kekar itu tak henti-hentinya mengelus-elus vaginanya yang sudah mulai basah. Ciuman pemuda itu pun tak henti-hentinya menggerayangi bibir, leher dan buah dadanya yang montok itu.
"Ahhh... Sshhh...Oooohhhhhh……Aaaggghhhkk………" lenguh Nancy.
Diam-diam dalam hatinya Nancy semakin menikmati kenakalan pemuda itu. Saat ini ia justru mengharapkan agar pemuda itu semakin berbuat kurang ajar padanya. Matanya mulai terpejam seiring dengan semakin membanjirnya lendir kenikmatan di vaginanya. Pikirnya, pemuda itu memang tahu caranya memanjakan wanita. Nancy pun sudah tak merasa bahwa dirinya akan diperkosa. Ia justru mendambakan seks dengan pemuda itu.

Jemari Bram bermain di pinggiran vagina Nancy. Sesekali jemari nakalnya menyelip masuk ke dalam celana dalam Nancy sambil mengusap lembut gundukan yang ada di dalamnya. Terlebih saat Bram memang sengaja mencubit klitorisnya. Hal ini membuat Nancy semakin tak kuasa untuk menahan lendir kenikmatannya yang semakin membanjiri daerah itu.
"Aughhh... Nakal kamu ya!" jerit Nancy saat merasakan jari telunjuk pemuda itu menyelip masuk dan mengusap lembut labium mayoranya.

Sesaat telunjuk pemuda itu keluar dari dalam celana dalam Nancy, ia langsung menyodorkan jemari yang dibasahi oleh lumuran lendir kenikmatan Nancy itu ke bibir seksi wanita itu. Dan langsung saja Nancy menyambut dan mengulum telunjuk yang penuh dilumuri oleh lendir kenikmatannya sendiri itu dengan penuh nafsu. Bram sendiri tak henti-hentinya menggerak-gerakkan telunjuknya yang sedang dikulum Nancy seakan-akan ingin mengorek-ngorek bagian dalam mulut wanita itu dengan lembut. Melihat wanita itu menjilati telunjuknya dengan penuh nafsu, Bram langsung mendekati bibir wanita itu, Nancy agaknya mengerti oleh apa yang diinginkan pemuda itu. Ia langsung menyambutnya dengan bibir sedikit terbuka penuh gairah. Bram langsung melumat gemas bibir Nancy.

"Aaagghhh... Sshhh...Kita ke dalam aja, Bram…. Di kamar lebih leluasa……" lenguh Nancy. Gila, pikirnya dalam hati. Ia hendak diperkosa oleh lawan mainnya, namun jadi terhanyut dan malah mengundang pemuda ini ke ranjangnya. Kelihatannya kerinduan akan penis mengisi vaginanya, sebentar lagi akan berakhir.
"Bener nih, Tante? Aku mau cicipin Tante, kalau Tante bisa melayani dan memuaskan aku, Tante pun pasti kupuaskan, percaya deh, Tante…….!" Bisik Bram di tengah desah nafasnya yang memburu karena nafsu. Tanpa lupa mengunci pintu kantor itu, Nancy membimbing Bram ke kamarnya di belakang, sementara mulutnya dan mulut pemuda itu terus berpagutan dengan ganas penuh birahi.

Sesampainya di kamar, Bram langsung melepas seluruh pakaiannya. Ternyata yang diungkapkan lewat chatting bukanlah bualan, badan pemuda itu kekar dan tegap, tubuhnya nampak atletis dan proporsional, sementara ukuran penisnya yang kini mengacung tegak sunguh luar biasa, dengan panjang sekitar 25 cm dan diameter batang sekitar 5 cm. Melihat tubuh telanjang Bram, Nancy menjadi semakin terbakar oleh nafsu. Ia semakin lupa pada keadaan dirinya yang hendak diperkosa. Dan agaknya keadaan itu sekarang telah berubah menjadi keinginan untuk sama-sama saling memuaskan karena Nancy yang segera melepas long dress dan celana dalamnya langsung mengambil posisi telentang di ranjang, dengan pahanya agak terbuka. Nancy langsung menarik kepala pemuda itu, diciuminya bibir pemuda itu dengan penuh gairah. Kemudian direngkuhnya kepala pemuda itu agar mulutnya mengarah ke vaginanya. Bram yang memang sudah terbakar oleh nafsu sejak pertemuan tadi, langsung saja menuruti keinginan wanita itu. Seperti terungkap lewat chatting mereka, selain seks dengan berbagai gaya Nancy juga sangat suka cunnilingus maupun fellatio.

Bram mulai melakukan cunnilingus, ia langsung menjilati vagina Nancy dan digigitnya dengan penuh nafsu sambil kepalanya terus dipegang dan dijambaki oleh Nancy. Rupanya Nancy tak cukup hanya dipuaskan dengan jilatan-jilatan liar Bram, ia juga menekan-nekan wajah pemuda itu pada vaginanya. Hingga tak lama kemudian, Bram merasakan daerah sekitar selangkangan wanita itu bergetar, dan makin lama getaran itu makin hebat, hingga tak lama kemudian, saat ia sedang menggigit-gigit kecil klitoris wanita itu, terdengar teriakan liar Nancy.
"Ooghhh iiyyyaahhh... Terrusshhh... Mmmppffhhh... Ghhaahhh..." racau Nancy.

Wajah Bram langsung tersembur oleh cairan yang hangat dan kental yang berasal dari dalam liang vagina Nancy. Rupanya Saat itu Nancy baru saja mengalami orgasme yang cukup banyak di awal permainan mereka. Dan langsung saja, tanpa diberi komando, dengan lahapnya Bram menjilati lelehan lendir kenikmatan dari dalam vagina wanita itu. Hal ini tentunya membuat Nancy yang baru saja mencapai orgasme dilanda rasa geli yang amat sangat.

"Hhhaaahhh…….. ssttoopp!! Sttooppp!!! Ghiillaahh... Ohhh Sttoopp……. Sshhh..." teriak Nancy sambil berusaha menjauhkan selangkangannya dari wajah pemuda itu.
Bram semakin terbakar gairahnya, ia kemudian berdiri sejenak di hadapan sang Tante sambil mengacung-acungkan penisnya yang sejak tadi telah menegang penuh di hadapan Nancy.
"Woow..." kagum Nancy sambil mengarahkan tangannya untuk menggenggam penis itu.
"Aaahh... Tanteeeeee..." bisik Bram saat jemari wanita itu menggenggam dan meremas lembut penisnya.
Nancy langsung mengocok penis di genggaman tangan kanannya itu dengan penuh kelembutan. Sementara itu tangan kirinya mengusap-usap vaginanya sendiri yang mulai basah kembali. Rupanya ia pun tak sabar ingin digarap oleh pemuda itu. Dipindahkannya tangan kirinya yang sudah dibasahi lendir kenikmatannya ke penis Bram, dan dibalurinya penis yang menegang keras itu dengan lendirnya.

"Aaahhh... Angettt Tante…...." Bisik Bram sambil memejamkan matanya.
"Hhhmm?? Anget? Tante punya yang lebih panas, Sayang!" tantang Nancy sambil mengarahkan bibir seksinya ke penis pemuda itu. Dan langsung dikulumnya penis dihadapannya dengan penuh nafsu.
"Ngghhh... Mmmhhh..." desahnya.
"Ooohhh... Iyaaahh terussshhh Tanteeehhh... Ssshhh..." Bram pun semakin meracau tak karuan.
Nancy menemukan kenikmatan yang lebih memacunya untuk terus mengerjai penis pemuda itu karena ia mencium dan merasakan aroma dan basah dari lendir kenikmatan yang berasal dari vaginanya sendiri. Dan itu membuatnya semakin liar menjilati benda yang panjang dan panas itu. Ia melakukan fellatio dengan gaya yang merupakan keahliannya yaitu “deep throat”.

"Mmmhhh... Ssshhh..." bisik Bram tak henti-hentinya sambil mengacak-acak rambut Nancy, sehingga rambut panjang ikal Nancy menjadi acak-acakan dan terlihat sangat menggairahkan.
Nancy berhenti sejenak dari kegiatannya mengelomoti penis pemuda itu, sambil terus bersimpuh di hadapan Bram, ia menengadah menatap wajah pemuda itu dengan tatapan sayu penuh gairah. Melihat wajah Nancy yang sedang terbakar oleh gairah seperti itu membuat Bram semakin tak sabar untuk segera menggarap wanita itu. Diacak-acaknya rambut Nancy dengan gemas.
"Kau ingin lebih panas, Sayang? Hhmm….?" tantang Nancy dengan tatapan penuh nafsu..
"Layani aku, Tante! Beri aku seks dahsyat yang Tante rindukan itu!" pinta Bram sambil terus mengacak-acak rambut Nancy.
"Tentu, Sayang!" jawab Nancy.

Mulut Nancy kembali beraksi. Dikulum-kulum dan dijilatinya batang kemaluan pemuda itu hingga penis itu basah mengilap. Nancy semakin menggila dan liar. Sampai-sampai bola matanya nyaris berputar kebelakang saat ia mengelomoti batang yang menegang dan panas itu. Diameter penis Bram yang besar membuat Nancy harus membuka mulutnya lebar-lebar. Karena panjangnya sekitar 25 cm, penis itu tak bisa seluruhnya masuk dalam mulut Nancy, hanya bisa masuk sekitar setengahnya, tapi keahlian Nancy sudah cukup membuat Bram merem melek keenakan. Sesekali Nancy menggigit-gigit urat-urat kemaluan Bram yang menonjol-menonjol akibat tegangnya penis itu hingga pemuda itu meringis.

Bram yang semakin tak sabar dan terbakar oleh gairah langsung saja menarik tubuh Nancy agar berdiri di hadapannya, dan langsung saja Nancy menyerang bibir pemuda itu dengan penuh nafsu. Dipagutnya bibir dan lidah Bram. Mereka berdua memang benar-benar sudah terbakar oleh nafsu.
"Tante, aku sudah nggak tahan nih!" pinta Bram sambil membalas pagutan-pagutan liar Nancy.
"Tante juga, Sayang! Ayo Tante layani kamu, Bram!" balas Nancy dengan tatapan sayu memelas penuh nafsu. "Sebentar Tante buka kaus Tante dulu ya!? Sabar, Sayang!".
"Nggak usah, Tante! Aku suka ngeliat Tante cuma pake pakaian kaya gitu," pinta Bram, "Tenang aja, tetep seksi kok!" sambungnya menenangkan Nancy sambil meremas-remas lembut payudara montok itu.

Bram langsung mendorong tubuh Nancy agar membelakangi tubuhnya, kemudian diaturnya agar tubuh Nancy menungging. Nancy langsung menyadari, rupanya pasangannya ini ingin mengerjainya dalam posisi doggie style terlebih dahulu. Dengan tangan berpegangan pada tepi ranjang, ia langsung mengambil ancang-ancang doggie style, bongkahan pantatnya yang montok mulus itu menghadap Bram, siap untuk dikerjai. Dengan paha yang lebarkan Nancy terlihat sangat menggairahkan saat itu. Dan hal ini semakin membuat Bram terangsang dan tak sabar. Pemuda itu langsung mengarahkan penisnya yang sudah benar-benar panjang dan tegang tepat ke arah vagina wanita itu.

Nancy benar-benar semakin menikmati permainan liar ini. Digeleng-gelengkannya kepalanya kesana kemari sampai rambutnya semakin acak-acakan. Beberapa kali kedua bola matanya itu berputar ke belakang saat tubuhnya mendongak ke atas mengimbangi kenikmatan yang ia dapatkan dari Bram. Nancy semakin menggila, ia seolah ingin dijadikan budak seks oleh Bram.
"Oooccchhh... Yaaahhh... Ssshhhttt...Ooooggghhhhh" racau Nancy, "Terus Ssaayyaang... akkhh... oohhh"
"Oh Tante... Pinggulmu begitu mulus... Liang vaginamu begitu harum Tante..." racau Bram sambil terus memompa vagina Nancy.

Tiba-tiba Nancy merasa ada sesuatu yang akan meledak lagi dari dalam selangkangannya. Tubuhnya tergetar hebat. Bram pun merasakan vagina dan daerah selangkangan Nancy mengejang dan bergetar hebat.
"Ooocchhh... Aaacchhh... Ggghhaaahhh... oooohhhhhh!!!" racau Nancy dengan liarnya.
"Ahhh Ghiillaaa..." teriak Nancy sambil tubuhnya mengejang dan kedua tangannya meremas erat tepian ranjang, kakinya direnggangkan penuh seakan-akan ia ingin memeras lebih banyak cairan yang keluar dari dalam rahimnya itu. Beberapa menit kemudian tubuh montoknya langsung terkulai lemas dan mungkin karena tak kuat menahan sisa-sisa orgasmenya ia langsung terjatuh ke lantai karena seluruh persendiannya seakan-akan lepas dan sangat lemas.

Bram pun menghentikan kegiatannya untuk memberikan kesempatan istirahat pada Nancy. Tetapi ia tak menghentikan ciuman-ciuman dan jilatan pada daerah sekitar selangkangan wanita itu.
"Aaacchhh... shhhttt... gelii Sayang... ohhfff... aaaaaggghhhhh!!!" desah Nancy saat Bram menjilat-jilati sekitar vaginanya yang masih terasa sangat peka.
"Mmmfffhhh... Ohhh yaaahhh... Banjir Sayang?" bisik Nancy sambi melirik pada Bram yang terus mengerjai vaginanya yang masih berdenyut-denyut itu.
"Mmmhhh……. Tante..." bisik Bram sambil mempererat dekapannya pada tubuh montok Nancy yang terasa makin panas di hari yang dingin itu, hal itu pun makin menimbulkan rangsangan pada tubuh Bram sehingga penisnya pun semakin menegang minta dipuaskan.
"Hmmm…... Ada yang tegang tuh di bawah!" bisik Nancy manja dan menggoda.
"Sudah siap melayani, Tante?" tantang Bram sambil menciumi telinga dan leher wanita itu.
"Nnngghhh... Siap, Sayang! Tante milikmu, please…….." pinta Nancy.

Langsung saja Bram bangun dari tubuh Nancy, kemudian diaturnya posisi kaki Nancy agar mengangkang lebar. Terlihatlah di hadapannya vagina Nancy yang merekah. Walaupun sudah berumur, tetapi vagina wanita itu masih terlihat memerah segar, kontras dengan kulit Nancy yang putih. Bulu-bulu di sekitar vagina Nancy terpotong rapi, menandakan bahwa wanita ini memang cukup memperhatikan organ kewanitaannya tersebut. Pemandangan itu semakin membuat Bram tak henti-hentinya menelan ludah. Diarahkannya penisnya langsung ke vagina Nancy, digesek-gesekkannya di bagian labium mayora Nancy. Rupanya ia ingin menggoda wanita itu sebentar.

"Cepat, Bram! Masukkan penismu! Tante nggak sabar Sayang! Please..." racau Nancy sambil meremasi buah dadanya yang telanjang tak terbungkus bra itu.
"Hmmm... Nggak sabar ya, Tante? Tadi kok meronta?" goda Bram sambil terus menggesekkan penisnya naik turun pada vagina Nancy.
"Ooohhh…….! Kan tadi Tante masih kaget, Sayang……. Ayo dong, Sayang!?" rupanya Nancy sudah semakin tak sabar.
Bram rupanya memang sengaja ingin mengalihkan perhatian wanita itu. Ia ingin mempermainkan Nancy, dan membuat wanita itu terlena, sampai tiba-tiba, saat Nancy tak menyadarinya... Blesss... Melesaklah penis Bram yang besar, panjang dan panas berdenyut-denyut itu perlahan-lahan ke dalam vagina Nancy. Kejutan ini benar-benar mengagetkan Nancy. Kedua matanya melotot nyaris keluar. Entah karena kenikmatan yang dirasakannya atau karena rasa kagetnya, tetapi yang pasti ia sangat menikmatinya.
"Ooohhh... Aaaaagggghhhhh….. gede banget, Sayang? Aaahhh... Ssshhhttt... Gillaahhh... Mmmhhh..." racau Nancy. Baru kali ini vaginanya dimasuki penis sebesar dan sepanjang itu. Kali ini ia benar-benar merasakan kehebatan penis Bram. Denyutan penis Bram dalam vaginanya itu seakan-akan memompa lendir kenikmatannya semakin banyak keluar dari dalam vaginanya. Bram rupanya sengaja membiarkan pinggulnya tak bergoyang dahulu. Ia ingin menikmati saat-saat pertama kalinya penisnya itu berada dalam relung vagina wanita itu.

Penis itu terus berdenyut-denyut keras di dalam vagina wanita itu. Begitupun dengan vagina Nancy yang terus berkontraksi memijat-mijat benda asing besar dan panjang yang sedang berada dalam relung kewanitaannya itu. Kedua mata mereka terpejam erat menikmati sensasi yang mereka rasakan. Sambil menikmati denyut demi denyut dari dalam vagina Nancy, Bram meremas-remas kedua payudara Nancy penuh nafsu, tingkahnya mirip seorang anak kecil yang baru saja mendapatkan mainan. Kenakalan Bram itu tentunya semakin membuat Nancy menggelinjang tak karuan. Denyutan vaginanya pun makin menggila, sehingga otomatis penis Bram semakin merasakan pijatan-pijatan penuh kenikmatan. Keduanya saling berciuman. Berpagutan dengan liarnya tiada henti. Nancy menggigiti lidah dan bibir Bram sambil terus menekan dan membuat jepitan dalam vaginanya. Nancy rupanya sudah berubah menjadi liar dan buas. Perlahan-lahan Bram mencabut penisnya dari dalam vagina Nancy. Ia tak ingin melakukannya tergesa-gesa. Gesekan penisnya yang dilakukan perlahan namun pasti itu benar-benar menimbulkan sensasi yang menggilakan. Nancy semakin terpejam dan bibirnya yang dibalut lipstik merah menyala itu semakin terbuka seksi.

"Ooohhh... Mmmhhh..." desah Nancy mengiringi gesekan penis pemuda itu dalam vaginanya.
"Tanteeeeeeeee... Aahhh... Ssshhh... Nikkkmaaattthhh... " balas Bram.
"Iyyyaaahhh... Terushhh Braaam... " bisik Nancy.

Tiba-tiba Bram mencabut perlahan penis itu hingga keluar dari dalam vagina Nancy. Hal ini menimbulkan kekecewaan yang besar dalam hati Nancy. Ia masih menginginkan penis itu berada dalam relung kewanitaannya, mengobok-obok vaginanya penuh nafsu, ia ingin menduduki penis itu hingga melesak jauh ke dalam vaginanya, ia ingin dijadikan budak nafsu pemuda yang baru saja dikenalnya itu. Sementara itu dengan senyum penuh menggoda, Bram hanya memandangi wajah kecewa Nancy sambil mengocok-ngocok penisnya yang basah dibaluri lendir kenikmatan dari dalam vagina Nancy.

"Pleeeease... Braaam... Kenapa berhenti? Please... Braaam... Garap Tante……... Perkosa Tante... ! Perlakukan Tante sesukamu Sayang!..." racau Nancy makin menggila, semakin merintih-rintih dan menggeliat tak karuan.
Tak kuat melihat pemandangan menggiurkan di hadapannya, Bram langsung mendekati Nancy, memeluk tubuh seksi wanita itu dan menindihnya penuh nafsu. Bibir seksi Nancy langsung menyambut pagutan panas pemuda itu. Dihisapnya lidah nakal Bram yang langsung menjilati seluruh permukaan bibirnya. Nancy begitu menikmati sensasi permainan ini. Tak terhitung lagi berapa kali lendir pelumas keluar dari dalam vaginanya yang semakin terasa panas bila bergesekan dengan paha atau penis Bram. Rupanya Bram pun menyadari hal ini. Ia telah berhasil membakar gairah Nancy sepanas-panasnya. Dan ia pun semakin tak sabar untuk mendorong masuk lagi penisnya ke dalam vagina wanita itu.

"Aku nggak kuat lagi, Tante! Kumasukkan sekarang ya!?" pinta Bram sambil menciumi wajah Nancy, sementara tangan kanannya mengocok penisnya yang telah menegang penuh tepat diantara selangkangan Nancy yang mengangkang lebar.
"Tante juga sudah nggak kuat! Cepat masukin, Sayang! Ssshhh..." racau Nancy sambil mengangkat pinggulnya mengarahkan vaginanya yang merah basah, kontras dengan kulit putih mulusnya mendekati penis Bram yang menegang dipenuhi urat-urat menonjol. Dan tak lama kemudian... Blessshhh... Melesaklah penis panjang dan besar itu ke dalam vagina Nancy.

"Ssshhh... Ooohhh... Teruuussshhh Sayang... Mmmhhh" bisik Nancy sambil mulutnya menganga lebar dan matanya terbelalak, pertanda ia amat menikmati penetrasi itu.
"Tanteeeeeeeee..... Nnnggghhh..." desah Bram menyertai gerakan pinggulnya mendorong masuk penisnya perlahan-lahan ke dalam vagina Nancy. Ia amat menikmati setiap inci rongga vagina Nancy yang dilewati penisnya. Vagina itu begitu kenyal, panas, basah dan terasa berkedut-kedut seakan-akan sedang memijat penisnya yang sedang berada di dalamnya. Saat penisnya sudah berada seluruhnya dalam vagina Nancy, tanpa membuat gerakan apapun keduanya menikmati sensasi demi sensasi yang mereka rasakan. Tanpa langsung mengocokkan penisnya, Bram menciumi seluruh bagian tubuh Nancy yang berada dalam jangkauannya bibir dan lidahnya.

Dipilinnya puting susu Nancy dengan menggunakan giginya. Sesekali ia menyupang buah dada wanita itu, sehingga disana-sini meninggalkan garis merah yang kontras dengan warna putih kulit payudara Nancy. Mulutnya menghisap puting susu payudara kanan Nancy dengan begitu intens. Diseruputnya berulang-ulang puting itu penuh nafsu. Karena Nancy sudah pernah menyusui anaknya dulu, tak ayal lagi muncul sensasi dan naluri keibuan seperti yang dulu ia alami. Kelenjar air susunya bereaksi dan dari puting yang sedang dihisap Bram itu keluar air susu hangat, mula-mula sedikit, namun kemudian makin deras.

"Aaagggggghhhhh……..Ssshhh... Ooohhh... Sayang......susuku keluar……!!"
"Nggak apa-apa, Tante….Aku suka kok, air susu Tante manis dan anget, aku jadi makin horny nih…..!!" balas Bram sambil terus mengenyot puting itu, seperti bayi yang sedang menetek ibunya.
"Oooooouuggghhhh………. Nggak apa-apa kan, Sayang? Kamu sss….sssuuukkaaa?……. mmmhhh……. Hisap semau kamu......semua buat kamu…… Tante senang bisa netekin kamu seperti ini……. Terusin…… oogghhhhhhhh……." bisik Nancy sambil mulutnya terengah nikmat.

Bram meneruskan menetek dengan rakus.
"Ooogghhhh……….Aaagghhhhh…….. Yang kiri juga masih ada, Sayang......hisap semua…… Tante sudah lama nggak netekin seperti ini………oogghhhhhhhh……." rayu Nancy lagi.
Bram tak langsung berpindah, beberapa kali dikenyotnya kuat-kuat puting susu kanan Nancy itu.
Ketika mulutnya ganti mengenyot puting susu Nancy yang sebelah kiri, kali ini air susu Nancy langsung mengalir dengan deras, membuat Bram terus menetek dengan rakusnya.

Keduanya semakin terbakar gairah, hingga di satu saat, keduanya tak kuat lagi menahan nafsu yang tertahan, tanpa dikomando oleh salah satu dari mereka, baik Bram maupun Nancy membuat gerakan yang mengejutkan dengan sama-sama mengangkat pinggul mereka sejauh mungkin tetapi tanpa melepaskan ujung penis Bram, kemudian secara berbarengan keduannya saling menghujamkan pinggul dan selangkangan mereka.

"Aaahhh yyhhhaaahhh... Ssshhh..." teriak Nancy saat penis Bram melesak masuk dengan cepat ke dalam vaginanya dan mentok menabrak dinding rahimnya.
"Ggghhaaahhh... Oooffhhh... Mmmhhh..." racau Bram tak kuat menahan suaranya sendiri.
Kemudian keduanya langsung saling berlomba mengayunkan pinggul mereka. Bram yang sudah menahan nafsu sejak tadi langsung memompa vagina Nancy secepat mungkin. Begitupun dengan Nancy, ia mengangkangkan selebar mungkin pahanya yang putih mulus dan mengimbangi gerakan pinggul Bram dengan sedapat mungkin meremas-remas penis pemuda itu dengan vaginanya bila ia merasakan penis Bram terbenam dalam-dalam di vaginanya.

Keduanya langsung saja saling berlomba untuk memberikan yang terbaik buat pasangannya dan saling mengejar meraih kenikmatan. Ruangan itu pun langsung dipenuhi suara erangan kenikmatan keduanya diiringi suara decak becek dari vagina Nancy yang justru makin membuat keduanya terbakar nafsu.

Nancy begitu menikmati permainan pinggul Bram. Jujur saja dalam hatinya ia mengakui bahwa permainan pemuda itu begitu hebat sampai-sampai terkadang ia tak sempat mengambil nafas. Bram mengayunkan pinggul begitu cepatnya seakan-akan ia sedang diburu-buru oleh suatu hal sehingga ia ingin cepat-cepat mengakhiri permainan ini. Erangan Nancy yang terbata-bata akibat serangan goyangan pinggul Bram yang begitu cepatnya justru semakin membakar nafsu Bram. Ia begitu menikmati saat memandangi wanita yang sedang disetubuhinya itu mengerang tak jelas dan merintih-rintih. Nancy kini sedang diperbudak oleh gairah.

"Ooohhh... Masukin penismu lebih dalam Sayang! Puaskan dirimu! Perkosa Tante! Aaahh... Aahhh... Yyyiiaahhh... Mmmhhh... Ooohhh... Ttterrrusshhh... Yyyaahhh... Therussshhh... Nnngghhh... SSsshshhh..." racau Nancy sambil tangannya meremas dan menekan kepala Bram makin dalam ke arah buah dadanya.
"Ooohhh... Tanteeee... Mmmhhh... Tanteeeeeee... Nikmat banget, Tante!!!" racau Bram terbata-bata.
"Ttterrruussshhh... Yyyiiaahhh... Mmmhhh... Perkosa Tante! Anggap Tante budakmu, Sayang…... Puaskan dirimu! Ayooohhh…….." Nancy semakin menggelinjang tak karuan dan semakin menggila oleh nafsu.

Selain menggarap kedua payudara Nancy, sesekali Bram menjilati tubuh Nancy yang basah oleh keringat. Dijilatinya keringat yang bercampur dengan aroma parfum dari tubuh wanita itu. Mereka bertahan dengan posisi itu selama sekitar 40 menit sampai akhirnya Bram merasa pegal di kedua lututnya. Kemudian Bram mengajak Nancy untuk berganti posisi yang langsung disetujui wanita yang sudah terbakar birahi itu.

Kali ini Lennylah yang menentukan posisi permainan mereka. Ia langsung mendorong tubuh Bram agar berbaring di ranjang, kemudian Nancy langsung menggenggam erat penis Bram, dikocok-kocoknya sebentar, kemudian dijilatinya penis yang basal dilumuri oleh lendir dari vaginanya sendiri. Nancy begitu menikmatinya. Dijilatinya hingga tak ada lagi sisa lendir dari vaginanya yang menempel di penis Bram. Pemuda itu makin terangsang oleh permainan Nancy. Ia benar-benar menikmati pemandangan Nancy yang sedang menjilati lendir dari vaginanya sendiri yang menempel pada penis Bram tanpa rasa jijik. Sepertinya wanita itu benar-benar haus akan kenikmatan. Tak ada bagian dari batang kemaluan pemuda itu yang luput dari garapannya. Sampai-sampai terkadang pinggul Bram dibuatnya mengangkat bila lidahnya bermain menjilati bola kembar milik Bram.

Setelah penis Bram bersih dari lendir kenikmatannya, Nancy langsung berdiri, memutar, mengambil posisi berlawanan dengan Bram, kemudian ia berjongkok dengan posisi pantat dan vaginanya tepat dihadapan wajah pemuda itu.
"Jilatin punya Tante, Sayang! Puaskan rasa hausmu! Ssshhh..." pinta Nancy penuh nafsu.
"Mmmhhh... Harum banget, Tante! Sssllluuuuurrppp..." bisik Bram sambil memulai permainannya menjilati vagina Nancy yang berjonkok tepat di atas wajahnya.
"Aaahhh... Ssshhh... Nikmattt SSaayaaang!!! Terrussshhh... Iyyaahhh... Mmmppfffhh..." racau Nancy.

Jemari Bram ikut memainkan vagina Nancy, sehingga sesekali Nancy menjerit kecil bila ia merasakan 1, 2 atau 3 jari Bram masuk ke dalam vaginanya.
"Aawww... Nakal kamu Bram!" pekik Nancy saat ia merasakan Bram menggigiti klotorisnya.
Dan... Seerrr... Langsung saja vaginanya bergetar hebat dan Nancy pun mendapatkan orgasme entah keberapa kalinya, Nancy pun semakin merem melek dibuai permainan seks Bram. Pemuda itu yang menyadari bahwa Nancy baru saja mendapatkan orgasmenya langsung mencaplok vagina di hadapannya, dijilati dan dihisapnya kuat-kuat.

"Aaahhh... Ggghaaahhh... Sayang!! Ampuuuuuun!! Ooowww... aaaagghhhh…..Mmmhhh..." racau Nancy, karena ia merasakan kegelian dan kenikmatan yang amat sangat saat Bram menghisap-hisap dan menjilati vaginanya yang baru saja merasakan orgasme itu. Vaginanya semakin berkedut-kedut tak karuan. Nancy memejamkan matanya erat-erat menikmati perasaan yang membuatnya melayang itu.
"Hhhhhh... Nikmat Sayang! Tante benar-benar dibuat gila, Sayang!" racau Nancy. Dalam hatinya ia mengakui kelihaian pemuda itu dalam membangkitkan nafsunya. Belum pernah ia diperlakukan seperti ini oleh siapapun, terlebih suaminya yang seringkali tak pernah membuatnya puas seperti saat ini.

Setelah nyaris ambruk karena lemas setelah orgasme, Nancy langsung bangkit berdiri, kemudian mengambil posisi mengangkangi penis Bram yang masih menegang dengan gagahnya. Bram yang terlentang di ranjang memandangi tubuh montok Nancy yang menghadap ke arahnya dan saat ini tengah mengarahkan selangkangannya tepat di atas penisnya. Dipandunya pinggul wanita itu dengan memegangi bongkahan pinggul Nancy agar segera melesakkan vaginanya di hadapan penis Bram. Pemandangan di hadapan pemuda itu begitu menggiurkan. Bongkahan pantat yang putih mulus, selangkangan yang sedang mengangkang lebar dan perlahan-lahan turun mendekati penisnya.

Tak henti-hentinya Bram menelan ludahnya sendiri. Ia benar-benar tak sabar untuk menyatukan raga bagian bawah mereka lagi. Dan tanpa diduga, ternyata Nancy memang sengaja mempermainkan Bram. Ia tak langsung membiarkan penis di bawahnya itu melesak masuk ke dalam relung vaginanya. Diputar-putarnya pinggul montoknya tepat di atas penis Bram, hingga terkadang liang vaginanya bergesekan dengan kepala zakar milik Bram, yang semakin membuat Bram melenguh dan menggelinjang tak karuan.

"Ayo, Tante! Jangan nakal gitu dong!" bisik Bram tak sabar.
"Biar tahu rasa kamu! Ya gitu itu nggak enaknya kalau dibikin penasaran! Biar sekalian kamu tahu kalau Tante juga bisa nakal, Sayang!" kata Nancy sambil matanya mengedip nakal menggoda.
"Wah, Tante nakal banget sih! Nanti kugarap yang lama, lho…!".
Bllleessshhh......... vagina Nancy seolah membungkus penis besar dan panjang di bawahnya itu. Nancy terus menekan selangkangannya menerima hujaman penis Bram dari bawah. Kepalanya menunduk menahan rasa nikmat yang menggelora di bagian selangkangannya.
"Ooohhh... Ssshhh......aaaaagggghhhhhh……" desah Nancy penuh kenikmatan.
"Mmmhhh... Terush Tante... Nikmat dan anget!" bisik Bram sambil meregangkan kakinya lebar-lebar.

Setelah Nancy merasakan kepala zakar Bram sudah membentur mentok dalam vaginanya, masih dalam posisi berjongkok ia terdiam, menikmati sensasi yang dirasakannya jauh dalam liang kewanitaannya itu. Denyut demi denyut yang dirasakannya dari penis Bram benar-benar membuat dirinya semakin terbuai akan kenikmatan itu.
"Naikkan sedikit pantatnya, Tante!" pinta pemuda itu sambil mendorong pantat Nancy.
Gerakan itu otomatis membuat penis Bram yang sedang tertancap jauh dalam vagina Nancy menjadi sedikit tercabut sampai bagian kepala penis Bram. Sehingga menimbulkan gesekan yang membuat keduanya melenguh kenikmatan.
"Mmmhhh... Nikmat Sayang!" bisik Nancy sambil merasa tak rela karena kenikmatannya terganggu. Tetapi ia langsung mengerti bahwa pemuda itu pasti hendak berbuat sesuatu yang lebih liar pada dirinya.
"Ssshhh... Sabar! Sebentar, Tante!" bisik Bram menenangkan Nancy.

Setelah Bram merasakan posisinya pas ia melepaskan pegangannya pada bokong wanita itu, kemudian kedua lengannya bertumpu pada lantai, dan dengan kaki yang sedikit dibuka ia mengayunkan pinggulnya ke atas. Blessshhh... penisnya langsung menyeruak masuk ke dalam vagina Nancy yang terpampang tepat diatasnya. Tepat setelah penis yang menegang penuh dan dipenuhi urat menonjol itu menghentak mentok bagian dalam vaginanya, Bram langsung mencabutnya sedikit, kemudian mulai mengocoknya dengan tempo yang cepat dan konstan. Keduanya langsung merasakan kehangatan di bagian selangkangan mereka. Nancy mendesis seperti orang yang sedang kepedasan. Kepalanya membanting-banting liar menggeraikan rambut ikalnya. Ia terlihat semakin binal dan liar.

"Yiiaahhh... Ssshhh... Terush Sayang! Terus!" teriak Nancy saat menerima kocokan penis Bram dalam vaginanya. Sementara tubuhnya tergoncang-goncang naik turun dengan tangannya tetap berpegangan erat pada rak mainan.
"Ohhh... Nikmat, Tante! Terus, Tante! Puaskan aku! Ssshhh...oooohhhhh…….." desis Bram sambil terus mengocok vagina Nancy dan mengimbangi gerakan naik turun wanita itu.
"Terus Bram! Perkosa Tante! Jadikan Tante budakmu, Sayang! Yaahhh... Yiiiaahhh... Nnggghhh... Oooogghhfff..." teriakan Nancy makin tak beraturan.

Mereka terus bertahan dalam posisi itu sampai kira-kira 20 menit, kemudian Bram meminta Nancy beganti posisi. Bram duduk di tepi ranjang dan meminta Nancy ke pangkuannya, membelakangi dirinya. Nancy mengerti keinginan pasangannya itu. Ia pun menyukai bersenggama dengan posisi pangku seperti itu. Ia langsung menungging membelakangi Bram, dibukanya lebar-lebar kedua kakinya, kemudian ia menoleh ke belakang menatap Bram sambil menyibakkan rambutnya. Pemandangan itu terlihat seksi sekali bagi Bram.

Di hadapannya kali ini terpampang seorang wanita yang terbakar gairahnya, sedang membuka lebar-lebar pahanya, vaginanya yang baru saja dikocoknya itu terlihat merah merekah dan sedikit membengkak. Lubang vagina Nancy terlihat mengeluarkan lendir yang menggiurkan, pertanda wanita itu sudah benar-benar terangsang dan ingin segera dipuaskan. Mata Nancy yang sayu menandakan ia ingin segera digarap dan dipuaskan. Bram yang merengkuh pinggul Nancy dari belakang.
"Aawww...aaaaghhhhh….ooohhhh……" teriak Nancy saat pemuda itu membantu merengkuh pinggul Nancy hingga penis Bram kembali amblas ke dalam vagina wanita itu.
Nancy yang masih terbakar birahi tinggi itu langsung menggoyang pinggulnya dan menaikturunkan tubuhnya, memompa penis Bram. Kedua tangan Bram dengan penuh gairah menggarap kedua payudara Nancy dari arah belakang. Payudara Nancy diremas-remas dan dibelai-belai dengan penuh nafsu. Tak dipedulikannya tangannya yang jadi basah karena air susu yang berleleran membasahi payudara wanita itu.

Baru 10 menit memompa, Nancy meminta ganti posisi. Kali ini ia menghadap ke arah Bram. Nancy duduk di pangkuan Bram dengan penis Bram tertancap dalam-dalam di vaginanya. Kedua kaki Nancy memeluk pinggang Bram. Nancy kembali memompa dengan ganas, membuat keduanya makin hanyut dalam tensi birahi tinggi. Irama permainan seks mereka sungguh intens. Nancy yang sudah dua tahun merindukan kehangatan bersama lelaki, makin terhanyut dalam nikmat birahi, tak terasa hanya dalam waktu sekitar 15 menit ternyata Nancy sudah mencapai orgasme lagi.
"Aawww...aaaaghhhhh….aaaaaaaaaahhh……" mulut Nancy mengeluarkan jeritan orgasmenya, entah orgasme yang keberapa kalinya hari itu. Nancy menggigit bibirnya, kakinya yang semula merangkul pinggul Bram kini terjulur lurus kencang, badannya pun menegang seiring dengan denyutan nikmat di vaginanya, tubuhnya yang mengejang perlahan lemas tanpa bisa berbuat lebih banyak. Bram tahu Nancy sudah orgasme lalu mendekapnya.

Tanpa menungu napas Nancy normal Bram minta ganti posisi. Tanpa melepaskan penisnya, sambil terus mendekap Nancy, Bram bergulingan di ranjang, kini Nancy terlentang lagi di bawahnya. Sebenarnya Nancy sudah mulai kelelahan. Staminanya mulai terkuras. Ia memang seorang hiperseks, namun stamina Bram yang luar biasa membuatnya lemas juga. Tak terasa sudah sekitar dua jam pemuda itu menggauli dirinya.
"Ohhh... Tanteee…..! Aku belum sampai puncak lho, Tante….! Puaskan aku! Ssshhh...oooohhhhh…….." desis Bram sambil mempenetrasi wanita itu lagi.
"Aaaaaghhhhh….Nggak apa-apa, Sayang……. Terusin sampai kamu puas, Sayang….ooohhhhhh……" rintih Nancy kelelahan namun tetap bernafsu.

Bram yang tak peduli Nancy lelah atau tidak, selanjutnya memegang kedua tangan Nancy dan merentangkannya lebar-lebar. Bram menggenjot dengan berbagai gaya. Payudara Nancy semakin dipenuhi bekas cupangan berwarna merah. Air susu berwarna putih tampak berleleran di kedua bukit mulus itu, mulut Bram beraksi silih berganti antara payudara, belahan payudara, leher dan bibir Nancy. Dengan rakus Bram mengenyot puting payudara Nancy bergantian kiri dan kanan, dijilatinya air susu Nancy yang berleleran. Genjotannya bervariasi antara lembut dan dalam, dangkal dan cepat, brutal dan mengoyak, dan sebagainya. Bagi Bram, seolah Nancy merupakan inspirasi seksualitas tanpa batas.
Kali ini Bram betul-betul ingin menuntaskan hasratnya yang terpendam menaklukan dan memperbudak Nancy. Di saat Nancy hendak mencapai klimaks, Bram menghentikan genjotannya, membuat Nancy penasaran.
"Aaaahhh Ghiillaaa......aaaagghhhhh……..kenapa berhenti, Sayang……?" Nancy mengerang penasaran. Tubuhnya meronta dan menggelinjang liar.
Bram pun mulai lagi merangsang mulai dari leher, lalu ke belahan payudaranya. Puting payudara Nancy dibiarkannya dahulu. Nancy makin penasaran, ia menggeliat-geliat dan menggelinjang-gelinjang dengan liar. Nancy mendambakan untuk dipuaskan secara total.

"SShhh.....shhh.... Tante.... di ronde puncak ini aku mau lihat Tante main seks yang binal dan penuh gairah. Lepaskan semua hasrat terpendam Tante selama ini.......!" bisik Bram di telinga Nancy.
"Oooooogggggh……………..Aaaagghhhhh………Tante mau, Sayang………..Memang dari tadi Tante kurang binal?” rintih Nancy manja.
"Dari tadi Tante memang binal, tapi aku belum lihat puncak binalnya Tante nih…. hayooo…. Tante pasti bisa lebih binal lagi di saat-saat puncak seperti ini……......Apa Tante nggak merasa ada yang kurang? Tante kan belum kesemprot spermaku, kan? Hayooo…….Tante mau, kan?" kata Bram makin menggoda. Bram memulai lagi serangannya dengan dengan lembut lalu makin lama makin ganas, panas dan bergairah, lalu tiba-tiba berhenti total. Nancy memiawik kecewa dan secara refleks tubuhnya pun meronta lagi.

"Oooooogghhhh……………..Aaaagghhhhh………Jangan gitu dong, Sayang…..Tante mau lebih binal lagi, kok…… Tante janji…… pancing Tante supaya lebih binal lagi, Sayang…..Tante budakmu, Sayang………Tante milikmu…..Sini Tante tunjukkan seperti apa kebinalan wanita yang haus seks, Sayang!” rintih Nancy manja sambil menggeliat dan menggelinjang dengan gerakan erotis.

Bram tersenyum, lalu ia mulai lagi menggarap wanita itu. Nancy pun berusaha menuntaskan pesta seks ini dengan pelayanan terbaiknya pada Bram dengan gerakan-gerakan erotis yang liar dan binal. Nancy merintih penuh damba saat mereka berpacu menuju puncak birahi. Puncaknya, dengan penuh nafsu Bram menghunjamkan penisnya dalam-dalam, sambil mengenyot puting payudara Nancy, bergantian kiri dan kanan. Nancy memiawik tatkala dirasakannya denyut-denyut kuat dari penis yang memenuhi vaginanya, disertai semprotan-semprotan cairan lembut yang hangat memenuhi vaginanya. Penis Bram menyemburkan sperma dalam jumlah cukup banyak, langsung membanjiri liang kewanitaan wanita itu. Puting payudaranya mengeluarkan air susu dengan deras yang langsung dihisap Bram dengan rakus. Dari vaginanya terasa nikmat yang amat sangat, yang menjalari seluruh tubuhnya, disertai rasa sensasi keibuan yang sensual. Nancy merasakan orgasme puncak disertai kenikmatan meneteki pria yang menggaulinya.

"Aaaaaaaaaaaaaaaaaaagggggghhhhhhhhhhh…............o ooooohhhhhhhh………hhhh…..hh
hhh……." pekikan kenikmatan Nancy begitu lepas bebas. Setelah semburan puncak birahi selama beberapa detik yang berharga itu, mereka lunglai lemas.
, maunya enak tapi ngelayaninnya asal. Buat Tante, kalo cowok yang maen sama Tante juga ngerasain enak, pasti Tante juga bisa enak." aku menjawab sambil terus tersipu.
"Jadi oke nih, Tante? Kapan kita tempur lagi?," kata Bram menggoda.
"Beres…..Nanti Tante kumpulin tenaga dulu yach…… biar bisa ngelayanin dan muasin kamu semua!" kataku sambil tersenyum menggoda.

Kami pun sepakat untuk mengatur waktu lagi nanti. Saat lewat depan front desk aku agak malu juga. Make-up ku jelas sudah berantakan dan tubuhku pun lengket serta beraroma sperma. Dalam keadaan begitu, keluar ruang karaoke bersama lima pria jelas bisa ditebak siapa pun juga apa yang tadi terjadi di dalam.

Kami berpisah di tempat parkir. Aku diantar pulang oleh Bram. Setibanya di rumahku, kutawari dia untuk mampir. Hati kecilku berharap Bram mau mampir, bahkan kembali menggauliku. Astaga, pikirku. Jangan-jangan aku sudah kecanduan seks? Aku memang tergolong hiperseks. Mungkin pertemuanku dengan Bram memang sudah jodohnya. Bagaimana nih selanjutnya?

Tamat