Mbok Inemku Yang Pemalu
Nama saya
Tiyo, umur 34 tahun dan saya bertempat tinggal dekat kampus sebuah PTS di
Jogja. Saya mengirim cerita ini untuk membagi pengalaman saya, sehingga
mudah-mudahan bisa menjadi referensi dalam mengarungi kehidupan para pembaca.
*****
Para pembaca yang setia, aku mau menyambung ceritaku yang dulu, dimana akhirnya
keperjakaanku, aku serahkan ke gadis kecilku Tika. Setelah mengalami ML yang
benar-benar berkesan itu, aku dan tikaku akhirnya tertidur pulas sampai pagi.
Walaupun pada malam harinya, aku sempat terbangun dan ingin mengulanginya lagi,
namun setelah aku lihat tikaku tidur dengan nyenyaknya, aku jadi kasihan untuk
membangunkannya.
Pagi nan cerah di hari itu, aku bangun dan langsung ke kamar mandi untuk buang
hajat. Sambil menikmati sebatang rokok putih kesukaanku, aku nikmati tubuh
polos tikaku yang masih tergolek di ranjangku. Tikaku masih tertidur pulas,
terkadang dia menguap dan mengeliat. Disaat aku sudah selesai dan mau berdiri,
tiba-tiba saja tikaku bangun dari tidurnya dan lari ke arahku.
"Ndoro.., Tika mau pipiis..".
Kemudian tikaku yang telanjang itu langsung jongkok dan "Suur..".
Eh.. baru sedikit keluar pipisnya, Tika ini memelukku dan akhirnya menangis.
"Kenapa menangis nduk.., dan pipisnya kok nggak jadi..!
"Tika nggak mau pipis.., memek Tika perih Ndoro..".
Aku sempat berpikir, mungkin rasa perih di memeknya itu disebabkan luka ataupun
lecet di selaput daranya yang semalem baru saja aku perawanin.
"Ayo nduk pipis lagi.., nanti perut Tika bisa sakit lho kalau nahan
pipis..".
"Pokoknya Tika nggak mau pipis lagi.., Tika takuut..".
Aku sendiri bingung, kalau terlalu lama pipisnya ditahan, pasti perut tikaku
akan sakit. Karena aku lihat wajah tikaku gelisah menahan pipisnya dan juga
kedua tanganya memegangi memeknya agar pipisnya nggak menerobos keluar.
Kadang-kadang Tika jongkok, terkadang berdiri, dan aku pikir air seninya pasti
sudah di ambang saluran vaginanya sehingga tikaku gelisah sekali. Sesekali
badannya mengeliat dan wajahnya meringis.
"Ayo nduuk.., pipisnya dikeluarin lagi ya..".
"Nggak mau.., Tika nggak mau pipis lagi..!' Setelah itu tikaku nangis lagi
sambil kedua tangannya masih berusaha memegangi memeknya agar pipisnya nggak
keluar.
Kemudian Tika aku suruh duduk bersandar di klosetku.
"Ya sudah.., sini nduuk.., Tika duduk disini yaa..".
"Iya Ndoro.., tapi Tika nggak mau pipis lagi lho Ndoro..".
"Nggak nduk.., coba tangannya dibuka jangan nutupin memeknya Tika..".
Setelah memeknya terbuka, aku jongkok diantara kakinya dan aku lihat disekitar
pahanya masih ada bekas darah keperawanannya yang sudah mulai kering. Akupun
mulai menjilati bibir memeknya. Sesekali aku masukkan lidahku dan juga jari
tengahku ke lubang memeknya.
"Ndoro.., memeknya Tika geli.. ndooroo..".
Aku senang sekali akhirnya tikaku bisa melupakan rasa perih di memeknya dan
sekarang sudah berubah menjadi rasa geli-geli nikmat. Untuk menambah
sensasinya, kedua tanganku meremas-remas kedua payudara mungilnya. Dalam
hitungan menit saja, Tika sudah mulai mengeliat dan agak sedikit kejang-kejang.
Badannya bersandar di sandaran klosetku dan kepalanya menengadah keatas.
"Ndoro.., tii.. kaa.. mau pii.. piis..".
Tikaku akhirnya berkelejotan, badannya kedepan dan kebelakang bergantian, dan
"Suur.. suur..".
Aku sendiri masih sibuk menjilati dan sesekali aku sedot air seninya. Setelah
agak reda, badan Tika melemah dan kepalanya jatuh di punggungku.
"Gimana nduk.., tadi pipisnya sakit nggak..".
"Nggak kok Ndoro.., tadi diapain sih Ndoro.., kok memek Tika nggak sakit
lagi..".
"Nggak diapa-apain kok nduk.., sekarang Tika mandi yaa..".
"Eh.. Ndoro tadi kok minum pipisnya Tika.., apa biar memeknya Tika nggak
sakit ya Ndoro..".
Aku sendiri binggung mau jawab apa, trus akhirnya aku jawab saja kalau aku
haus. Dan nggak disangka-sangka tikaku mau minum pipisku.
"Ndoro.., Tika juga haus.., Tika mau minum pipisnya Ndoro..".
"Jangan nduuk.. nanti Tika bisa muntah lho.. Ndoro ambilkan air putih di
kulkas yaa..".
"Nggak mau..! Ndoro curang.. Tika nggak boleh gantian minum pipisnya
Ndoro..". Sambil bicara begitu, tikaku mulai menangis.
Dasar tikaku ini memang masih kekanak kanakan dan sedikit manja.
Akhirnya Tika aku suruh jongkok dan membuka mulutnya lebar-lebar. Aku sendiri tidak
tega mengencingi mulutnya, apalagi kalau sampai air seniku tertelan olehnya.
Makanya hanya sebagian kecil saja air kencingku yang aku arahkan ke mulutnya
dan sebagian besar aku arahkan ke lehernya agar tidak tertelan oleh Tika.
"Gimana.., udah nggak haus lagi khan nduuk..".
"Tika nggak haus lagi Ndoro.., pipisnya Ndoro agak panas.., Tika suka
banget..".
Jadi aku harapkan kepada semua pembaca laki-laki, setelah pasangan anda baru
saja melepaskan keperawanannya, pada saat mau pipis, berusahalah untuk
menemaninya. Kasihan pasangan kita, disaat pertama kali selaput daranya sobek
dia pasti kesakitan, dan disaat pipis inilah dia akan merasakan lagi perih di
memeknya. Untuk itu, lakukan seperti yang aku lakukan terhadap tikaku.
Karena saat dijilati, rasa sakitnya akan berubah menjadi geli. Dan disaat gadis
(istri) anda keluar pipisnya, disaat itu juga dia akan mengalami orgasme yang
luar biasa. Oleh karena itu, untuk semua laki-laki (suami) berusahalah untuk
membahagiakan gadis (istri) anda seperti caraku ini.
"Ayo nduk.., sekarang Tika mandi bareng Ndoro ya..".
Akhirnya aku sabuni seluruh badan Tika dan aku keramasi juga rambut panjangnya.
Tikaku sendiri juga tidak mau ketinggalan ikut menyabuni dada, perut dan juga
burungku.
"Ndoro.., kontolnya kok keras banget sih..".
Sebenarnya penisku sendiri sudah tegang sekali saat aku menjilati memeknya Tika
tadi. Hanya saja untuk menyetubuhi tikaku ini, aku nggak sampai hati, takut
tikaku akan kesakitan lagi. Tetapi Tikaku ini memang agak manja, sambil
menyabuni kontolku, terkadang dikocok-kocok. Dan yang bikin aku gemas adalah
saat burungku digoyang kekanan-kekiri, seperti mainan saja.
"Iiih.. lucu banget kontol Ndoro.. seperti ayunan..".
Aku sendiri hanya bisa senyum-senyum dan berusaha untuk tidak menggaulinya.
Diberi angin begitu, tikaku semakin membuat aku tambah gemas. Ujung jarinya
diusapkan di kepala penisku, dan di atasnya ditaruh busa sabun, habis itu terus
ditiup lagi.
Terus penisku diguyur air, setelah bersih terus kepala penisku diliatin lamaa
sekali. Bahkan kadang-kadang kepala penisku ditekan dengan Ibu jari dan jari
telunjuknya sehingga lubang kontolku agak terbuka.
"Iiih.. lucu banget deh.. kontol Ndoro..".
Aku sebenarnya gemas dan juga agak marah, kontolku dijadikan mainan seperti
itu. Sedangkan Tika, aku perhatikan sangat senang sekali dengan mainan barunya
itu.
"Ndoro.. pipisnya Ndoro.. keluarnya dari sini ya..". sambil tangan
tikaku menunjuk lubang penisku.
Aku yang akhirnya tidak tahan lagi langsung melumat dan mengunyah bibir Tika
sambil kedua tanganku meremasi payudaranya. Sedangkan tikaku sendiri kaget
sekali, disaat dia lagi asyik-asyiknya mainin kontolku, aku dengan gemas
langsung mencumbuinya.
"Ndoro.. Tika kan mau mandi.. kok bibir Tika diciumin seperti semalem
itu..".
"Iya nduk.. Ndoro sayang sama Tika.. sekarang Tika nungging yaa..".
"Memangnya.. Tika mau diapain ndoroo..".
"Sudahlah.. nungging aja nduuk.. enak kok..".
Karena aku sudah benar-benar horny, langsung saja aku tusukkan kontoku ke
lubang memeknya. Aku lihat tikaku memang agak meringis, tetapi tetap saja aku
pompakan kontolku keluar masuk vaginanya. Nggak sampai 15 menit, aku lihat
tikaku sudah kejang-kejang sambil kepalanya digoyang-goyang sehingga rambut panjangnya
berantakan nggak karuan dan aku rasakan kontolku dibasahi air mani hangatnya.
Aku juga nggak lama kemudian "Croot.. croout.. cruut..!". Aku
masukkan lagi pejuhku ke liang vaginanya.
Terus aku peluk dan kulumat lagi bibir mungilnya. Setelah aku mandiin Tika,
terus aku gendong ke kamarku. Aku sendiri terus berpakaian dan aku pakaikan
juga rok dan kaus lusuhnya. Setelah kelihatan rapi, aku masih sempat sekali
melumat bibirnya sebelum aku gandeng tanganya untuk sarapan bareng Intan dan
Mbok Inemku.
Kalau pembaca mau tahu, saat menulis ceritaku ini, diatas ranjangku tergolek
tubuh Mbok Inemku yang tertidur pulas dalam keadaan telanjang bulat. Sebelum
memulai menulis ceritaku ini, memang aku baru saja menyetubuhi Mbok Inemku.
Tetapi ini sudah kesekian kalinya aku menidurinya. Jadi mohon maaf, aku nggak
bisa ngelanjutin ceritanya: Bagaimana aku pertama kali menggauli Mbok Inemku.
Aku capeek banget. Sory banget yaa.
Setelah selesai mandi, Tika aku gandeng ke meja makan dan ternyata Intan sudah
mulai mencicipi sarapan paginya. Aku lihat di meja makan sudah ada makanan
lengkap dan aku pikir pasti Mbok Inemku yang masak dari bahan-bahan yang ada di
kulkas.
"Selamat pagi.., Intan..".
"Pagi om..". Oh iya, Intan ini memang agak lain, dia memanggilku
dengan sebutan om dan kalau aku perhatikan, Intan ini sedikit lebih dewasa
dibandingkan Tika. Tika memang sifatnya agak sedikit manja.
"Intan.., mana Ibu kamu, kok nggak kelihatan..".
"Ibu lagi mandi om.., Mbak Tika makan yuk bareng Intan..".
"Iya dik.., Mbak Tika juga udah lapar banget..".
Aku dengar memang di kamar mandi belakang ada suara orang yang lagi mandi. Aku
ke kamarku untuk ambil handuk buat Mbok Inemku. Terus aku menuju ke belakang
dan kuketuk pintunya. Mbok Inemku mungkin mengira yang mengetuk pintu adalah
Tika sehingga pintunya dibuka lebar-lebar.
"Aaa.. deen..".
Mbok Inemku berteriak keras banget sampai aku kaget. Dan yang bikin aku lebih
kaget lagi adalah tubuh polosnya. Kepala Mbok Inem hanya bisa menunduk dengan
wajah kemerahan menunjukkan rasa malu yang luar biasa. Tangan kanannya berusaha
menutupi kedua payudara namun tidak bisa menampung semua kedua gundukan daging
yang ada didadanya. Sedangkan tangan kirinya berusaha menutupi kemaluannya yang
dipenuhi jembut yang luar biasa lebatnya.
Aku sendiri tidak beranjak dari pintu dan terus saja kuperhatikan Mbok Inemku
ini. Adegan ini berlansung agak lama, sampai Mbok Inemku sendiri nggak tahan
aku liatin terus.
"Aaa.. deen..".
Sambil berkata itu, Mbok Inemku membalikkan badan berusaha menutupi bagian
tubuh depannya. Aku sendiri tambah terpana setelah melihat bongkahan pantat
Mbok Inemku. Aku terus berusaha untuk tidak meremas pantatnya dan memang aku
berhasil.
Aku yakin kalau pembaca yang berada diposisiku, pasti sudah nggak tahan untuk
menjamah tubuh montok Mbok Inemku.
Pembaca: "Uh.. dasar penulis sombong..".
Eh.. bukannya aku sombong, memang aku sudah lama BERUSAHA latihan mengendalikan
emosiku dengan meditasi. Kalau pembaca berusaha latihan terus, aku yakin pasti
juga bisa seperti aku.
Aku akhirnya melakukannya juga. Tetapi tidak sampai yang macem-macem lho.
Aku hanya mencubit pantatnya saja, nggak lebih dari itu.
"Aaa.. deenn..". Mbok Inemku kaget sekali, tetapi dia tidak bergerak
dan tetap dalam posisi membelakangiku.
Disaat dia masih terus membelakangiku, baju dan CDnya yang sudah lusuh aku
ambil dari gantungan tanpa sepengetahuannya dan aku bawa kekamarku. Dikamar,
ketika aku cium CDnya yang sudah tidak berbentuk itu, aduuh bau kewanitaannya
sangat menyengat dan lagi-lagi aku mau muntah. Mungkin sudah berhari-hari tidak
dicuci, ya karena hanya itu baju dan CDnya sehingga tidak ada gantinya.
Aku langsung ke meja makan ikut menikmati sarapanku bersama Tika dan Intan.
Sambil menyantap hidangan di meja, aku arahkan pandangan mataku ke kamar mandi
belakang dan aku masih bisa mendengar suara Mbok Inemku yang melanjutkan acara
mandinya. Selang beberapa saat aku lihat kamar mandi sedikit terbuka dan aku
perhatikan Mbok Inemku kelihatan binggung mencari bajunya. Disaat Mbok Inem
menuju ke kamarnya, aku berdiri menuju ke arahnya dan dia kaget sekali, terus
dialari ke arah garasi dalam keadaan telanjang bulat.
Terus aku ikuti dia dan aku lihat Mbok Inemku binggung mau sembunyi dimana. Aku
terus mendekat dan Mbok Inemku semakin tambah nervous dan tanpa pikir panjang
lagi langsung masuk ke mobilku. Aku tanpa basa-basi lagi langsung membuka pintu
belakang dan aku lihat Mbok Inemku duduk di jok belakang sambil memeluk kedua
kakinya untuk menyembunyikan bagian sensitifnya.
Disaat aku ikut masuk dan duduk disebelahnya, Mbok Inemku mau lari keluar.
Langsung saja aku tarik tangannya dan aku peluk Mbok Inemku dan aku belai
lembut rambut panjangnya yang masih basah.
"Adeen.. si Mbok mau diapain Den.., si Mbok takuut..".
"Kenapa musti takut Mbok.., aku nggak akan menyakitimu kok Mbok..".
Aku lihat Mbok Inemku mulai menangis.
"Si Mbok malu Den.., si Mbok kan nggak pakai baju..".
Kemudian aku pegangi wajahnya dan aku mulai hapus air mata yang terus saja
menetes. Setelah mulai agak reda tangisnya, aku angkat dagunya, terus aku lumat
bibirnya yang terlihat masih sangat seksi. Mbok Inemku berontak lagi sehingga
aku harus memeluknya lagi dan aku jelaskan kalau aku tidak akan menyakitinya.
Setelah agak tenang, aku mulai lagi mengulum bibirnya dan tangan kananku mulai
meremas bongkahan payudaranya. Mbok Inemku hanya bisa mendesah dalam kuluman
mulutku dan ketika tanganku mulai mengusap-usap vaginanya, Mbok Inemku berontak
lagi dan bisa lari ke kursi depan dan berusaha membuka pintu. Usahanya sia-sia,
karena pintunya sudah aku central lock.
Aku ikut ke depan dan sandaran kursi yang diduduki Mbok Inem aku tarik
kebelakang sehingga Mbok Inemku jatuh telentang dikursinya. Aku lansung
menindih tubuh Mbok Inemku dan berusaha melepas celana pendek dan CDku.
"Deen.., jangan Den.., si Mbok takut Den..".
"Nggak apa-apa kok Mbok.., jangan nangis gitu dong mbook..".
"Jangan perkosa si Mbok deenn.., si Mbok khan sudah tua deen..".
"Kamu masih cantik kok Nem..".
Aku sendiri sudah mulai kurang ajar dengan hanya memanggil namanya saja. Terus
kuregangkan kedua kakinya, penisku yang sudah semakin keras, secara pelan pelan
aku dorong menembus bibir vaginanya. Lalu kutekan lagi memeknya sampai kedua
kakinya bergetar ketika penisku masuk semuanya kedalam lobang kelaminnya.
"Aduuh deen.., memek si Mbok sakiit deen..". Ya mungkin sudah lama
sekali bibir memeknya tidak dimasuki penis lelaki.
Setelah agak lama aku memompa memeknya, tiba-tiba ada suatu kekuatan besar yang
hendak keluar dari penisku. Dan beberapa saat kemudian, tubuhku meregang, dan..
"croott.. croott.. creep.. cruuoott.." Spermaku muncrat kedalam rahim
Mbok Inemku. Tubuhnya pun iku mengejang ngejang pertanda dia juga sudah
orgasme. Aku terus perhatikan wajahnya yang masih menikmati gelombang
orgasmenya. Setelah agak tenang, barulah Mbok Inemku tersadar dari orgasmenya.
Mbok Inem langsung menutup wajahnya menyembunyikan rasa malunya.
"Mbook.., teteknya kok nggak ditutupin..". Aku memang sengaja
menggodanya.
Dan secara reflek, dia berusaha menutupi payudaranya dengan kedua tangannya.
Sehingga aku dengan leluasa menikmati wajah cantiknya. Merasa aku perhatikan
terus, wajahnya mulai memerah menahan malu. Aku sendiri yang masih menindih
tubuhnya, merasa kasihan dan aku cabut kontolku yang masih betah menancap di
memeknya. Lalu aku keluar dari mobil untuk mengambilkan bajunya. Dan aku masih
sempat melihat ada air mata yang membasahi pipinya.
Setelah Mbok Inem mamakai baju dan ikut duduk di sofa tengah, aku pamit
kepadanya untuk mengajak Tika dan Intan belanja baju di mall. Hampir 1 jam aku
belanja di mall untuk membelikan baju Intan, Tika dan Mbok Inemku.
Masing-masing aku belikan 4 stel baju. Tika dan Intan aku belikan juga CD, dan
bra-nya tidak, karena aku pikir nanti hanya akan menghambat pertumbuhan
payudaranya. Sedangkan Mbok Inemku tidak aku belikan CD dan bra karena aku
belum tahu ukurannya.
Ketika aku serahkan bajunya, Mbok Inemku kelihatan bahagia sekali dan aku minta
untuk mencobanya. Mbok Inemku langsung lari kekamarnya, sedangkan Tika dan
Intan tanpa malu-malu mencoba satu-persatu bajunya di depanku. Aku sempat
perhatikan bibir memek Tika sudah agak membelah sedangkan memeknya Intan hanya
membentuk garis vertikal. Tetapi untuk kemulusan kulitnya,
si Intan sedikit lebih putih dibandingkan Tika.
Aku sendiri merasa ikut senang bisa membahagiakannya. Disaat aku sedang
memperhatikan Tika dan Intan, dari arah kamar belakang muncul Mbok Inemku
dengan daster barunya. Aku sempat terpana, melihat lekuk-lekuk tubuhnya dibalik
dasternya yang agak diatas dengkul dan pas banget dibadannya. Bongkahan
bokongnya sangat sekal dan kedua tonjolan payudaranya sangat menantang untuk
diremas.
Aku juga sempat melihat Mbok Inemku menangis bahagia melihat kedua anaknya
senang.
"Matur nuwun deen.., si Mbok sudah dibelikan baju..".
"Iya Mbok.., sini duduk di sofa dekat aku..".
Sedangkan Tika dan Intan sendiri sudah sibuk menonton film kartun dari vCD yang
aku belikan tadi.
"Mbook.., maaf ya aku belum sempat membelikan CD dan bra buat kamu.., aku
khan belum tahu ukurannya..".
"Nggak apa-apa Den.., CD si Mbok yang lama mana Den.., si Mbok mau pakai
lagi..".
"Ada di kamarku Mbok.., ambil saja sendiri..".
Aku ikuti dia dari belakang, dan Mbok Inem menemukan CDnya diranjangku dan
mulai memakainya. Baru sampai dipahanya, aku masuk dan dia kaget sekali.
"Deen..".
"Mbok CDnya kan sudah bau.., jangan dipakai lagi yaa.., nanti aku belikan
yang baru..".
Kemudian aku dudukkan dia di tepi ranjangku.
"Aku lepasin lagi ya Mbok CDnya..".
Tanpa seijinnya, aku singkap dasternya dan CD yang baru sampai dipahanya itu
mulai aku tarik kebawah sampai terlepas.
Kemudian aku duduk disebelahnya dan mulai memeluk dia.
"Deen.., jangan Den.., si Mbok sudah tua deen..".
Mbok Inemku ini usianya memang sudah 42 tahun, tetapi dibandingkan teman-teman
kerjaku ataupun mahasiswi-mahasiswi kenalanku, mereka semua nggak ada
apa-apanya.
"Siapa bilang Mbok.., kamu masih cantik kok.., dan juga badan Mbok masih
seksi kok..".
Akupun mulai membelai rambut dan wajahnya dan aku lihat dia hanya memejamkan
matanya. Aku angkat dagunya dan aku mulai melumat bibirnya dengan rakus. Mbok
Inemku sempat berontak dan setelah aku beri pengertian, dia mulai pasrah. Ini
membuat saya sedikit lebih berani untuk meremas tonjolan payudaranya. Saya mencoba
untuk melakukannya lebih jauh lagi. Kali ini tangan saya perlahan-lahan saya
arahkan ke bagian selangkangannya. Dia masih tidak menolak, jadi saya bisa
merasakan lembutnya bibir kemaluannya.
Kepasrahannya semakin melambungkan kekurangajaran saya. Tangan saya mulai
menyelinap ke balik pakaiannya. Saya kembali meremas-remas payudaranya secara
langsung. Kali ini langsung menyentuh permukaan kulitnya. Saya lakukan sambil
mencium lehernya dengan lembut. Suara desahan lembut mulai terdengar dari
bibirnya. Disaat saya mulai meremas belahan memeknya,
agak sulit memang mencari lubang vaginanya karena jembutnya sangat lebat. Jari
tengahku, saya tekan sedikit demi sedikit dan perlahan ke belahan kemaluannya.
Saat itulah dia tersentak dan berusaha menahan tangan saya. Dia menatap mata
saya.
"Deen.., si Mbok malu deenn..".
"Tenang saja Mbok.., Mbok boleh aku panggil namamu saja..". Dia cuma
diam saja.
"Oh.. iya nem.., aku cukur ya jembut kamu biar bersih..". Dia juga
cuma diam saja.
Memang Inemku ini sifatnya agak pemalu. Aku ambil silet cukur dan menyuruhnya
untuk tiduran. Kemudian aku jongkok diantara kakinya dan mulailah aku singkap
daster yang dipakainya sampai ke pinggang. Setelah pahanya aku kangkangkan,
dibalik jembut lebatnya itu terdapat bongkahan daging merah dengan celah yang
sempit dan dari situ tersembul seonggok daging kecil seperti kacang merah
merekah yang mencuat keluar.
Aku pun mulai mencukur habis jembut Inemku sampai bersih dan aku cuci memeknya
sampai bersih.
"Nem.., dasternya dibuka ya.., aku mau cukur sekalian bulu ketek
kamu..".
"Nggak usah deen.., si Mbok malu..".
"Nggak usah malu nem.., ayo berdiri sini..".
Terus aku angkat dia dan dasternya mulai aku lucuti sampai terlepas. Inemku
langsung menutupi payudara dan vaginanya. Dengan sedikit paksa, akhirnya aku
berhasil mencukur habis bulu keteknya
Kemudian aku
suruh dia duduk di tengah ranjangku. Aku ambil kaca rias di meja dan aku suruh
dia membuka pahanya. Terus aku taruh kaca riasku didepan memeknya. Aku suruh
Inemku untuk melihat vaginanya sendiri.
"Nem.., coba kamu lihat memekmu itu..".
Segera saja Inem memperhatikan memeknya dari kaca rias. Dia agak kaget melihat
vaginanya sendiri. Mungkin baru kali ini dia melihat memeknya sendiri dengan
jelas dan dia kaget kenapa bentuknya agak menggelembung di kanan kirinya, dan
diatasnya ada daging kecil yang mencuat keluar. Bahkan Inemku sempat juga
menarik dan memelintir clitorisnya sendiri.
Akhirnya dia sadar kalau aku juga ikut melihat memeknya dengan jelas.
"Deen.., si Mbok malu..".
Dan dia berusaha menutupi wajahnya yang memerah dengan memelukku dan
menyembunyikan wajahnya di dadaku. Aku peluk dan aku belai lembut wajah dan
rambutnya. Terus aku lumat bibirnya, kuhisap-hisap mulut dan lidahnya,
kujelajahi rongga mulutnya dengan lidahku. Air liur yang keluar dari bibirnya
aku hisap. Air liur yang meluber dan membasahi pipinya aku jilati sampai
bersih. Tanganku tidak mau tinggal diam dan ikut meremas payudaranya.
Tangankupun mulai mengelus dan meremas-remas memeknya.
Akhirnya Inem aku baringkan dan aku jongkok diantaranya pahanya. Aku
kangkangkan pahanya lebar-lebar dan aku mulai mainin memeknya. Terasa sekali
memeknya sangat lembut dan empuk. Sesekali aku pelintir clitorisnya.
"Aduuh.. sakiit.. deen.. ooh.. gelii.. deen.. aacgh..".
Aku pun mulai mengelus dan menyedot memeknya dengan kuat. Setelah puas dibagian
memeknya, Inem aku balikkan badannya sampai tengkurap. Akupun langsung meremas
bongkahan montok pantatnya, aku jilati sampai bokongnya basah oleh air liurku,
dan sesekali aku gigit hingga meninggalkan guratan merah di bokongnya. Aku
sendiri penasaran dan agaj jijik untuk menjilati anusnya Inem. Namun setelah
aku buka lebar-lebar lipatan pantatnya, dan terlihatlah lubang kecil yang
dikelilingi garis-garis keriput yang bentuknya melingkar.
Rasa jijik yang semula menghinggapiku berubah menjadi sebuah sensasi untuk
menjilati dan menyedot terus tiada henti. Aku sendiri heran, kenapa daerah
lipatan bokong Inemku bisa bersih, putih mulus dan baunya sangat khas.
"Aaa.. deen, geli deen.., jangan dijilati deen.., itu khan bau deen..,
joo.. roochk.., deen..". Setelah aku puas,
kemudian aku telentangkan lagi Inemku dan aku sedot terus bibir memek dan
clitnya.
"Deen.. sudah deen.. si Mbok mau pii.. piis deen..".
Dan tidak lama kemudian "Suur.. suur.. suur.." banyak sekali.. cairan
hangatnya membanjiri mulutku. Aku berusaha untuk menelan semua air mani yang
sudah bertahun-tahun tidak dikeluarkannya.
Setelah kujilati dan kuhisap sampai bersih, akupun tiduran disebelahnya dan
kurangkul Inemku ini. Aku mulai lagi memeras payudaranya yang kalau aku perhatikan
jauh lebih putih dari wajahnya, bahkan urat-uratnya pun kelihatan jelas.
"Neem.., bokong kamu montok lho.., aku suka nem..".
"Iiih.., Adeen.., Inem malu Den.., itukan jorok deen..".
Tanganku pun memeras dan mulutku menjilati dan menyedot buah dadanya secara
bergantian dengan lahap.
"Deen.., sudah deen.., jangan deen..".
Aku terus saja gigit pelan putingnya yang mulai keras. Kedua tangannya aku
angkat ke atas dan terlihatlah kedua daerah ketiaknya yang sudah bersih dari
rambut lebatnya. Aku jilati, aku sedot dan bahkan aku gigit sampai Inemku
menggelinjang menahan geli di keteknya.
"Deen.., ooh.., deen..". Aku lihat Inem sudah mulai pasrah dengan
mata terpejam.
Akhirnya aku berdiri di kasur, dan aku keluarkan kontolku yang sudah tegang.
Begitu kontolku sudah aku keluarkan dari CDku, aku suruh Inem untuk
memegangnya.
"Nem.. sekarang coba kamu pegang dan elus-elus kontolku..!"
Si Mbok pun jongkok diantara pahaku dan mulai mengusap-usap kontolku.
"Nem.., menurut kamu kontolku gimana..".
"Inem ngeri deen.., kontol Aden ototnya kok sampai menonjol seperti ini
sih deen..". Sambil berkata begitu, Inemku mulai mengelus-elus otot-otot
kontolku dengan jari telunjuknya.
"Deen.., jembut Aden kok lebat banget sih deen..".
"Ya sudah.., sekarang Inem gantian cukur jembut Aden sampai gundul
yaa..".
"Iyaa.., deen..". Inem pun mulai mencukur habis jembutku, dan bahkan
rambut halus disekitar anuskupun ikut dicukurnya.
Sedangkan bulu ketiakku aku biarkan tetap rimbun apa adanya.
"Neem.., coba kamu emut kontolku..".
"Iiih adeen.., si Mbok jijik deen..".
"Eeh neem.., dicoba dulu yaa.., kamu nati pasti suka..".
Akupun mulai memasukkan kontolku ke mulutnya. Lidah dan air liur Inempun
akhirnya membasahi kontolku dan rasanya hangat sekali.
"Iya neem.. terus.. neemm..".
Sesekali Inem melepaskan kontolku untuk mengambil napas.
"Adeen.., kontol adeen rasanya kok asin..".
Ya mungkin Inem sudah mulai merasakan precum yang keluar dari penisku.
Setelah puas kontolku diperkosa mulut Inem, aku merubah posisi dengan tidur
tengkurap.
"Neem.., jilati bokong Aden yaa..".
"Iya deen.., tapi Inem jiik deen..".
Inem pun mulai menjilati bongkahan pantatku dan bahkan Inemku mulai menggigit
agak keras, sehingga aku yakin banyak sekali cupang-cupang merah di daerah
bokongku. Selang beberapa saat, aku mulai merasakan Inemku berusaha keras
membuka lipatan pantatku. Kelihatannya Inem agak kesulitan. Sehingga aku
merubah posisi menjadi nungging dan kedua kakiku aku pentang lebar-lebar.
Sekali lagi Inem membuka lipatan bokongku dan sepertinya Inem bisa melihat
jelas daerah di sekitar lubang anusku. Aku sempat menoleh kebelakang dan
kulihat Inem sambil menutup mulutnya tertegun agak lama melihat lobang anusku.
"Hayoo.., Inem lagi ngliatin apa.., kok kelihatannya suka banget..".
Inemku kaget dan malu sambil menindukkan wajahnya.
"Lii.. li.. liatiin.. itunya adeen.., iih Aden.., Inem jadi malu..".
"Neem.., jilatin lobangnya Aden jijik nggak..?, kalo Inem jijik ya nggak
usah.., nanti kamu bisa muntah..".
"Inem nggak jijik kok Den.., bokong Aden bersih dan nggak bau.., lagian
Aden tadi juga nggak jijik jilatin bokongnya si Mbok..".
Inempun mulai menjilati lobang anusku dan bahkan disedot habis sampai aku
merinding geli. Kadang-kadang jarinya ditusuk-tusukkan ke lobang anusku dan mulutnya
menjilati buah zakarku. Sambil merasakan geli-geli nikmat, aku terus perhatikan
payudara dan memek montok Inemku yang terlihat diantara kakiku yang
mengangkang. Aku lihat juga sudah banyak air liur Inem yang menetes diantara
kakiku membasahi seprei.
Aku sebenarnya sudah diambang orgasme tetapi aku usahakan untuk tetap bertahan.
"Iiih Inem jorok.., kamu suka ya neem ama lobangnya Aden..".
Aku goda begitu, Inemku hanya bisa tersenyum MALU. Inemku masih terus saja
menjilati dan menyedot daerah anusku dengan SABAR dan TELATEN.
Tidak sabar aku langsung berdiri dan mulai mengocok kontolku ke mulutnya Inem.
Tidak lama kemudian, aku rasakan ada sesuatu yang mendesak ingin keluar dari
penisku. Aku tarik kepala Inem dan aku kocok kontolku dimulutnya dengan cepat..
dan.. aku tekan sampai menyentuh kerongkongannya dan akhirnya "croot..
croouut.. croot.. cruuoot..!" Cairan pejuhku menyemprot dengan kencang dan
tertelan oleh Inem dan hanya sedikit saja yang menetes dan jatuh menetes di
leher dan payudaranya.
"Ihh.., Aden jorok.., kok pipisnya dikeluarin di mulutnya si Mbok..".
"Enak nggak..!, Inem suka yaa.., kok ditelan semuanya..". Inemku
hanya tersipu malu dengan menundukkan kepalanya.
"Rasanya asin deen..".
"Ya sudah.., sekarang kamu tiduran sayang..". Kemudian aku
telentangkan Inem di tengah ranjang.
"Si Mbok mau diapain lagi deen.., si Mbok udah capek deen..".
Aku pun mulai menindih tubuh Inemku. Setelah aku siap, pahanya aku kangkangkan,
dan perlahan-lahan kepala penisku aku masukkan ke bibir kemaluannya yang sudah
basah. Terdengar suara erangannya dan badanya agak mengeliat, sedangkan matanya
kelihatan agak sayu.
"Aaah deen.., ooh.., aacch..".
Aku tekan pelan kontolku membelah bibir memeknya. Dan setelah kurasa mantap,
aku genjot kontolku dengan keras.
"Aduuh.., deen.. sakiit.., jaangaan deen.., sudaah deen.."
Langsung aku peluk Inem, kuciumi wajah dan bibirnya. Setelah kudiamkan beberapa
saat, aku mulai lagi memompa memeknya dan aku lihat Inem masih meringis sambil
menggigit bibir bawahnya.
"Hmmpphh.. aachh.. auuchh.. gelii deen.. aacchh.."
"Auuhh.. oohh.., deen.., aahh,.. oough..".
Aku mulai rasakan ada denyutan-denyutan kecil vaginanya di kontolku, pertanda
dia sebentar lagi orgasme. Badan Inem terlonjak-lonjak, dan kedua kakinya
mengejang sedangkan nafasnya kelihatan megap-megap.
"Oohh.. ahh.. auuhh.. geli deen.. aahh.. ooh..".
"Deen.. si Mbok mau pipiiss.. deen..".
"Seerr.. suurr.. suurr.."
Air mani Inem membasahi kontolku yang masih tertanam di vaginanya.
"Aaah.., deen.., ooh..".
Terdengar erangan kenikmatan panjang keluar dari bibir Inemku. Aku elus wajah
cantik Inemku, matanya yang setengah terpejam dan rambut panjangnya yang
tergerai menambah keanggunannya. Akupun mulai lagi push-up mengenjot memeknya
dan aku tekan dengan keras sehingga kurasakan kontolku menyentuh dinding
rahimnya.
"Deen.. oockh.. deen..". Kepala Inempun menengadah ke atas dan
matanya membelalak merasakan tusukan kontolku di memeknya.
"Simbook capeek.. deen..".
Akupun semakin cepat mengenjot memeknya dan "croot.. cruut.. croot..
croot.. cruuoot..!". Inemku sempat kaget merasakan ada cairan hangat yang
masuk ke dalam vaginanya. Aku muntahkan cairan pejuhku kedalam rahimnya. Aku
langsung ambruk menindih tubuhnya yang banjir keringat.
Setelah keringatku dan Inem sudah mulai agak berkurang. Aku cabut kontolku dari
lobang memeknya, terlihat memeknya agak memerah karena terlalu keras aku
memompanya dan lendir putih mengalir keluar dari liang kemaluan membasahi
pahanya.
Aku peluk dia dan aku cium dengan mesra Inemku. Aku dan Inempun langsung mandi
bareng. Di kamar mandi, aku dimandikan dia dengan sabar dan telaten sekali
seperti seorang Ibu memandikan anaknya.
Setelah berpakaian rapi, aku dan Inem keluar kamar. Aku lihat didepan TV, Tika
dan Intan sudah tertidur pulas. Aku ajak Inem duduk di sofa dan aku peluk dia
sambil aku belai lembut rambut dan wajahnya. Inem hanya bisa tersenyum malu dan
menyenderkan kepalanya di dadaku. Aku lihat wajahnya, ada air mata yang
menetes, aku angkat dagunya dan aku lumat mesra bibirnya.
Aku peluk lagi Inem dan akhirnya dia tertidur pulas dalam pelukanku. Aku
perhatikan lagi wajahnya, dan terpancar ada senyum kebahagiaan di bibirnya.
Seminggu kemudian Tika dan Intan aku sekolahkan lagi. Nah, di hari pertama
sekolah itulah kejadiannya. Saat itu Intan baru saja pulang sekolah dan
langsung tertidur di sofa dekat TV, masih dengan seragam sekolahnya. Disofa
inilahi aku akhirnya merengut kegadisan intanku.
"Deen.., itu tadi suara siapa.., kok keras banget..".
"Bukan siapa-siapa nem.., ayo bobok lagi sayaang..".
"Inggih.. deen..".
E N D