Pria
Beristri
Pria Beristri Sebelumnya
perkenalkan, namaku Dina…pertama kali aku mengenal cinta, dunia ini menjadi
terasa indah bagiku. Hanya sayangnya cinta pertamaku ini jatuh tidak pada orang
yang tepat. Dia seorang pria yang sudah beristri dan berkeluarga. Jadilah cinta
kami berjalan sembunyi-bunyi alias backstreet. Aku mengenal pria tersebut
ketika datang pada acara ultah temenku. Dia saat itu enjadi event organizer
acara tersebut. Sejak awal melihatnya aku sudah jatuh hati padanya. Selain dia
pria yang ganteng badannya juga atletis, siapapun cewek pasti akan jatuh hati
kepadanya. “Din, ini MAS,
dia yang nyelenggaraan pesta ini, asik kan pestanya. Kamu nemenin MAS ngobrol
ya”. Temanku itu tau kalo aku suka dengan pria yang umurnya jauh lebih tua dari
aku. Kami jadi asik ngobrol ngalor ngidul. Dia sangat humoris sehingga aku
selalu terpingkal-pingkal mendengar guyonannya. Makin lama guyonannya makin
mengarah yang vulgar, aku sih ok aja. Ketika aara makan, dia menemani aku
menikmati hidangan yang tersedia. Ketika acar dansa, dia mengajak aku turun,
ketika itu lagunya slow. Aku larut dalam dekapannya yang sangat mesra. Dia
berbisik: “Din, kamu
cantik sekali, kamu yang paling cantik dari semua prempuan yang dateng ke pesta
ini. Aku suka kamu Din”. “Mas kan dah
punya keluarga, masak sih suka ma abg kaya aku”. “Justru karena
kamu masih abg, kecantikan kamu masih sangat alami, bukan polesan make up yang
tebal”. Memang sih dandananku biasa saja, tanpa make up yang tebal. Perempuan
mana sih yang gak suka dipuji lelaki yang kebetulan dikaguminya. Ketika pulang
dia mengantarkan aku pulang, sebelum aku turun dari mobil, pipiku dikecupnya, “Kapan2 kita ketemuan lagi ya Din, ni nomer
hpku”. Kami bertukaran no hp. Sejak pertemuan pertama itu, kami sering jumpa
di mal, di bioskop atau ditempat fitnes. Karena dia tau aku suka fitnes,
makanya diapun mendaftar menjadi member ditempat aku biasa fitnes. Karena
sering ketemu, hubungan kami makin lama makin akrab. Dia adalah lelaki pertama
yang mencium bibirku. Itu kejadiannya ketika kami sedang dibioskop. Karena
bukan weekend, jumlah penontonnya sedikit, sehingga dia milih tempat duduk yang
jauh dari penonton lain. Dia berbisik: “Din, aku
sayang sekali ma kamu. Kamu?” “Aku juga
sayang ma Mas, sayangnya ma dah keluarga ya”. “Kita jalani
aja dulu Din, gak apa kan kalo backstreet kaya gini. Pokoknya aku akan berusaha
untuk ketemu kamu sesering mungkin, sayang”. Dia
meluncurkan rayuan mutnya, sehingga aku makin berbunga- bunga. “Din..”,
panggilnya lagi. aku menoleh
karahnya. Karena duduk kami berdempetan, dia langusng merangkul pundaknya dan
mendekatkan bibirnya ke bibirku. aku memejamkan mataku, terasa lembut sekali
bibirnya menyentuh bibirku, kemudian terasa bibirnya mulai mengisap bibirku.
aku pasrah ketika dia cukup lama mengecup bibirku. “Mas”, desahku ketika dia
melepas bibirnya, seakan aku gak rela dia melepaskan bibirku. Diapun mengecup
bibirku lagi, kali ini lebih lama lagi. Demikianlah sepanjang film itu kami
tidak menikmati filmnya tetapi aku menikmati bagaimana bibirnya mengulum-ngulu
bibirku. “Mas, aku
sayang sekali ma mas, aku mau jadi pacar mas”. Sejak kejadian dibioskop itu,
kami menjadi rutin berciuman kalo ketemu, paling tidak kami melakukannya
sebentar di mobil sebelum mobil jalan atau sebelum aku turun didepan rumahku.
Temenku mengingatkan aku agar jangan terlalu larut dalam berhubungan dengan
Mas, karena dia dah berkeluarga. “Nanti kamu
yang nyesel lho kalo dia harus mutusin hubungan kamu dengan dia”. Tapi aku tidak
mengindahkan himbauan temanku. Aku seakan buta tertutup cinta yang makin lama
makin berkobar- kobar. Sampai suatu weekend, dia mengajakku ke satu vila diluar
kota, katanya dia mau survei tempat itu karena akan diadakan perhelatan disana.
“Temenin aku
yuk, mumpung bisa keluar kota ma kamu. Mau ya sayang”.
Karena aku dah lama pengen berdua dia seharian, aku turuti saja ajakannya. Ke
ortu, aku pamit mo jalan ma temen2 ke vila mereka. Aku seneng sekali ketika dah
duduk disebelahnya dalam mobilnya. Mobilnya meluncur arah luar kota. Saat itu
aku mengenakan celana ketat dari kain yang cukup tipis berwarna putih sehingga
bentuk bokongku yang bulat padat begitu kentara, dan bahkan saking ketatnya
CDku sampai kelihatan sekali berbentuk segitiga. Atasannya aku mengenakan baju
kaos putih ketat dan polos sehingga bentuk toketku yang membulat terlihat
jelas, kaosku yang cukup tipis membuat braku yang berwarna putih terpampang
jelas sekali. “Din, kamu
seksi sekali deh pake pakean kaya gitu”. “Mas suka
kan”. “Suka banget,
palagi kalo amu gak pake baju Din”. “Ih mas, mulai
deh genit, aku turun disini aja deh”, aku pura2 merajuk, padahal dalam hati
seneng sekali mendengar pujiannya. “Ya udah turun
aja he he”, tertawanya berderai ketika dia mengatakan hal itu, tetpi mobil
tetap melaju kencang. “Katanya
disuruh turun, kok gak minggir”. “Loncat aja
kalo berani”. “mas, iih”,
kataku sambil mencubit pinggangnya, mesra. Dia menggeliat kegelian, “Jangan
dikitikin dong, nanti nabrak lo”. “abis mas sih
mulai duluan”. Sepanjang
jalan kami bercanda rian, sesekali tangannya gantian menggelitiki pinggangku,
sehingga aku menggelinjang. Kadang tangannya mendarat di pahaku dan
mengelus2nya sampe kedeket pangkal pahaku. aku menjadi merinding karena
rabaannya. Maklum deh dia pria pertama yang melakukan hal ini. “Maas”, aku hanya
melenguh ketika pahaku dielus2 begitu. Karena aku tidak menolak, maka dia
meneruskan elusannya dipahaku. aku menjadi gelisah, dudukku gak bisa diam, ada
rasa geli bercampur nikmat dan aku merasa pengen kencing. “Mas masih
jauh ya”. “Napa Din”. “aku pengen
pipis”. “Bentar lagi
juga sampe. Itu bukan pengen pipis biasa Din”. “abis apaan?” “Pasti kamu
terangsang ya karena aku ngelus2 paha kamu”. . “Ih”, kucubit lagi pinggangnya. Mobilnya sudah masuk
ke satu vila. Ada seorang bapak2 yang menyambut di gerbang vila. Dia orang yang
ditugaskan pemilik vila untuk menunggui vila itu. Aku keluar dari mobil, ikut
dengan dia melihat lokasi. Vilanya tidak terlalu besar tetapi halamannya luas.
Dia mulai mengeluarkan catatannya, mengukur sana mengukur sini, mencoret2 di
buku catatannya. Kadang dia menanyakan pendapatku tentang satu hal. Aku
menjawab setauku saja. Setelah selesai,
dia berkata kepada si bapak, “Pak kami mo
menginap di vila ini”. “Iya, yang
punya dah kasi tau bapak, ya silahkan saja pak. sudah saya sediakan makanan
secukupnya di lemari es, kalo mo makan ya silahkan dihangatkan dulu. soalnya
bapak mo pulang”. Si bapak
meninggalkan kami berdua. “Din, kita honimun ya”, katanya sambil
tersenyum. aku jadi
berdebar2membayangkan apa yang aka dilakukannya padaku. Aku sering mendengar
cerita teman2ku yang sudah pernah berhubungan sex dengan cowo2nya, mendengar
betapa nikmatnya kalo memek kemasukan kontol. Aku jadi merinding sendiri, aku pengen
juga mengalami kenikmatan itu. Aku menghempaskan pantatku di sofa, dia
menyusulku segera dan duduk rapat di sampingku, “Dina sayang”
katanya sambil menggenggam erat dan mesra kedua belah tanganku. Selesai
berkata begitu dia mendekatkan mukanya ke wajahku, dengan cepat dia mengecup
bibirku dengan lembut. Hidung kami bersentuhan lembut. Dia mengulum bibir
bawahku, disedot sedikit. Lima detik kemudian, dia melepaskan kecupan bibirnya
dari bibirku. Aku saat kukecup tadi memejamkan mata, “Aku pengen
melakukan itu ma kamu, sayang. Kamu bersediakah?”, rayunya lebih lanjut. Dia
berusaha mengecup bibirku lagi, namun dengan cepat aku melepaskan tangan
kananku dari remasannya, dadanya kutahan dengan lembut. “Mass” bisikku
lirih. “Dina sayang,
mau ya”, rayunya lagi. “Tapi mass,
aku takut Mas”, jawabku. “Takut apa
sayang, katakanlah”, bisiknya kembali sambil meraih tanganku. “Aku takut Mas
nanti meninggalkan aku”, bisikku. Dia
menggenggam kuat kedua tanganku lalu secepat kilat dia mengecup bibirku. “Dina sayangku,
aku terus terang tidak bisa menjanjikan apa-apa sama kamu tapi percayalah aku
akan membuktikannya kepadamu, aku akan selalu sayang sama kamu”, bujuknya untuk
lebih meyakinkanku. “Tapi Mas”
bisikku masih ragu. “Din,
percayalah, apa aku perlu bersumpah sayang, kita memang masih baru beberapa
bulan kenal sayang, tapi percayalah, yakinlah sayang, kalau Tuhan menghendaki
kita pasti selalu bersama sayang”, rayunya lagi. “Lalu kalau
aku sampai hamil gimana mass?” ujarku sembari menatapnya. ”Aah, jangan
khawatir sayang, aku akan bertanggung jawab semuanya kalau kamu sampai hamil,
bagaimana sayang?” bisiknya. Rasioku sudah
tidak jalan dengan baik, tertutup oleh rayuan mautnya dan rasa ingin merasakan
kenikmatan yang makin menggebu. Tangannya
bergerak semakin berani, yang tadinya hanya meremas jemari tangan kini mulai
meraba ke atas menelusuri dari pergelangan tangan terus ke lengan sampai ke
bahu lalu diremasnya dengan lembut. Dia memandangi toketku dari balik baju kaosku
yang ketat, “Mas harus
janji dulu sebelum…” aku tak melanjutkan ucapanku. “Sebelum apa
sayang, katakanlah”, bisiknya tak sabar. Kini jemari
tangan kanannya mulai semakin nekat menggerayangi pinggulku, ketika jemarinya
merayap ke belakang diusapnya belahan pantatku lalu diremasnya dengan gemas. “aahh… Mas”,
aku merintih pelan. “Mas aah
mmas.. aku rela menyerahkan semuanya asal Mas mau bertanggung jawab nantinya”,
aku berbisik semakin lemah, saat itu jemari tangan kanannya bergerak semakin
menggila, menelusup ke pangkal pahaku, dan mulai mengelus gundukan bukit
memekku. Diusapnya perlahan dari balik celanaku yang amat ketat, dua detik
kemudian dia memaksa masuk jemari tangannya di selangkanganku dan bukit memekku
itu telah berada dalam genggaman tangannya. Aku menggelinjang kecil, saat
jemari tangannya mulai meremas perlahan. Dia mendekatkan mulutnya kembali ke
bibirku hendak mencium, namun aku menahan dadanya dengan tangan kananku, “eeehh Mas..berjanjilah dulu Mas”, bisikku di
antara desahan nafasnya yang mulai sedikit memburu. “Oooh Dina
sayang, aku berjanji untuk bertanggung jawab, aahh aku menginginkan
keperawananmu sayang”, ucapnya. Sementara jemari tangannya yang sedang berada
di sela-sela selangkangan pahaku itu meremas gundukan memekku lagi. “Ba.. baiklah
Mas, aku percaya sama Mas”, bisikku. “Jadi?”
tanyanya. “hh.
lakukanlah mass, aku milik Mas seutuhnya.. hh..” jawabku. “Benarkah?
ooh..Dina sayanggg.” Secepat kilat
bibirku kembali dikecup dan dikulumnya, digigit lembut, disedot. Hidung kami
bersentuhan lembut. Dengus nafasku terdengar memburu saat dia mengecup dan
mengulum bibirku cukup lama. DIa mempermainkan lidahnya di dalam mulutku, aku
mulai berani membalas cumbuannya dengan menggigit lembut dan mengulum lidahnya
dengan bibirku. Lidah kami bersentuhan, lalu dia mengecup dan mengulum
bibir atas dan bawahku secara bergantian. Terdengar suara kecapan- kecapan
kecil saat bibir kami saling mengecup. “aah Dina sayang, kamu pintar sekali, kamu
pernah punya pacar yaach?” tanyanya curiga. “Mm aku belum
pernah punya pacar Mas, kan Mas yang selama ini ngajari aku ciuman”, sahutku. “Wah kamu
belajarnya cepat seklai ya, jangan-jangan kamu sering nonton film porno yaa?”
godanya. Aku tersenyum
malu, dan wajahku pun tiba-tiba bersemu merah, aku menundukkan mukaku, malu. “I…iya Mas,
beberapa kali”, sahutku terus terang sambil tetap menundukkan muka. “Dina sayang,
kamu nggak kecewa khan karena aku benar-benar sangat menginginkan keperawananmu
sayang?” tanyanya. “Aku serahkan
apa yang bisa aku persembahkan buat Mas, aku ikhlas, lakukanlah Mas kalau Mas
benar-benar menginginkannya”, sahutku lirih. Jemari tangan
kanannya yang masih berada di selangkanganku mulai bergerak menekan ke gundukan
memekku yang masih perawan, lalu diusap-usap ke atas dan ke bawah dengan gemas.
Aku memekik kecil dan mengeluh lirih, kupejamkan mataku rapat-rapat, sementara
wajahku nampak sedikit berkeringat. Dia meraih kepalaku dalam pelukannya dengan
tangan kiri dan dia mencium rambutku. “Oooh masss”,
bisikku lirih. “Enaak sayang
diusap-usap begini”, tanyanya. “hh… iiyyaa
mass”, bisikku polos. Jemarinya kini bukan cuma mengusap tapi mulai meremas
bukit memekku dengan sangat gemas. “sakit Mas
aawww” aku memekik kecil dan pinggulku menggelinjang keras. Kedua pahaku yang
tadi menjepit pergelangan tangan kanannya kurenggangkan. Dia mengangkat wajah
dan daguku kearahnya, sambil merengkuh tubuhku agar lebih merapat ke badannya lalu
kembali dia mengecup dan mencumbu bibirku dengan bernafsu. Puas mengusap-usap
bukit memekku, kini jemari tangan kanannya bergerak merayap ke atas, mulai dari
pangkal paha terus ke atas menelusuri pinggang sampai ujung jemarinya berada di
bagian bawah toketku yang sebelah kiri. Dia mengelus perlahan di situ lalu
mulai mendaki perlahan, akhirnya jemari tangannya seketika meremas kuat toketku
dengan gemasnya. Seketika itu pula aku melepaskan bibirku dari kuluman
bibirnya, “aawww… Mas
sakitt, jangan keras- keras dong meremasnya”, protesku. Kini secara
bergantian jemari tangannya meremas kedua toketku dengan lebih lembut. Aku
menatapnya dan membiarkan tangannya menjamah dan meremas-remas kedua toketku. “Auuggghh..”
tiba2 dia menjerit lumayan keras dan meloncat berdiri. Aku yang
tadinya sedang menikmati remasan pada toketku jadi ikutan kaget. “Eeehh kenapa
Mas?” “Aahh anu
sayang… kontolku sakit nih”, sahutnya sambil buru-buru membuka celana
panjangnya di hadapanku. Aku tak menyangka dia berbuat demikian hanya
memandangnya dengan terbelalak kaget. Dia membuka sekalian CDku dan “Tooiiing”,
kontolnya yang sudah tegang itu langsung mencuat dan mengacung keluar
mengangguk-anggukan kepalanya naik turun . “aawww… Mas
jorok”, aku menjerit kecil sambil memalingkan mukaku ke samping dan menutup
mukaku dengan tangan. “He…he…” dia
terkekeh geli, batang kontolnya sudah kelihatan tegang berat, urat-urat di permukaan
kontolnya sampai menonjol keluar semua. Batang kontolnya bentuknya montok,
berurat, dan besar. Sementara aku masih menutup muka tanpa bersuara, dia
mengocok kontolnya dengan tangan kanannya, “Uuuaahh…
nikmatnya”. “Din sebentar
yaa… aku mau cuci kontolku dulu yaa… bau nih soalnya”, katanya sambil ngibrit
ke belakang, kontolnya yang sedang “ON” tegang itu jadi terpontang-panting
sambil mengangguk-anggukkan kepalanya ke sana ke mari ketika dia berlari. Aku
masih terduduk di atas sofa dan begitu melihatnya keluar berlari tanpa pakai
celana jadi terkejut lagi melihat kontolnya yang sedang tegang bergerak
manggut-manggut naik turun. “aawww…” teriakku kembali sembari menutup mukaku
dengan kedua jemari tanganku. “Iiihh… Din…
takut apa sih, kok mukanya ditutup begitu”, tanyanya geli. “Itu Mas,
kontol Mas”, sahutku lirih. “Lhoo… katanya
sudah sering nonton BF kok masih takut, kamu kan pasti sudah lihat di film itu
kalau kontol cowok itu bentuknya gini”, sahutnya geli. “Iya…m..Mas,
tapi kontol Mas mm besar sekalii”, sahutku masih sambil menutup muka. “Yaach… ini
sih kecil dibanding di film nggak ada apa-apanya, itu khan film barat, kontol
mereka jauh lebih gueedhee… kalau kontolku kan ukuran orang Indonesia sayang,
ayo sini dong kontolku kamu pegang sayang, ini kan milik kamu juga”, sahutnya
nakal. “Iiih… malu
aah Mas, jorok.” “Alaa..
malu-malu sih sayang, aku yang telanjang saja nggak malu sama kamu, masa kamu
yang masih pakaian lengkap malu, ayo dong sayang kontol Mas dipegang biar kamu
bisa merasakan milik kamu sendiri”, sahutnya sembari meraih kedua tanganku yang
masih menutupi mukaku. Pada mulanya
aku menolak sambil memalingkan wajahku ke samping, namun setelah dirayu-rayu
akhirnya aku mau juga. kedua tanganku dibimbingnya ke arah selangkangannya,
namun kedua mataku masih kupejamkan rapat. Jemari kedua tanganku mulai
menyentuh kepala kontolnya yang sedang ngaceng. Mulanya jemari tanganku hendak
kutarik lagi saat menyentuh kontolnya yang ngaceng namun karena dia memegang
kedua tanganku dengan kuat, dan memaksanya untuk memegang kontolnya itu,
akhirnya aku hanya menurut saja. Pertama kali aku hanya mau memegang dengan
kedua jemarinya. “Aah… terus
sayang pegang erat dengan kedua tanganmu”, rayunya penuh nafsu. “Iiih… keras
sekali Mas”, bisikku sambil tetap memejamkan mata. “Iya sayang,
itu tandanya aku sedang ngaceng sayang, ayo dong digenggam dengan kedua
tanganmu, aahh…” dia mengerang nikmat saat tiba- tiba saja aku bukannya
menggenggam tapi malah meremas kuat. Aku terpekik kaget, “Iiih sakit
mass…” tanyaku. Aku menatapnya gugup. “Ooouhh jangan
dilepas sayang, remas seperti tadi lekas sayang oohh…” erangnya lirih. Aku yang
semula agak gugup, menjadi mengerti lalu jemari kedua tanganku yang tadi
sedikit merenggang kini bergerak dan meremas kontolnya seperti tadi. Dia
melenguh nikmat. Aku kini sudah berani menatap kontolnya yang kini sedang
kuremas, jemari kedua tanganku itu secara bergantian meremas batang dan kepala
kontolnya. Jemari kiri berada di atas kepala kontolnya sedang jemari yang kanan
meremas kontolnya. .dia hanya bisa melenguh panjang pendek. “.sshh…Din…
terusss sayang, yaahh… ohh…ssshh”, lenguhnya keenakan. Aku
memandangnya sambil tersenyum dan mulai mengusap-usap maju mundur, setelah itu
kugenggam dan kuremas seperti semula tetapi kemudian aku mulai memompa dan
mengocok kontolnya itu maju mundur. “Aakkkhh…
ssshh” dia menggelinjang menahan nikmat. Aku semakin
bersemangat melihatnya merasakan kenikmatan, kedua tanganku bergerak makin
cepat maju mundur mengocok kontolnya. Dia semakin tak terkendali, “Din…
aahhgghh… sshh…awas pejuku mau keluarr” teriaknya keras. aku meloncat berdiri begitu dia mengatakan
kalimat itu, aku melepaskan remasan tanganku dan berdiri ke sebelahnya,
sementara pandangan mataku tetap ke arah kontolnya yang baru kukocok. “Kamu kok lari
sih…” bisiknya lirih disisiku. “Tadi katanya
pejunya mau keluar mass… kok nggak jadi?” tanyaku polos. Rupanya dia
gak mau ngecret karena aku kocok makanya dia bilang pejunya mau keluar. Dia
meraih tubuhku yang berada di sampingnya dan dipeluknya dengan gemas, aku
menggelinjang saat dia merapatkan badannya ke tubuhku sehingga toketku yang
bundar montok menekan dadanya yang bidang. Aku merangkulkan kedua lenganku ke
lehernya, dan tiba-tiba ia pun mengecup bibirku dengan mesra, kemudian
dilumatnya bibirku sampai aku megap- megap kehabisan napas. Terasa kontolnya
yang masih full ngaceng itu menekan kuat bagian pusarku, karena memang tubuhnya
lebih tinggi dariku. Sementara bibir kami bertautan mesra, jemari tangannya
mulai menggerayangi bagian bawah tubuhku, dua detik kemudian jemari kedua
tangannya telah berada di atas bulatan kedua belah bokongku. Diremasnya dengan
gemas, jemarinya bergerak memutar di bokongku. Aku merintih dan mengerang kecil
dalam cumbuannya. Lalu dia merapatkan bagian bawah tubuhnya ke depan sehingga
mau tak mau kontolnya yang tetap tegang itu jadi terdesak perutku lalu
menghadap ke atas. Aku tak memberontak dan diam saja. Sementara itu dia mulai
menggesek-gesekkan kontolnya yang tegang itu di perutku. Namun baru juga 10
detik aku melepaskan ciuman dan pelukannya dan tertawa- tawa kecil, “Kamu apaan
sih kok ketawa”, tanyanya heran. “Abisnya… Mas
sih, kan aku geli digesekin kaya gitu”, sahutku sambil terus tertawa kecil. Dia segera
merengkuh tubuhku kembali ke dalam pelukannya, dan aku tak menolak saat dia
menyuruhku untuk meremas kontolnya seperti tadi. Segera jemari tangan kananku
mengusap dan mengelus-elus kontolnya dan sesekali kuremas. Dia menggelinjang
nikmat. “aagghh… Din…
terus sayang…” bisiknya mesra. Wajah kami
saling berdekatan dan aku memandang wajahnya yang sedang meringis menahan rasa
nikmat. “Enaak ya mass…” bisikku mesra. Jemari tanganku semakin gemas saja
mempermainkan kontolnya bahkan mulai kukocok seperti tadi. Dia melepaskan
kecupan dan pelukanku. “Gerah nih
sayang, aku buka baju dulu yaah sayang”, katanya sambil terus mencopot kancing
kemejanya satu persatu lalu dilemparkan sekenanya ke samping. Kini dia
benar-benar polos dan telanjang bulat di hadapanku. Aku masih tetap mengocok
kontolnya maju mundur. “Sayang… kau
suka yaa sama kontolku”, katanya. Sambil tetap
mengocok kontolnya aku menjawab dengan polos. “suka sih Mas…
habis kontol Mas lucu juga, keras banget Mas kayak kayu”, ujarku tanpa malu-
malu lagi. “Lucu apanya
sih?” tanyanya. Aku memandangnya sambil tersenyum “pokoknya lucu
saja”, bisikku lirih tanpa penjelasan. “Gitu yaa…
kalau memek kamu seperti apa yaa… aku pengen liat dong”, katanya. Aku mendelik
sambil melepaskan tanganku dari kontolnya. “Mas jorok
ahh…” sahutku malu-malu. “Ayo, aku
sudah kepengen ngerasain nih… aku buka ya celana kamu”, katanya lagi. Dan dengan
cepat dia berjongkok di depanku, kedua tangannya meraih pinggulku dan
didekatkan ke arahnya. Pada mulanya aku agak memberontak dan menolak tangannya
namun begitu aku memandang wajahnya yang tersenyum padaku akhirnya aku hanya
pasrah dan mandah saat jemari kedua tangannya mulai gerilya mencari ritsluiting
celana ketatku yang berwarna putih itu. Mukanya persis di depan selangkanganku
sehingga dia dapat melihat gundukan bukit memekku dari balik celana ketatku.
Dia semakin tak sabar, dan begitu menemukan ritsluitingku segera ditariknya ke
bawah sampai terbuka, kebetulan aku tak memakai sabuk sehingga dengan mudah dia
meloloskan dan memplorotkan celanaku sampai ke bawah. Sementara pandangannya
tak pernah lepas dari selangkanganku, dan kini terpampanglah di depannya CDku
yang berwarna putih bersih itu tampak sedikit menonjol di tengahnya. Terlihat
dari CDku yang cukup tipis itu ada warna kehitaman, jembutku. Waahh… dia
memandang ke atas dan aku menatapnya sambil tetap tersenyum. “Aku buka ya..
CDnya”, tanyanya. Aku hanya
menganggukan kepala perlahan. Dengan gemetar jemari kedua tangannya kembali
merayap ke atas menelusuri dari kedua betisku terus ke atas sampai kedua belah
paha, dia mengusap perlahan dan mulai meremas. “Oooh…Masss”
aku merintih kecil. kemudian jemari kedua tangannya merayap ke belakang
kebelahan bokongku yang bulat. Dia meremas gemas disitu. Ketika
jemari tangannya menyentuh tali karet CDku yang bagian atas, sreeet… secepat
kilat ditariknya ke bawah CDku itu dengan gemas dan kini terpampanglah sudah
daerah ‘forbidden’ ku. Menggembung membentuk seperti sebuah gundukan bukit
kecil mulai dari bawah pusarku sampai ke bawah di antara kedua belah pangkal
pahaku, sementara di bagian tengah gundukan bukit memekku terbelah membentuk
sebuah bibir tebal yang mengarah ke bawah dan masih tertutup rapat menutupi
celah liang memekku. Dan di sekitar situ ada jembut yang cukup lebat. “Oohh.. Din,
indahnya…” Hanya kalimat
itu yang sanggup diucapkan saat itu. Dia mendongak ketika aku sedang membuka baju
kaosku, setelah melemparkan kaos sekenanya kedua tanganku lalu menekuk ke
belakang punggungnya hendak membuka braku dan tesss… bra itupun terlepas jatuh
di mukanya. Selanjutnya aku melepas juga celana dan CDku yang masih tersangkut
di mata kakiku, lalu sambil tetap berdiri di depannya, aku tersenyum manis
kepadanya, walaupun wajahku sedikit memerah karena malu. Toketku berbentuk
bulat seperti buah apel, besarnya kira-kira sebesar dua kali bola tenis,
warnanya putih bersih hanya pentil kecilnya saja yang tampak berwarna merah
muda kecoklatan. “kamu cantik
sekali sayang”, bisiknya lirih. Aku mengulurkan kedua tanganku kepadanya
mengajaknya berdiri lagi. “Mass… aku
sudah siap, aku sayang sama Mas, aku akan serahkan semuanya seperti yang Mas
inginkan”, bisikku mesra. Dia merangkul tubuhku yang telanjang. Badanku seperti
kesetrum saat kulitku menyentuh kulit nya, kedua toketku yang bulat menekan
lembut dadanya yang bidang. Jemari tangannya tergetar saat mengusap punggungku
yang telanjang, “Aahh.. Din
kita ng***** di kamar yuk, aku sudah kepingin ngen tot sayang”, bisiknya tanpa
malu- malu lagi. Aku hanya tersenyum dalam pelukannya. “Terserah Mas
saja, mau ng*****nya dimana”, sahutku mesra. Dengan penuh nafsu dia segera
meraih tubuhku dan digendongnya ke dalam kamar. Direbahkannya tubuhku yang
telanjang bulat itu di atas kasur busa di dalam kamar tengah, tempat tidur itu
tak terlalu besar, untuk 2 orang pun harus berdempetan. Suasana dalam kamar
kelihatan gelap karena semua gorden tertutup, gorden yang berada dalam kamar ini sama
sekali tidak menghadap ke jalan umum namun menghadap ke kebun di belakang. Dia
segera membuka gorden agar sinar matahari sore dapat masuk, dan benar saja
begitu disibakkan sinar matahari dari arah barat langsung menerangi seluruh isi
kamar. Dia memandangi tubuhku yang telanjang bulat di ranjang. Segera dia
menaiki ranjang, aku memandangnya sambil tersenyum. Dia merayap ke atas tubuhku
yang bugil dan menindihnya, sepertinya dia sudah tak sabar ingin segera
memasuki memekku. “Buka pahamu
sayang, aku ingin mengen totimu sekarang”, bisiknya bernafsu. “Mass…” aku
hanya melenguh pasrah saat dia setengah menindih tubuhku dan kontolku yang tegang
itu mulai menusuk celah memekku, tangannya tergetar saat membimbing
kontolnya mengelus memekku lalu menelusup di antara kedua bibir memekku. “Sayang, aku
masukkan yaah… kalau sakit bilang sayang.. kamu kan masih perawan.” “Pelan-pelan
Mas”, bisikku pasrah. Lalu dengan
jemari tangan kanannya diarahkannya kepala kontolnya ke memekku. Aku memeluk
pinggangnya mesra, sementara dia mencari liang memekku di antara belahan bukit
memekku. Dia mencoba
untuk menelusup celah bibir memekku bagian atas namun setelah ditekan ternyata
jalan buntu. “Agak ke bawah
Mas, aahh kurang ke bawah lagi Mas… mm.. yah tekan di situ Mas… aawww
pelan-pelan Mas sakiiit”, aku memekik kecil dan menggeliat kesakitan. Akhirnya dia
berhasil menemukan celah memekku itu setelah aku menuntunnya, diapun mulai menekan
ke bawah, kepala kontolnya dipaksanya untuk menelusup ke dalam liang memekku
yang sempit. Dia mengecup bibir ku sekilas lalu berkonsentrasi kembali untuk
segera dapat membenamkan kontolnya seluruhnya ke dalam liang memekku. Aku mulai
merintih dan memekik-mekik kecil ketika kepala kontolnya yang besar mulai
berhasil menerobos liang memekku yang sangat- sangat sempit sekali. “Tahan
sayang…aku masukkan lagi, sempit sekali sayang aahh”, erangnya mulai merasakan
kenikmatan dan kurasakan kepala kontolnya berhasil masuk dan terjepit ketat
sekali dalam liang memekku. “aawwww….
masss sakiit…” teriakku memelas, tubuhku menggeliat kesakitan. Dia berusaha
menentramkan aku sambil mengecup mesra bibirku dan dilumat dengan perlahan.
Lalu, “tahan sayang,
baru kepalanya yang masuk sayang, aku tekan lagi yaah”, bisiknya. Tiba2 dia
mencabut kembali kontolnya yang baru masuk kepalanya saja itu dengan perlahan. “Ah… sayang,
aku masukin nanti saja deh, liang memekmu masih sangat sempit dan kering
sayang.” “memekku sakit
Mas”, erangku lirih. “Yahh… aku
tahu sayang kamu kan masih perawan, kita bercumbu dulu sayang, aku kepingin
melihat kamu nyampe”, bisiknya bernafsu. Segera dia merebahkan badannya di atas
tubuhku dan dipeluknya dengan kasih sayang, “Din… hh..
bagaimana perasaanmu sayang”, bisiknya mesra. Aku memandangnya dan tertawa
renyah. “mm… aku
bahagia sekali bersama Mas seperti ini, rasanya nikmat ya Mas berpelukan sambil
telanjang kaya gini”, ujarku polos. “Iyaa sayang,
anggaplah aku suamimu saat ini sayang”, bisiknya nakal. “Iih.. Mas,
Mas cumbui isterimu dong, beri istrimu kenik…mmbhh”, belum sempat aku selesai
ngomong, dia sudah melumat bibirku. Aku membalas ciumannya dan melumat bibirnya
dengan mesra.Dia menjulurkan lidahnya ke dalam mulutku dan aku langsung
mengulumnya hangat, begitu sebaliknya. Jemari tangan kirinya merayap ke bawah
menelusuri sambil mengusap tubuhku mulai pundak terus ke bawah sampai ke pinggul dan
diremasnya dengan gemas. Ketika tangannya bergerak kebelakang ke bulatan
bokongku, dia mulai menggoyangkan seluruh badannya menggesek tubuhku yang bugil
terutama pada bagian selangkangan dimana kontolnya yang sedang tegang-tegangnya
menekan gundukan bukit memekku. Dia menggerakkan pinggulnya secara memutar
sambil menggesek-gesekkan batang kontolnya di permukaan bibir memekku sambil
sesekali ditekan-tekan. Aku ikut-ikutan menggelinjang kegelian, beberapa kali
kepala kontolnya yang tegang salah sasaran memasuki belahan bibir memekku
seolah akan menembus liang memekku lagi. Aku hanya merintih kesakitan dan
memekik kecil, “Aawwww… Mas
saakiit”, erangku. “Aahh.. Din…
memekmu empuk sekali sayang, ssshh”, dia melenguh keenakan. Beberapa menit
kemudian setelah kami puas bercumbu bibir, dia menggeser tubuhnya kebawah
sampai mukanya tepat berada di atas kedua bulatan toketku, kini ganti perutnya
yang menekan memekku. Jemari kedua tangannya secara bersamaan mulai
menggerayangi gunung “Fujiyama” milikku, dia mulai menggesekkan ujung-ujung
jemarinya mulai dari bawah toketku di atas perut terus menuju gumpalan kedua
toketku yang kenyal dan montok. Aku merintih dan menggelinjang antara geli dan
nikmat. “Mass, geli”, erangku lirih. Beberapa saat dia mempermainkan kedua
pentilku yang kemerahan dengan ujung jemarinya. Aku menggelinjang lagi,
dipuntirnya sedikit pentilku dengan lembut. ” Mas…” aku
semakin mendesah tak karuan. Secara bersamaan akhirnya dia meremas-remas gemas
kedua toketku dengan sepenuh nafsu. “Aawww… Mas”,
aku mengerang dan kedua tanganku memegangi kain sprei dengan kuat. Dia semakin
menggila tak puas meremas lalu mulutnya mulai menjilati kedua toketku secara
bergantian. Lidahnya menjilati seluruh permukaan toketku itu sampai basah,
mulai dari toket yang kiri lalu berpindah ke toket yang kanan, digigit-
gigitnya pentilku secara bergantian sambil diremas- remas dengan gemas sampai
aku berteriak-teriak kesakitan. Lima menit kemudian lidahnya bukan saja
menjilati kini mulutnya mulai beraksi menghisap kedua pentilku sekuat-kuatnya.
Dia tak peduli aku menjerit dan menggeliat kesana-kemari, sesekali kedua jemari
tanganku memegang dan meremasi rambutnya, sementara kedua tangannya tetap
mencengkeram dan meremasi kedua toketku bergantian sambil menghisap- hisap
pentilnya. Bibir dan lidahnya dengan sangat rakus mengecup, mengulum dan
menghisap kedua toketku. Di dalam mulutnya pentilku dipilin dengan lidahnya
sambil terus dihisap. Aku hanya bisa mendesis, mengerang, dan beberapa kali
memekik kuat ketika giginya menggigiti pentilku dengan gemas, hingga tak heran
kalau di beberapa tempat di kedua bulatan toketku itu nampak berwarna kemerahan
bekas hisapan dan garis-garis kecil bekas gigitannya. Cukup lama dia mengemut
toketku, setelah itu bibir dan lidahnya kini merayap menurun ke bawah. Ketika
lidahnya bermain di atas pusarku, aku mulai mengerang-erang kecil keenakan, dia
mengecup dan membasahi seluruh perutku. Ketika dia bergeser ke bawah lagi
dengan cepat lidah dan bibirnya telah berada di atas gundukan bukit memekku. “Buka pahamu
Din..” teriaknya tak sabar, posisi pahaku yang kurang membuka itu membuatnya
kurang leluasa untuk mencumbu memekku itu. “Oooh… masss”,
aku hanya merintih lirih. Dia membetulkan posisinya di atas selangkangan ku.
Aku membuka ke dua belah pahaku lebar-lebar, aku sudah sangat terangsang
sekali. Kedua tanganku masih tetap memegangi kain sprei, aku kelihatan tegang
sekali. “Sayang…
jangan tegang begitu dong sayang”, katanya mesra. “Lampiaskan
saja perasaanmu, jangan takut kalau IDin merasa nikmat, teriak saja sayang biar puass….”
katanya selanjutnya. Sambil memejamkan mata aku berkata lirih. “Iya mass
eenaak sih mass”, kataku polos. Dia memandangi memekku yang sudah ditumbuhi
jembut namun kulit dimemekku dan sekitarnya itu tidak tampak keriput sedikitpun,
masih kelihatan halus dan kencang. Bibir memekku kelihatan gemuk dan padat
berwarna putih sedikit kecoklatan, sedangkan celah sempit yang berada diantara
kedua bibir memekku itu tertutup rapat. “MAs… ngapain
sih kok ngelamun, bau yaa Mas?” tanyaku sambil tersenyum. Wajahku sedikit kusut
dan berkeringat. ”abisnya
memekmu lucu sih, bau lagi”, balasnya nakal. “Iiihh…
jahat”, Belum habis berkata begitu aku memegang kepalanya dan mengucek-ucek
rambutnya. Dia tertawa geli. Selanjutnya aku menekan kepalanya ke bawah, sontak
mukanya terutama hidung dan bibirnya langsung nyosor menekan memekku, hidungnya
menyelip di antara kedua bibir memekku. Bibirnya mengecup bagian bawah bibir
memekku dengan bernafsu, sementara jemari kedua tangannya merayap ke balik pahaku
dan meremas bokongku yang bundar dengan gemas. Dia mulai mencumbui bibir
memekku yang tebal itu secara bergantian seperti kalau dia mencium bibirku.
Puas mengecup dan mengulum bibir bagian atas, dia berpindah untuk mengecup dan
mengulum bibir memekku bagian bawah. Karena ulahnya aku sampai menjerit-jerit
karena nikmatnya, tubuhku menggeliat hebat dan terkadang meregang kencang,
beberapa kali kedua pahaku sampai menjepit kepalanya yang lagi asyik masyuk
bercumbu dengan bibir memekku. Dia memegangi kedua belah bokongku yang sudah
berkeringat agar tidak bergerak terlalu banyak, sepertinya dia tak rela
melepaskan pagutan bibirnya pada bibir memekku. aku mengerang-erang dan tak
jarang memekik cukup kuat saking nikmatnya. Kedua tanganku meremasi rambutnya sampai
kacau, sambil menggoyang-goyangkan pinggulku.
Kadang pantat kunaikkan sambil mengejan nikmat atau kadang kugoyangkan memutar
seirama dengan jilatan lidahnya pada seluruh permukaan memekku. aku berteriak
makin keras, dan terkadang seperti orang menangis saking tak kuatnya menahan
kenikmatan yang diciptakannya pada memekku. Tubuhku menggeliat hebat, kepalaku
bergerak ke kiri dan ke kanan dengan cepat, sambil mengerang tak karuan. Dia
semakin bersemangat melihat tingkahku, mulutnya semakin buas, dengan nafas
setengah memburu disibakkannya bibir memekku dengan jemari tangan kanannya,
terlihat daging berwarna merah muda yang basah oleh air liurnya bercampur
dengan cairan lendirku, agak sebelah bawah terlihat celah liang memekku yang
amat sangat kecil dan berwarna kemerahan pula. Dia mencoba untuk membuka bibir
memekku agak lebar, namun aku memekik kecil karena sakit. “aawww mass..
sakiit”, pekikku kesakitan. “maaf sayang,
sakit yaa…” bisiknya khawatir. Dia mengusap
dengan lembut
bibir memekku agar sakitnya hilang, sebentar kemudian lalu disibakkan kembali
pelan-pelan bibir memekku, celah merahnya kembali terlihat, agak ke atas dari
liang memekku yang sempit itu ada tonjolan daging kecil sebesar kacang hijau
yang juga berwarna kemerahan, inilah itil, bagian paling sensitif dari memek
wanita. Lalu secepat kilat dengan rakus lidahnya dijulurkan sekuatnya keluar
dan mulai menyentil-nyentil daging itilku. Aku memekik sangat keras sambil
menyentak-nyentakkan kedua kakiku ke bawah. Aku mengejang hebat, pinggulku bergerak
liar dan kaku, sehingga jilatannya pada itilku jadi luput. Dengan gemas dia
memegang kuat-kuat kedua belah pahaku lalu kembali menempelkan bibir dan
hidungnya di atas celah kedua bibir memekku, dia menjulurkan lidahnya keluar
sepanjang mungkin lalu ditelusupkannya lidahnya menembus jepitan bibir memekku
dan kembali menyentil nikmat itilku dan, aku memekik tertahan dan tubuhku
kembali mengejan sambil menghentak-hentakkan kedua kakiku, pantat ku angkat ke
atas sehingga lidahnya memasuki celah bibir memekku lebih dalam dan
menyentil-nyentil itilku. Begitu singkat karena tak sampai 1 menit aku terisak
menangis dan ada semburan lemah dari dalam liang memekku berupa cairan hangat
agak kental banyak sekali. Dia masih menyentil itilku beberapa saat sampai tubuhku
terkulai lemah dan akhirnya pantatku pun jatuh kembali ke kasur. Aku melenguh
panjang pendek meresapi kenikmatan yang baru kurasakan, sementara dia masih menyedot
sisa-sisa lendir yang keluar ketika aku nyampe. Seluruh selangkanganku tampak basah penuh
air liur bercampur lendir yang kental. Dia menjilati seluruh permukaan memekku
sampai agak kering, “Sayaang… puas
kan…” bisiknya lembut namun aku sama sekali tak menjawab, mataku terpejam rapat
namun mulutku tersenyum bahagia. “Giliranku
sayang, aku mau masuk nih… tahan sakitnya sayang”, bisiknya lagi tanpa menunggu
jawabannya. Dia segera
bangkit dan duduk setengah berlutut di atas tubuhku yang telanjang berkeringat.
Toketku penuh lukisan hasil karyanya. Dengan agak kasar dia menarik kakiku ke
atas dan ditumpangkannya kedua pahaku pada pangkal pahanya sehingga kini
selangkanganku menjadi terbuka lebar. Dia menarik bokongku ke arahnya sehingga
kontolnya langsung menempel di atas memekku yang masih basah. Dia
mengusap-usapkan kepala kontolnya pada kedua belah bibir memekku dan lalu
beberapa saat kemudian dengan nakal kontolnya ditepuk-tepukkan dengan gemas ke
memekku. Aku menggeliat manja dan tertawa kecil, “Mas… iiih..
gelii.. aah”, jeritku manja. “Sayaang,
kontolku mau masuk nih… tahan yaa sakitnya”, bisiknya nakal penuh nafsu. “Iiihh… jangan
kasar ya mass… pelan- pelan saja masukinnya, aku takut sakiit”, sahutku polos
penuh kepasrahan. Sedikit disibakkannya bibir memekku dengan jemari kirinya,
lalu diarahkannya kepala kontolnya yang besar ke liang memekku yang sempit. Dia mulai
menekan dan aku pun meringis, dia tekan lagi… akhirnya perlahan-lahan mili demi
mili liang memekku itu membesar dan mulai menerima kehadiran kepala kontolnya.
Aku menggigit bibir. Dia melepaskan jemari tangannya dari bibir memekku dan
plekk… bibir memekku langsung menjepit nikmat kepala kontolnya. “Tahan
sayang…” bisiknya bernafsu. Aku hanya
mengangguk pelan, mata lalu kupejamkan rapat-rapat dan kedua tanganku kembali
memegangi kain sprei. Dia agak membungkukkan badannya ke depan agar pantatnya
bisa lebih leluasa untuk menekan ke bawah. Dia memajukan pinggulnya dan akhirnya
kepala kontolnya
mulai tenggelam di dalam liang memekku. Dia kembali menekan, dan aku mulai
menjerit kesakitan. Dia tak peduli, mili demi mili kontolnya secara pasti terus
melesak ke dalam liang memekku dan tiba-tiba setelah masuk sekitar 4 centi
seperti ada selaput lunak yang menghalangi kepala kontolnya untuk terus masuk,
dia terus menekan dan aku melengking keras sekali lalu menangis terisak-isak.
selaput daraku robek. Dia terus menekan kontolnya, ngotot terus memaksa
memasuki liang memekku yang luar biasa sempit itu. Dia memegang pinggulku, dan
ditariknya kearahnya kontolnya masuk makin ke dalam, Aku terus menangis
terisak-isak kesakitan, sementara dia sendiri malah merem melek keenakan. Dan
dia menghentak keras ke bawah, dengan cepat kontolnya mendesak masuk liang
memekku. dia mengerang nikmat. Dihentakkan lagi pantatnya ke bawah dan akhirnya
kontolnya secara sempurna telah tenggelam sampai kandas terjepit di antara
bibir memekku. dia berteriak keras saking nikmatnya, matanya mendelik menahan
jepitan ketat memekku yang luar biasa. Sementara aku hanya memekik kecil lalu
memandangnya sayu. “Mass… aku
sudah nggak perawan lagi sekarang”, bisikku lirih. Kami sama-sama
tersenyum. Direbahkannya badannya di atas tubuhku yang telanjang, aku
memeluknya penuh kasih sayang, toketku kembali menekan dadanya. Memekku
menjepit meremas kuat kontolnya yang sudah amblas semuanya. Kami saling
berpandangan mesra,dia mengusap mesra wajahku yang masih menahan sakit menerima
tusukan kontolnya. “Mas…
bagaimana rasanya”, bisikku mulai mesra kembali, walaupun sesekali kadang aku
menggigit bibir menahan sakit. “Enaak
sayang.. dan nikmaat… oouhh aku nggak bisa mengungkapkannya dengan kata-kata
sayang… selangit pokoknya”, bisiknya. “MAs,
bagaimana kalau aku sampai hamil?” bisikku sambil tetap tersenyum. ”Oke…nanti
setelah ng***** kita cari obat di apotik, obat anti hamil”, bisiknya gemas. “Iihh… nakal…”
sahutku sambil kembali mencubit pipinya. “Biariin…”
“Maasss…” aku agak berteriak. “Apaan sih…”
tanyanya kaget. Lalu sambil agak bersemu merah dipipi aku berkata lirih. “dienjot
dong…” bisikku hampir tak terdengar. “Iiih kamu
kebanyakan nonton film porno, kan memeknya masih sakiit”, jawabnya. “Pokoknya,
dienjot dong Mas…” sahutku manja. Dia mencium
bibirku dengan bernafsu, dan akupun membalas dengan tak kalah bernafsu. Kami
saling berpagutan lama sekali, lalu sambil tetap begitu dia mulai menggoyang
pinggul naik turun. kontolnya mulai menggesek liang memekku dengan kasar,
pinggulnya menghunjam-hunjam dengan cepat mengeluar masukkan kontolnya yang
tegang. Aku memeluk punggungnya dengan kuat, ujung jemari tanganku menekan
punggungnya dengan keras. Kukuku terasa menembus kulitnya. Tapi dia tak peduli,
dia sedang meng*****i dan menikmati tubuhku. Aku merintih dan memekik kesakitan
dalam cumbuannya. Beberapa kali aku sempat menggigit bibirnya, namun itupun dia
tak peduli. Dia hanya merasakan betapa liang memekku yang hangat dan lembut itu
menjepit sangat ketat
kontolnya. Ketika ditarik keluar terasa daging memekku seolah mencengkeram kuat
kontolnya, sehingga terasa ikut keluar. Aku melepaskan ciumannya dan mencubit
pinggangnya. “Awww… aduuh
Mass… sakit … . ngilu Mas” aku berteriak kesakitan. “Maaf sayang…
aku mainnya kasar yaah? aku nggak tahan lagi sayang aahhgghghh”, bisiknya. “pejuku mau
keluar”, desahnya sambil
menyemprotkan peju yang banyak di liang memekku. Kami pun
berpelukan puas atas kejadian tersebut. Dan tanpa terasa kami ketiduran sambil
berpelukan telanjang bulat karena kecapaian dalam permainan tadi. Kami tidur
dua jam lamanya lalu kami berdua mandi bersama. Di dalam kamar mandi kami
saling membersihkan dan berciuman. Dia minta aku jongkok. Dia mengajariku untuk
menjilati serta mengulum kontolnya yang sudah tegak berdiri. Kontolnya kukulum
sambil mengocoknya pelan- pelan naik turun. “Enak banget
yang, kamu cepet ya belajarnya. Terus diemut yang”, erangnya. Kemudian
giliran dia, aku disuruhnya berdiri sambil kaki satunya ditumpangkan di bibir
bathtub agar siap mendapat serangan oralnya. Dia menyerang selangkanganku
dengan lidah yang menari-nari kesana kemari pada itilku sehingga aku mengerang
sambil memegang kepalanya untuk menenggelamkannya lebih dalam ke memekku. Dia
tahu apa yang kumau, lalu dijulurkannya lidahnya lebih dalam ke memekku sambil
mengorek-korek itilku dengan jari manisnya. Semakin hebat rangsangan yang aku
rasakan sampai aku nyampe, dengan derasnya lendirku keluar tanpa bisa dibendung. Dia
menjilati dan menelan semua lendirku itu tanpa merasa jijik. “Mas, nikmat
banget deh, aku sampe lemes”, kataku. “Ya udah kamu
istirahat aja, aku mau ngangetin makanan dulu ya”, katanya. . Aku berbaring
di ranjang, ngantuk sampe ketiduran lagi. DIa membangunkanku dan mengajakku
makan nasi padang yang sudah disiapkannya. “Din, malem
ini kita tidur disini aja ya, aku masih pengen ngerasain memekmu lagi”, katanya
sambil membelai pipiku. “Aku nurut aja
apa yang mas mau, aku kan udah punyanya mas”, jawabku pasrah. Sehabis makan
langsung Aku dibawanya lagi keranjang, dan direbahkan. Kami langsung
berpagutan lagi, aku sangat bernapsu meladeni ciumannya. Dia mencium bibirku,
kemudian lidahnya menjalar menuju ke toketku dan dikulumnya pentilku. Terus
menuju keperut dan dia menjilati pusarku hingga aku menggelepar menerima
rangsangan itu yang terasa nikmat. “Mas enak
sekali..” nafasku terengah2. Lumatannya
terus dilanjutkannya pada itilku. Itilku dijilatinya, dikulum2, sehingga aku
semakin terangsang hebat. Pantatku kuangkat supaya lebih dekat lagi
kemulutnya. Diapun merespons hal itu dengan memainkan lidahnya ke dalam memekku
yang sudah dibukanya sedikit dengan jari. Ketika responsku sudah hampir
mencapai puncak, dia menghentikannya. Dia ganti dengan posisi 6. Dia telentang
dan minta aku telungkup diatas tubuhnya tapi kepalaku ke arah kontolnya. Dia
minta aku untuk kembali menjilati kepala kontolnya lalu mengulum kontolnya keluar
masuk mulutku dari atas. Setelah aku lancar melakukannya, dia menjilati memek
dan itilku lagi dari bawah. Selang beberapa lama kami melakukan pemanasan maka
dia berinisiatif untuk menancapkan kontolnya di memekku. Aku ditelentangkannya,
pahaku dikangkangkannya, pantatku diganjal dengan bantal. “buat apa mas,
kok diganjel bantal segala”, tanyaku. “biar masuknya
dalem banget yang, nanti kamu juga ngerasa enaknya”, jawabnya sambil
menelungkup diatasku. Kontolnya
digesek2kan di memekku yang sudah banyak lendirnya lagi karena itilku dijilati
barusan. “Ayo Mas
cepat, aku sudah tidak tahan lagi” pintaku dengan bernafsu. “Wah kamu
sudah napsu ya Din, aku suka kalo kita ngen tot setelah kamu napsu banget
sehingga gak sakit ketika kontolku masuk ke memek kamu”, jawabnya. Dengan pelan
tapi pasti dia masukan kontolnya ke memekku. “ Pelan2 ya mas,
biar gak sakit”, lenguhku sambil merasakan kontolnya yang besar menerobos
memekku yang masih sempit. Dia terus
menekan2 kontolnya dengan pelan sehingga akhirnya masuk semua. Lalu dia tarik pelan-pelan
juga dan dimasukkan lagi sampai mendalam, terasa kontolnya nancep dalem sekali.
“Mas enjot
yang cepat, Mas, aku udah mau nyampe ach.. Uch.. Enak Mas, lebih enak katimbang
dijilat mas tadi”, lenguhku. . “Aku juga mau
keluar, yang”, jawabnya. Dengan
hitungan detik kami berdua nyampe bersama sambil merapatkan pelukan, terasa
memekku berkedutan meremes2 kontolnya. Lemas dan capai kami berbaring sebentar
untuk memulihkan tenaga. Sudah satu jam kami beristirahat, lalu dia minta aku
mengemut kontolnya lagi. “Aku belum
puas yang, mau lagi, boleh kan?” tanyanya. “Boleh mas,
aku juga pengen ngerasain lagi nyampe seperti tadi”, jawabku sambil mulai
menjilati kepala kontolnya yang langsung ngaceng dengan kerasnya. Kemudian
kepalaku mulai mengangguk2 mengeluar masukkan kontolnya dimulutku. Dia
mengerang kenikmatan, “Enak banget
Din emutanmu. Tadi memekmu juga ngempot kontolku ketika kamu nyampe. Nikmat
banget deh malam ini”. Aku diam tidak menjawab karena ada kontolnya
dalam mulutku. “Din, aku udah
mau ngecret nih, aku masukkin lagi ya ke memek kamu”, katanya sambil minta aku
nungging. “MAu ngapain
mas, kok aku disuru nungging segala”, jawabku tidak mengerti. “udah kamu
nungging aja, mas mau ngen totin kamu dari belakang”, jawabnya. Sambil nungging
aku bertanya lagi, “Mau
dimasukkin di pantat ya mas, aku gak mau ah”. “Ya gak lah yang, ngapain di
pantat, di memek kamu udah nikmat banget kok”, jawabnya. dengan pelan
diumasukkannya kontolnya ke memekku, ditekan2nya sampe amblas semua, terasa
kontolnya masuk dalem sekali, seperti tadi ketika pantatku diganjel bantal.
Kontolnya mulai dikeluarmasukkan dengan irama lembut. Tanpa sadar aku mengikuti
iramanya dengan menggoyangkan pantatku. Tangan kirinya menjalar ke toketku dan
diremas-remas kecil, sambil mulai memompa dengan semakin cepat. Aku mulai
merasakan nikmatnya dien tot, sakit sudah tidak terasa lagi. “Mas, aku udah
ngerasa enaknya dien tot, terus yang cepet ngenjotnya mas, rasanya aku udah mau
nyampe lagi”,
erangku. Dia tidak
menjawab, enjotan kontolnya makin lama makin cepet dan keras, nikmat banget deh
rasanya. Akhirnya dengan satu enjotan yang keras dia melenguh, “Din aku
ngecret, aah”, erangnya. “Mas, aku
nyampe juga mas, ssh”, bersamaan dengan ngecretnya pejunya aku juga
nyampe.Kembali aku terkapar kelelahan. Ketika aku terbangun, hari udah terang.
Aku nggeletak telanjang bulat di ranjang dengan Satu kaki terbujur lurus dan
yang sebelah lagi menekuk setengah terbuka mengangkang. Dia yang sudah bangun
lebih dulu, menaiki ranjang dan menjatuhkan dadanya diantara kedua belah paha
ku. Lalu dengan gemas, diciumnya pusarku. ” Mass, geli!”
aku menggeliat manja. Dia tersenyum sambil terus saja menciumi pusarku
berulang2 hingga aku menggelinjang beberapa kali. Dengan menggunakan ke2 siku
dan lututnya ia merangkak sehingga wajahnya terbenam diantara ke2 toketku.
Lidahnya sedikut menjulur ketika dia mengecup pentilku sebelah kiri, kemudian pindah
ke pentil kanan. Diulangnya beberapa kali, kemudian dia berhenti melakukan
jilatannya. Tangan kirinya bergerak keatas sambil meremes dengan lembut
toketku. Remasannya membuat pentilku makin mengeras, dengan cepat dikecupnya
pentilku dan dikulum2nyasambil mengusap punggungku dengan tangan kanannya. “Kamu cantik
sekali,” katanya sambil mendekatkan wajahnya ke wajahku. Aku hanya
tersenyum, aku senang mendengar pujiannya. Kurangkul lehernya, kemudian kucium
bibirnya. Lidahnya yang nyelip masuk mulutku kuhisap2. Aku segera meraba
kontolnya lagi, kugenggam dan kugesek2kan ke memekku yang mulai berlendir.
Lendir memekku melumuri kepala kontolnya, kontolnya menjadi makin keras. Urat2
berwarna hijau di kulit batang kontolnya makin membengkak. Dia menekan
pinggulnya sehingga kepala kontolnya nyelip di bibir memekku. Terasa bibir
memekku menjepit kontolnya yang besar itu. Dia menciumi leherku, dadanya
direndahkan sehingga menekan toketku. “Oh…mas”,
lenguhku ketika ia menciumi telingaku. “Kakimu
dibelitkan di pinggangku Din”, pintanya sambil terus mencium bibirku. Tangan kirinya
terus meremas toketku sedang tangan satunya mengelus pahaku yang sudah
kulingkarkan di pinggangnya. Lalu dia mendorong kontolnya lebih dalam. Sesak
rasanya memekku. Pelan2 dia menarik sedikit kontolnya, kemudian didorongnya.
Hal ini dia lakukan beberapa kali sehingga lendir memekku makin banyak keluarnya,
mengolesi kepala kontolnya. Sambil menghembuskan napas, dia menekan lagi
kontolnya masuk lebih dalam. Dia menahan gerakan pinggulnya ketika melihat aku
meringis. “Sakit yang”,
tanyanya. “Tahan sedikit
ya”. Dia kembali
menarik kontolnya hingga tinggal kepalanya yang terselip di bibir luar memekku,
lalu didorongnya kembali pelan2. Dia terus mengamati wajahku, aku setengah memejamkan
mata tapi sudah tidak merasa sakit. “Din, nanti
dorong pinggul kamu keatas ya”, katanya sambil menarik kembali kontolnya. Dia
mencium bibirku dengan lahap dan mendorong kontolnya masuk kontolnya. Pentilku
diremesnya dengan jempol dan telunjuknya. Aku tersentak karena enjotan
kontolnya dan secara reflex aku mendorong pinggulku ke atas sehingga kontolnya
nancap lebih dalam. Aku menghisap lidahnya yang dijulurkan masuk ke mulutku.
Sementara itu dia terus menekan kontolnya masuk lebih dalam lagi. Dia menahan
gerakan pinggulnya, rambutku dibelai2nya dan terus mengecup bibirku. Kontolnya
kembali ditariknya keluar lagi dan dibenamkan lagi pelan2, begitu dilakukannya
beberapa kali sehingga seluruh kontolnya sudah nancap di memekku. Aku merangkul
lehernya dan kakiku makin erat membelit pinggangnya. ”Akh mas”,
lenguhku ketika terasa kontolnya sudah masuk semua, terasa memekku berdenyut
meremes2 kontolnya. “Masih sakit
Din”, tanyanya. “Enak mas”, jawabku sambil mencakari punggungnya, terasa biji
pelernya memukul2 pantatku. Dia mulai mengenjotkan kontolnya keluar masuk memekku.
Entah bagaimana dia mengenjotkan kontolnya, itilku tergesek kontolnya ketika
dia mengenjotkan kontolnya masuk. Aku menjadi terengah2 karena nikmatnya. Dia
juga mendesah setiap kali mendorong kontolnya masuk semua, “Din, memekmu
peret sekali, terasa lagi empotannya, enak banget sayang ng***** dengan kamu”. Tangannya
menyusup ke punggungku sambil terus mengenjotkan kontolnya. Terasa bibir
memekku ikut terbenam setiap kali kontolnya dienjot masuk. “Mas”,
erangku. Terdengar bunyi “plak” setiap kali dia menghunjamkan kontolnya. Bunyi
itu berasal dari beradunya pangkal pahanya dengan pangkal pahaku karena aku mengangkat
pinggulku setiap dia mengenjot kontolnya masuk. “Din, aku udah
mau ngecrot”, erangnya lagi. Dia
menghunjamkan kontolnya dalam2 di memekku dan terasalah pejunya nyembur2 di
dalam memekku. Bersamaan dengan itu, “Mas, aku
nyampe juga mas”, aku mengejang karena ikutan nyampe. Nikmat banget bersama
dia, walaupun perawanku hilang aku tidak nyesel karena ternyata dien tot itu
mendatangkan kenikmatan luar biasa. Tamat