Kisah Petualangan Seksku Dengan Burung Muda
Namaku Rahmi – lengkapnya Siti Surahmini – lahir di Semarang sekitar 46 tahun lalu. Status saat ini janda cerai. Mantan suamiku Indo yang lahir di Belanda. Kami menikah saat aku berusia 20 tahun.
Aku
dikaruniai anak perempuan – sekarang berumur 25 tahun, tinggal bersama bapaknya
di Amsterdam untuk alasan pendidikan dan kehidupan yang lebih baik. Dua tahun sekali kami bertemu. Entah di Jakarta atau aku yang ke Belanda.
1. Dengan Obet
Oke. Untuk tidak berpanjang lebar. Ini ceritaku bagaimana aku memuaskan kawan anakku. Ini terjadi saat Fira anakku yang saat itu berusia 18 th duduk di kelas 3 Smu. Sudah kebiasaan kalo rumahku di bilangan Karet Cassablanca menjadi tempat kumpul kawan-kawan Fira – apalagi menjelang ujian. Seperti saat itu sebelum UN.
Saat itu Fira dan 5 orang kawannya – 3 cewek dan 2 cowok datang untuk belajar di ruang keluarga kami yang cukup luas. Kawan cowok Fira keren-keren, maklum anak orang-orang berkedudukan dan kaya. Satu yang menarik perhatianku adalah Robert – yang dipanggil Obet Kuda (aku baru tahu kenapa ada embel-embel kuda beberapa waktu kemudian).
Obet adalah anak pejabat teras DKI – keturunan Maluku-Jawa-Sunda. Tinggi langsing berkulit coklat gelap, tidak begitu cakep. Dia sering mencuri-curi pandang ke arahku jika berkunjung ke rumah ini. Itu dilakukan sejak pertama kali dia ke rumah sekitar setahun lalu.
Siang itu – karena sedang panas di Jakarta – anak-anak itu kemudian bergeser belajar di teras belakang yang teduh dan berangin. Aku – karena kebiasaan kalo sedang panas – menggunakan T-shirt sedikit longgar dan jeans pendek. Aku tidak berpikir kalau akan mengganggu kawan-kawan cowok anakku – toh mereka sudah biasa bertemu.
Seperti biasa aku membawakan mereka minuman dan cemilan. Pada waktu aku menunduk meletakkan baki, T-shirt ku yang memang agak longgar sedikit membuka di bagian leher dan Obet melihat hal itu. Tadinya aku tidak sadar dan cuek saja. Tapi setelah dua kali aku bolak-balik, aku menangkap mata Obet menatap bungkahan payudaraku yang tersingkap dari lubang leher T-shirtku. Dia memalingkan wajah begitu dia tahu aku memergokinya. Malu nampaknya.
Beberapa menit kemudian, ketika aku ada perlu ke dapur aku berpapasan dengan Obet.
“maaf tante. Mau ke toilet. Yang di dalam di pakai Novi (kawan anakku yang lain)”
“Oh ya. Silakan. Pake aja yang dekat dapur itu” kataku sambil melirik kea rah toilet.
Toilet itu adalah toilet pembantu yang kamarnya menjorok ke dalam di dekatnya. Pintunya agak sedikit keropos di beberapa bagian – sebenarnya harus diperbaiki segera – dan pada arah tertentu kita bias melihat beberapa sudut dalam toilet.
Sekitar satu menit aku berada di dapur aku tersadar ada suara-suara seperti kecipak ritmis dari toilet sebelah. Aku tahu itu adalah Obet. Karena penasaran aku hampiri toilet itu dan menempatkan diri dekat kamar pembantuku yang kebetulan aku suruh belanja siang itu.
Astaga…. dari celah pintu toilet yang keropos aku bisa melihat Obet memepermainkan kontolnya – sedang onani. Yang membuatku terbelalak adalah ukuran kontolnya yang extra untuk ukuran badan dan usia dia – dan baru tahu aku kenama dia dijuluki KUDA. Hampir seukuran suamiku. Dan yang makin mengejutkan adalah racauannya yang memanggil namaku sambil onani…. . astaga anak itu membayangkan aku…. .
“uughh…. . tante Ami…. . yeachh…. kocok kontol saya…… uuuccchhhh ……. tante…. Saya pengin tante emuttt……” demikian racaunya.
Rupanya pemandangan yang tidak sengaja aku suguhkan tadi merangsang dia. Ada sekitar 3 menit kemudian Obet mempercepat kocokannya dan keluarlah cairan kenikmatannya…astagaaaa…. banyak dan kental juga. Aku yang terus mengintip pun tersadar kalau miss V juga mulai lembab… Cepat aku kembali ke dapur.
“eh…tante Ami masih di sini,” katanya
“iya Bet, nunggu si Nah pulang belanja,” kataku.
“eh ya…. permisi ke luar tante,” katanya ngeloyor ke teras.
“eh…sebentar Bet. Ada yang mau tante bicarakan,” kataku menahannya
“eeeeehhhh…so…soal apa ya tan?” memerah mukanya
“mmm…soal tadi,” kataku menggoda dia
“tadi yang mana ya tan?” katanya pura-pura bego
Aku mendekati dia sambil berkata, “yang di teras…. waktu tante memberi kacang…kamu lihat apa hayo,” kataku sembari menyentuh hidungnya.
“ehhhh…emmm…eeee…itu tan…eeee,” katanya tidak jelas…. .
Aku yang sudah “keringatan” miss V-ku makin menggoda dia. Aku pegang tangannya dan aku bawa ke dadaku yang masih dibungkus T-shirt dan push-up Bra.
“ini ya,” sambil meletakkan telapak tangannya ke dada. Aku remaskan sedikit.
“ehhh tan…. mmm,” dia kaget dan berusaha menarik tangannya sambil matanya melirik keluar lewat pintu dapur ke arah teras.
“dan ini Bet…. kamu mainin ini waktu di toilet kan,” kataku sambil tangan kananku meraba bagian depan celananya.
“tante denger koq dari luar…. apalagi kamu sebut nama tante,’ kataku sengaja menutupi kejadian di mana aku mengintipnya.
“ehhhh…. tante…maaffffiiiinn Obettthhhh,” katanya lirih seakan menahan sesuatu.
kontol yang aku pegang seketika berkembang membengkak dan membesar akupun semakin terkesiap. Besar juga birahi anak ini. Apa karena dia keturunan Maluku ya…. Ya ampun apa yang aku lakukan batinku.
Kepalang tanggung…apalagi aku juga menikmati upayaku menggoda anak ini. Maka aku makin dekatkan mulutku ke cuping telinganya setengah berbisik.
“ Beth…kamu mau tante puaskan,” kataku setengah berbisik.
“ehh. . iiiiyyyaaahhhh, tanthhh,” katanya lirih menahan hasrat.
“oke…kalo gitu…besok kamu datang aja jam 11an…kebetulan Fira besok pulang sore karena harus les,” kataku sambil tetap meraba tonjolan depan celananya.
“sekarang…kembali ke kawan-kawanmu sana. Nanti mereka curiga,” kataku sambil mengecup ringan cuping telinganya.
Aku tinggal Obet…terpaku dengan gemetaran. Aku tersenyum.
Singkat cerita…. . Keesokan harinya, seperti yang kukatakan pada Obet, dia datang sekitar jam 11. 00 kurang setengah jam malah. Sudah gak sabar rupanya.
Pagi itu aku sudah persiapkan segalamnya. Fira les dan pembantuku aku liburkan karena ini weekend. Praktis aku sendirian di rumah. So aku pakai tank-topku yang paling hot no-bra dengan jeans pendek yang nyaris tidak menutup bongkahan pantatku.
“Hai Bet, masuk,” kataku menyambut ketukan di pintu. Obet masuk dan aku memastikan bahwa pintu pagar sudah aku kunci, maka aku masuk ke rumah sambil menutup pintu ruang tamu.
“minum apa sayang. Jakarta panas hari ini,” kataku menggandeng dia ke ruang keluarga.
“eeehhh, apa saja dech tante…pasti enak kalo tante yang bikin,” katanya mencoba melucu menghilangkan nervous.
Obet duduk di sofa keluarga kami menghadap TV yang masih menyala ketika aku tinggal tadi. Aku ke dapur membuatkan minuman dan menyiapkan camilan.
“gimana kabarmu hari ini,” kataku berbasa-basi sambil menghantar minuman dan camilan.
Aku menunduk di meja depan sofa. Dan karena posisiku itu bagian leher tanktop agak membuka dan aku yakin dari posisi Obet dia bisa melihat seluruh payudaraku yang menggantung dari bukaan tanktop itu.
“ehhhmm, baik Tan,” katanya menelan ludah sambil memperbaiki posisi duduk.
Aku sengaja sedikit lama menunduk sambil melirik sekilas tonjolan di celananya. Wow…cepat sekali sepaning anak ini…atau karena masih muda ya jadi gampang naik.
“silakan lho, diminum dan dimakan. Sebentar tante ngembaliin baki dulu,” kataku kemudian
Aku kembali dari dapur dan duduk di samping Obet yang sedang nonton TV.
“ada acara yang bagus?’ tanyaku.
“ndak ada tante. Paling cuma gossip dan sinetron siang,” katanya menjelajah chanel dengan remote.
‘coba lihat Fashion Show,” kataku memberi saran sambil memegang remote yang dia genggam. TV di rumah memang menggunakan TV berlangganan.
“ehhh, iya tan, ini,” katanya
Sekejap layar beralih pada acara fashion yang kebetulan menampilkan acara behind stage. Para peragawati di balik panggung masing-masing saling berganti-ganti pakaian. Jelas dalam chanel luar seperti itu tidak ada sensor untuk adegan semacam ini. Aku melirik Obet yang terpaku pada layar. Napasnya berat. Nampaknya jarang sekali dia melihat tubuh perempuan setengah terbuka atau terbuka penuh.
Bagian depan celananya menonjol. Dan dia berulang kali mengubah posisi kakinya.
“kenapa Bet, koq gelisah,” kataku pura-pura bego
“ehhh ndak papa Tan, eeeehhhh itu peragawatinya cantik-cantik,” katanya
“cantikan mana sama pacarmu,” kataku menggodanya
“saya belum punya pacar Tan,” katanya melihatku sekilas.
“ah masak sih, anak sekeren kamu ndak punya pacar,” kataku sambil mengelus-elus lengan bawahnya.
“ehhh…betul Tan,” katanya. Aku bisa rasakan bulu tangannya meremang.
“berarti belum pernah dicium perempuan dong selain mama atau keluarga,” godaku
“be. . belum Tan. Ini aja baru kali ini di rumah tante lihat tubuh perempuan,” dia nyengir menahan nervous.
“oooo, pantesannnn, kamu ndak berkedip waktu melirik tetek tante,” kataku sambil satu tanganku meraba payudaraku dari luar tanktop, menggoda dia
“yaaa,,,ehhh, be. . belum tan,” katanya sedikit gemetar.
“ya apa belum,” godaku. Aku sendiri sudah sedikit “berkeringat” di bawahku
“i. . iya tan. Ha ha bis punya tente kelihatannya bagus,” katanya sedikit berani
“bagus ya? Pantes ini kamu makin besar saja,” kataku sambil mengelus-elus bagian depan celananya.
‘ooohhhhh tannnnn, geliiiii,” katanya langsung menyandarkan diri ke sofa.
“tante buka ya Bet,” kataku sudah nggak tahan ingin melihat barangnya secara langsung.
Obet ternyata tidak memakai CD alih-alih dia memakai boxer. Segera, aku rogoh kontol di balik boxernya woooowwwww. . . . . benar-benar ekstra untuk anak seusia dia. . . . kontolnya gemuk dan sedikit lebih panjang dibanding mantan suamiku. . . .
Tak sabar aku segera mengelus-elus barang itu, semakin keras rasanya di tanganku. Aku beri sedikit ludahku untuk melancarkan kocokanku. Dan semakin ritmis aku kocok Obet semakin mengerang. . . hampir tiga menit dan Obet belum menunjukkan tanda-tanda akan ejakulasi. . . kuat juga ternyata anak ini. . . Maka kau putuskan untuk semakin menggoda-nya. Aku turunkan lengan tanktopku sehingga payudaraku terpampang separuh. . . berkedut kontolnya. Obet terasa di tanganku, semakin ritmis aku mengocoknya. dua menit kemudian aku merasa bahwa harus diserang dengan lebih ganas kontol anak muda ini. . .
“ooouuccchhhh Tan. . . . . Obetttthhhh ngillluuuu,” rintihnya nyaris tak bersuara
Aku segera mendekatkan mulutku dan menjilat kontolnya. Semakin berkedut barang itu dan akupun semakin dibakar birahi untuk merasakan mengulum kontol anak muda ini. Maka aku rapatkan mulutku pada batang itu.
“aaauuuuuccchhhhhhhhhhh. . . . . enaaakkk Tannnnnh,” erang Obet semakin menjadi
Satu menit kira-kira aku kulum, hisap dan kukocok bergantian. Akhirnya dengan lenguhan panjang kedut-kedut batang kontol Obet mengeluarkan air maninya.
“aaaarrrrrrrcccccccccccccchhhhhhhhhhhh. . . . . . . Tannn nnnnnnnnnnnnn, …. . . . . Obethhhhhh dapettttttttttttt,” Tangannya menahan kepalaku di kontolnya.
Segera aku hisap sampai tuntas. Aku ndak mau meneteskan dan memberi bekas pada karpet ruang keluarga ini. Banyak juga air mani anak muda ini. . . aku terkejut bahwa setelah kemarin dia menumpahkan di kamar mandi, masih banyak juga yang tersisa untuk ku siang ini.
Untuk beberapa saat Obet tergolek lemas dengan celana dan boxer teronggok di kakinya. Beberapa saat kemudia dia ijin membersihkan diri ke toilet. Demikian juga aku.
Aku sudah selesai dengan membereskan sisa-sia pertumpahan mani Obet ketika Fira anakkua muncul di ruang tamu.
“Mama, ada Obet ya. Itu motornya di garasi. Kenapa pintu gerbang mama kunci,” cerocosnya sambil melepas sepatu
“Iya, itu anaknya lagi di toilet. Gerbang mama kunci karena takut ada apa-apa dengan motor Obet,” kataku lega karena aku beberes tepat waktu.
Sejak peristiwa di rumah beberapa waktu lalu, dimana karena birahi dan keisenganku aku memuaskan Obet dengan handjob, Obet sering datang ke rumah dengan berbagai alasan. Aku tahu, sebenernya dia ingin mengulang kejadian beberapa waktu itu, tapi dia takut atau malu kepadaku.
Seperti siang itu misalnya, waktu liburan sekolah dia datang ke rumah. Fira anakku sedang tidak ada di rumah karena dia menghabiskan liburan di tempat Papa-nya di Rotterdam, Belanda.
Aku tahu kalo Obet pura-pura tidak tahu kalo Fira lagi ke luar negeri. Sebab Fira pernah bilang:
“Mam, besok Juliet (kawan Fira – pen) mau ambil buku. Ini bukunya,” kata dia sambil menyeret keluar travelbag-nya. hari itu dia siap ke bandara.
“Emang, nggak ketemu kemarin di rumah Yanu (kawannya yang lain – pen),” kataku
“Enggak, Jul datang telat, jadi aku pulang dia baru datang. Obet yang bilang lewat telpon,” katanya.
“Udah ya Mam, Fi berangkat, mmucah,” katanya sambil mencium pipi.
Jadi Obet pasti tahu kalau Fira ndak ada di rumah.
Aku saat itu baru saja selesai berbelanja, sudah berganti baju yang nyaman di rumah – favorite tanktop dengan hotpant jeans. Aku sudah tidak punya pembantu. Asih, pembantuku dulu sudah ijin pulang untuk menikah dengan kekasihnya, dan aku pikir Aku serta Fira sudah tidak begitu perlu pembantu.
Bel rumah berbunyi dan aku segera beranjak. Dari balik korden aku lihat Obet ada di balik gerbang rumah. Aku keluar dan membukakan gemboknya.
“Hei Bet, apa kabar. masukin aja motornya,” kataku sambil membuka gerbang.
“makasih tante,” katanya sambil menuntun motornya masuk ke halaman. Aku tutup kembali gerbang dan aku gembok.
“Fira ada tante?” katanya – dan aku tahu dia itu pura-pura
“lho memang nggak bilang ya kalo Fi ke Belanda. Ayo masuk Bet,” kataku membukakan pintu ruang tamu.
“enggggg…. e-enggak itu tan,” katanya pura-pura bego…. dan ketahuan kalo muka dia memerah.
“iya, Fi bilang kalo bukunya Juliet ada di rumah dan sewaktu-waktu mau diambil. Duduk Bet,” kataku.
“i-iya Tan, terima kasih,’ katanya malu-malu.
“mau minum apa?’ kataku
“apa saja deh tan. yang penting segar…e-e- kayak tante,” katanya bercanda
“ah bisa aja kamu. sebentar ya,” kataku beranjak ke dapur
tak lama kemudian Aku keluar membawa segelas es sirup dan camilan. Seperti kukatakan di depan, kostum yang kukenakan sungguh kostum santai, karena pikirku aku akan sendirian di rumah. Karenanya ada banyak bagian terbuka, terutama lengan dan leher tanktop-ku.
Karena harus menunduk ketika meletakkan gelas dan toples, maka Obet dengan leluasa melihat bagian payudaraku yang masih terbungkus Bra. Aku tidak peduli, karena sejak dia datang ada niat iseng dariku mengerjai dia lagi.
“di minum Bet, ayo…jangan bengong aja lihat payudara tante,” kataku menggoda dia
“ah-eh-eee…i-iya tan. Tadi tante ngomong apa,” katanya malu. mukanya makin memerah.
“di minum,… jangan melototin payudara tante aja,” kataku sambil memegang dua buah dadaku
“e-e-e. . habisnya tante nunduk dan kelihatan sih,” katanya mulai berani
“mm. . kan waktu itu sudah pernah lihat punya tante,” kataku
“e-e-e. . i-iya sih tan. tapi nggak banyak…tante kan cuma ngasih lihat sebagian. . i-i-ni,” katanya mulai berani menunjuk dadaku.
“jadi pengin lihat semuanya ya? iiihhh…nggak usah ya,” kataku pura-pura cemberut.
“ya-ya-yaaahhhh. sudah Tan, nggak papa sih,” kata Obet terlihat kecewa.
Aku duduk di samping Obet. Aku lihat bagian depan celananya menonjol.
“Bet, tante mau tanya, kenapa sih kamu bisa terangsang begini waktu lihat Tante?” kataku sambil mengelus bagian depan celananya.
“e-e-e…m-m-m…nggak tahu Tan. Obet terangsang aja…u-u-uh. . geli Tan, jangan digosok-gosok dong,” jawabnya terus menggeliat kegelian.
“uupss…maaf,” kataku melepaskan tanganku
“e-e-e. . mak-mak-sud Obet, jangan cuma digosok, dikeluarin dan dibuat kayak waktu itu juga dong Tan,” katanya sambil menahan tanganku yang aku tarik tadi.
“Tante sudah buat Obet terangsang…jadi tante harus bertanggung jawab,” katanya menuntun tanganku sementara tangannya satu lagi membuka resleting jeans yang dia pakai.
Tanganku dihantarkannya masuk ke dalam jeans untuk mengeluarkan kontolnya. Ya ampun, ternyata anak ini tidak pakai CD – dan karenanya segera keluar kontolnya yang setengah bangun. Gila anak ini.
“ke-kenapa kamu nggak pakai CD?” tanyaku penasaran.
“e-e-e. . boleh Obet jujur Tante?” tanyanya balik
“iya. . kenapa?” kataku sambil mulai mengurut kontol Obet yang sudah keluar dari jeans.
“u-u-usssshhh…a-anu…sebenernya Obet ta-ta-huuuu…kalo Fira tidak di rumah. . s-s-sstthhhh…ja-jadi…Oh-h-h-bet sengahhhjaaa datang…si-si-apa tahhuuuu bisa di-dipuas-in tante ka-kaya duhhhh---luuuuuhhh,” katanya terbata menahan nikmat.
“ooohhh…tante tahu koq kalo kamu sudah tahu Fira ke luar negeri,” kataku terus mengurut dengan ritmis.
“tante juga tahu kamu pengin dipuaskan kayak waktu itu…tapiiiiii ada syaratnya…” kataku sambil memandang wajah-nya yang kian memerah
“a-appaaahhh syaratnya tanhhhh,. . Obet siap koq,” katanya makin belingsatan.
“syaratnyaaaaa…kamu gentian muasin tante,” kataku sambil tersenyum genit
“okkhh keeehh Tan…sssshhhh…,” jawabnya setengah mendesis lirih.
“obb-beth harusss gih-manh-ah?”tanyanya
“gini ajah…sekarang relaks…kamu nikmati aja dulu ini…nanti tante ajarin,” kataku sambil menahan nafsu yang semakin tinggi. Gimana tidak…sembari ngobrol kontol di tanganku seakan semakin keras dan besar.
Lebih kurang tiga menit aku memperlakukan kontol Obet dengan tanganku…dan belum ada tanda-tanda keluar sampai menit ke empat. . akhirnya aku coba garap juga dengan mulutku. Aku cium-cium dulu…. baru kemudian aku jilati batang kontolnya. Segera Obet menggeliat ketika pertama kali lidahku menelusuri batangnya.
“aaarrrrhhhh…. . ,”erangnya lirih
Aku lakukan semakin intensif sekitar satu menit sebelum akhirnya aku rapatkan bibirku mengunci batang kontolnya
sambil menghisap kuat.
“goooossshhhhhh. aaahhhhhhhh,” setengah membuka matanya yang tadi terpejam dia melirik aku.
“oocchhh Tanhhh. . hhh…Obe-beth tak menyangka tanteeehhhh…jago menghisappp kayak di filmmmmm be-be----ooohhhh,” katanya tak mampu meneruskan ucapannya.
aku semakin percepat hisapan dan kocokanku diselingi urutan ke dua bola Obet. Obetpun makin kelojotan. Beberapa detik kemudian dengan lenguhan keras. . pantatnya mengencang dia tahan kepalaku di batangnya.
“inihhh tan-teeehhh. . Ob-bethhh keluuu------aaarrrrrrhhhhhhhhh,” lenguhnya
Aku bisa merasakan batangnya berkejat-kejat dan tiga-empat kali tembakan pejuhnya mengenai rongga mulut belakangku. Ku hisap dan aku telan semua…Gila…banyakl banget santan anak muda ini…penuh rasanya mulut dan tenggorokanku…Di kejatan terakhir meleleh santan di sudut bibir mulutku.
Aku tersenyum melihat Obet terbaring lemas di sofa. Aku tidak khawatir ada orang yang meilihat karena praktis cuma aku dan Obet di rumah. Aku tinggalkan Obet setengah terlelap di sofa menuju toilet dekat ruang keluarga itu.
Di toilet aku segera ke kamar untuk mempersiapkan rangsangan selanjutnya. Termasuk mempersiapkan diriku yang akan dipuasi oleh Obet. Di kamar aku copot tanktopku juga bra-ku. Aku ambil gaun rumah dengan tali bahu satu jari dan…. no-bra. karena gaun rumah ku itu panjangnya sampai 10 cm di atas lutut. . untuk semakin merangsang kembali Obet aku copot juga jeans hotpant ku hingga aku hanya mengenakan tong-ku.
Aku keluar kamar dan berjalan ke ruang keluarga di mana tadi Obet terkapar. Aku lihat sofa dan ternyata dia sudah duduk sambil mengatur nafasnya.
“gimana…capek ya sayang,” kataku dengan suara kumanja-manjakan
“iyah…tan. . tante hebat…badan Obet seperti di lolosi,” katanya sambil merapikan kaos dan celananya.
“ah bisa ajah…,”kataku tersenyum.
“ayo di minum lagi. . habiskan saja…kalo kurang di kulkas masih ada,” kataku menunjuk minuman di meja dan memalingkan muka ke dapur.
“iya Tan. . makasih…fieeehhh…. gluk. . gluk. . ahhhh,” katanya sembari kemudian minum.
“ Tante kenapa ganti pakaian,” katanya meletakkan gelas.
“kenapa…ndak suka,” tanyaku mengerling
“eh. . eng…enggak koq…. Obet suka…makin hot…apalagi itu kelihatan,” katanya nyengir nakal sambil menunjuk putting payudaraku.
“iihhh…udah berani nakal ya,” kataku pura-pura merengut, membetulkan tali gaun rumahku yang sempat melorot memperlihatkan sedikit pentil susuku.
“mm…Tan…mmm,” katanya kesulitan menemukan kata-kata.
“kenapa sayang,” kataku sambil duduk di sebelah kiri dia. aku tumpangkan kaki kanan ke kaki kiri. gaunku terangkat naik dan memperlihatkan sebagian paha putihku.
“mm. . ta-tadi tan-tante bilang mau dipuaskan…gimana caranya sih,” tanyanya sambil memandang bolak balik ke wajah-dada-paha-ku.
“begini lho…sini mendekat tante sini,” kataku sambil menepuk sofa di antara kami. Obet pun beringsut mendekat dan menempel ke aku.
Setelah dia mendekat aku pegang lengannya.
“Bet…kamu tahu kalo perempuan…seperti tante ini…seneng kalo lihat anak muda cakep dan keren seperti kamu,” kataku sambil membelai pipinya
“ke-kenapa memang Tan,” tanyanya heran
“karena…energinya besar…. sshhh…. dan masih malu-malu…ssshhh…kayak kamu,” kataku separuh mendesis.
Aku kecup pipinya. Matanya memejam. Aku sudah semakin terbakar birahi. Aku rasakan miss V ku makin bergetar dan cairannya semakin banyak. Aku ciumi pipi dan cuping telinganya. Tanganku satu di belakang kepalanya…satu lagi di pahanya dan merayap mencari batang kontolnya. woooowwwww…ternyata segera menggeliat batang besar-nya yang ekstra di banding dengan kawan-kawannya bahkan eks-hubby-ku. Benar-benar anak muda yang energinya besar.
Aku sudahi menciumnya. Aku tersenyum melihat tangannya gemetar tidak tahu harus memegang apa. matanya masih terpejam. Dan waktu matanya terbuka aku tertawa kecil. Mukanya lucu. kegairahan yang terputus.
Kupeluk dan kuelus-elus kepalanya. Perlahan lorotkan tali gaun-ku. Kutarik ke bawah dan kurapatkan pentil teteku ke mulutnya. Obet masih menutup matanya. Tak sabar, kulepaskan pakaianku, hingga aku setengah telanjang. Kugesek-gesekkan kedua buah dadaku ke pipinya.
"Isap tetek tante. . " kataku berbisik. Perlahan Obet membuka mulutnya dan mengisap pentil tetekku dengan lembut. Uh. . . gila bener. Tubuhku terasa bergetar.
Saat itu, kubuka bajunya, hinga Obet juga setengah telanjang. Bergantian kuberikan pentil tetekku untuk diisapnya.
"Kamu pasti mau ini, kan?" tanyaku berbisik. Obet tak menjawab. Dia terus mengisap-isap tetekku.
Aku sudah tak tahan. Kulepas gaun-ku. Aku sudah telanjang bulat. Kuminta Obet melepas celananya pula. Obet dengan sigap mengikuti permintaanku. Aku memeluknya dan perlahan membimbingnya ke karpet dekat kursi tamu. Kurebahkan diriku.
"Naik ke tubuh tante," pintaku. Obet menaki tubuhku. Kutuntun burungnya yang mengeras ke arah lubang vaginaku. Burung berukuran besar itu dengan cepat hilang tertelan vaginaku. Kubiarkan sesaat. Nyatanya, Obet tak lama bertahan. Dia mulai menekan kontolnya di vaginaku. Aku merasakan sensasi yang luar biasa. Baru beberapa kali dia menusuk kontolnya itu,. dia sudah merangkulku dengan kuat. AKu tahu dia pasti orgasme. Benar. . . crooot. . . croot. . . croot, maninya tumbah dalam liang vaginaku. Sebenarnya aku sangat kecewa. Tapi aku harus sabar, kalau aku ingin menikmati tubuh Obet. Usianya memang masih sangat mentah.
Obet terkulai di atas tubuhku. Perlahan aku mendorongnya ke samping dan menyelimutinya. Sepuluh menit kemudian dia berdiri dan pipis ke kamar mandi. Aku tersenyum.
"Bagaimana. . . enak?" tanyaku. Obet tak menjawab. Wajahnya tertunduk. Kubimbing dia naik ke tempat tidur di kamar. Kuselimuti tubuhnya, menungu dia segar kembali. Obet membelakangi tubuhku. Dia menghadap ke dinding. Mungkin dia masih malu dan sungkan. Setelah 20 menit, aku perlahan memeluknya dari belakang dan membelai-belai dadanya. Kurapatkan buah dadaku ke punggungnya.
"Kamu hebat. . " kataku. Obet diam saja. Tanganku terus mengelus sekujur tubuhnya. Sampai ke kontolnya dan buah jakarnya. Walau Obet masih tetap membelakangi tubuhku, namun aku merasakan kontolnya mulai bangkit. Dengan sabar aku terus mengelusnya, sementara, vaginaku sudah basah berlendir. Dan kontol Obet sudah mulai keras. Cepat kulepaskan selimutnya. Kutarik tubuhnya agar telentang. Langsung aku menaiki tubuh itu. Kuarahkan kontolya menusuk lubang vaginaku. Aku yang sudah sangat horny, mengguyang tubuhnya dari atas. Sebelah tetekku kuarahkan ke mulutnya dan Obet mengisapnya. Aku sepertai kesetanan. Terus kuguyang dan kugoyang dari atas. Tubuh kami benar-benar rapat bersentuhan dan bergesekan. Akhirnya kutekan semakin dalam tubuhku, hingga jkontolnya benar-benar hilang dan aku bergetar. Aku benar benar orgasme.
Dengan cepat kubaliknya tubuhku. Kini Obet sudah berada di atas tubuhku. Aku tak mau, dia kehilangan kenikmatan. Kukangkankan kedua kakiku.
Obet mulai memompa kontolnya dalam vaginaku yang sudah basah dan becek. Makin lama, Obet mengocok lubang vaginaku semakin cepat dan cepat. Aku tahu, tak lama lagi dia pasti orgasme. Walau sebenarnya aku sudah lemas, tapi aku tak mau mengecewakan Obet. Kujepit kedua kakiku ke punggungnya.
"Aaaakkkhhh. . . " Obet berteriak pelan, sembari menekan kontolya sekuat-kuatnya ke dalam vaginaku dan memelukku kuat sekali. Tanpa sadar, dia menggigit pentil tetekku, membuat aku blingsatan. Croooot. . . crooot. . . croot. . . Terasa mani Obet memasuki rahimku. Kupeluk dia dan kucium pipinya.
"Kamu hebat Obet. Kamu hebat. . . " bisikku ke telinganya.