Sensasi Wanita STWB (Setengah Tua Banget)
Ini adalah cerita
pengalaman yang baru saja terjadi beberapa bulan yang lalu. Memang jika dilihat
dari usiaku yang sudah hampir 50 tahun, bisa jadi kehidupan sex bukanlah
sesuatu yang luar biasa. Rasanya hampir semua macam gaya dari 112 tehnik
bercinta ala kamasutra sudah pernah aku praktekan dengan isteri. Tingkat
ereksipun sudah beralih dari semula "pandangan hidup" (baru memandang
saja sudah hidup) ke "pegangan hidup" (harus dipegang-pegang dulu baru
hidup). Bahkan tahun lalu, pernah tiga bulan lebih "si otong" tidak
mau bangun, sehingga karena kewalahan, sampai isteri menganjurkan untuk periksa
ke dokter spesialis. Awalnya enggan juga ke dokter, karena aku merasa
normal-normal saja, namun karena desakan isteri, akhirnya kuturuti juga ke
dokter, apalagi Bu dokternya cukup simpati dan menawan kendati usianya sudah
lima tahun diatasku. Yach.., istilahku STWB (Setengah Tuwa Buanget).
Singkat cerita, ketika konsultasi, aku
diperiksa secara fisik dengan teliti oleh Bu dokter termasuk test darah
dilabotarium. Seminggu kemudian, sesuai perjanjian aku kembali lagi ketempat
praktek Bu dokter, kali ini tidak didampingi isteri sehingga hanya aku dan Bu
dokter di ruang prakteknya.
"Selamat malam Bu dokter"! Sapaku
ketika masuk keruangan prakteknya.
"O..selamat malam Pak anto, silahkan
duduk! Jawabnya ramah, kemudian dia melanjutkan lagi,
" Begini Pak, setelah saya pelajari dari
hasil pemeriksaan minggu lalu, tampaknya tidak ada kelainan diorgan tubuh
bapak, semuanya normal-normal saja. Makanya saya juga heran kenapa sampai tiga
bulan ngga mau bangun?! Mungkin bapak terlalu cape atau banyak pikiran?
" Ah tidak juga Dok"!!, Jawab saya.
"Atau ada persoalan keluarga sehingga
secara psikis berpengaruh"? tanyanya lagi.
" Juga tidak " jawabku singkat.
" Lalu kenapa ya?? Dengan Ibu (isteriku
maksudnya) sudah tiga bulan lebih ngga mau bangun, hanya maaf nih.., kalau
misalnya dengan wanita lain bagaimana Pak?!
" O.. kalau itu otomatis "!! jawabku
spontan. Tidak usah jauh-jauh dok, ngobrol lama-lama dengan dokter saja si
"dia" sudah mulai menggeliat nih!!
" Ah.. Pak Anto ada-ada saja, kalau
begitu masalah bapak hanya BTL ", jawabnya sambil senyum dikulum..
" Wah.. apalagi BTL? tanyaku penasaran..
" Itu lho .. Bangunnya Tergantung
Lawan.."
"Betul sekali Bu Dokter..ngga salah deh
kalau saya berkonsultasi kesini!! kami pun tertawa bersama-sama.
Ceritaku dengan Bu Dokter memang hanya sebatas
itu, mengingat kedudukan kami saat ini. O.. ya sekedar informasi.. saat ini
saya bertugas di luar jawa sebagai kepala kantor perwakilan, sementara Bu
dokter juga merupakan dokter senior yang terpandang di Daerah tempat kami
sama-sama bertugas. Hubungan antar pemuka masyarakat di sini cukup harmonis dan
kompak sehingga rasanya tidak mungkin kami berbuat diluar batas.
Sebagai kepala perwakilan sebuah perusahaan
kontraktor, kesibukanku tidak seperti dikantor pusat. Apalagi pada pertengahan
tahun dimana proyek-proyek sudah mulai berjalan dan tidak terjadi permasalahan
yang berarti, hari-harinya banyak diisi dengan baca koran dan internet termasuk
mengunjungi situs 17tahun ini yang terus terang saja situs tersebut memberikan
keasyikan tersendiri. Jika pada awal tulisan ini, "si Otong" kena
masalah BTL, dengan rutin mengunjungi situs 17Tahun ini, masalaHPun selesai.
Caranya? setelah membaca, aku sering meng-create lawan-lawan baru yang
disimulasikan pada body isteriku sehingga "si otong" tetap on..,
Maklumlah sudah tua, mau jajan nyaliku sudah ciut.
Nah dari sekian rutinitasku selama ini, ada
pengalaman menarik dan sedikit controvert yang terjadi beberap bulan yang lalu.
Menarik karena aku teringat kembali peristiwa 30 tahun yang lalu dengan Bulik
Anna, sementara kuanggap controvert karena ML-nya dengan wanita yang sudah
berusia 60 tahun. Saat itu kantorku mendapat kunjungan tidak resmi dari isteri
pimpinanku. Dia (sebut saja Bu Winny) sengaja datang untuk bernostalgia karena
dulu suaminya pernah menjadi kepala perwakilan disini. Sedianya dia akan datang
bersama suaminya hanya saja karena suaminya harus ke luar negeri dengan
rekan-rekan bisnisnya, maka dia memilih berlibur kedaerah saja. Seperti halnya
penampilan isteri-isteri penggede, Bu Winny pun senantiasa tampil anggun,
kulitnya halus terawat sehingga hampir tidak tampak keriput meski usianya sudah
60 tahun. Rambutnya tebal dan panjang dan dipelihara untuk tetap hitam sehingga
sekilas tampak seperti rambut milik gadis sunslik.
Karena dia isteri bossku, pada hari
kedatangannya Aku dan Isteriku menjemput di Bandara. Dia kami inapkan di hotel
yang terbaik di daerah ini. Untuk kegiatannya selama disini, kuminta isteriku
saja yang menemani biar lebih leluasa ngobrolnya. Hanya pada hari kedua, ketika
aku pulang dari kantor, isteriku sudah dirumah; Lho koq ngga pergi Ma?! tanyaku
"Ngga tuh soalnya Bu Winny-nya sedang
ngga enak badan, jadi ya kebetulan aku juga pingin istirahat!!" jawab
isteriku sambil menyiapkan meja makan.
" Terus ngga kamu tawarin ke dokter
"?!
" Sudah sih tapi dia bilang ngga
usah" jawab isteriku lagi.
" O.. ya sudah".
Hanya setelah kami selesai makan malam, aku
menyempatkan telepon ke hotel, biasa basa-basi karena biar bagaimana dia khan
isteri bossku.
" Hallo Bu.. selamat malam, katanya sakit
Bu!! tanyaku di telepon.
" Iya nih pegal-pegal saja, maklumlah
sudah tua!" jawab Bu winny diseberang sana.
" Apa perlu saya panggilkan dokter atau
tukang pijat"..
" Ah kalau dokter sih ngga usah, saya
ngga apa-apa koq. Cuma kalau pijat boleh juga Pak.!", memang ada yang bisa
dipanggil malam ini?
" Ada Bu, Mak unah namanya, dia biasa
mijat isteri saya juga."
" Boleh juga Pak kalau tidak
merepotkan"
" Ah ngga apa-apa Bu (jawabku basa-basi),
sebentar saya antar kesana".
Setelah kututup telepon, rupanya isteriku
mengikuti pembicaraan kami, langsung berkomentar..
"Syukurin lu, habis pake basa-basi
segala, sekarang Papa harus ngantar mak unah, aku males ikut, ingin
tidur!!", kata isteriku.
Yach..berhubung sudah terlanjur menyanggupi,
terpaksalah aku berangkat sendiri ke rumah mak unah. Hanya karena aku tidak
memberi tahu dulu, ternyata mak unah sedang ke rumah anaknya diluar kota.
Sempat bingung juga karenya, namun akhirnya kuputus untuk ke hotel saja untuk
minta maaf sama Bu winny.
Kuketuk kamar Bu Winny, dan ketika menyambutku
dia sudah memakai daster, rambutnya dibiarkan tergerai..
" Oo.. Pak anto, silahkan masuk..mana mak
unahnya?"
" Waduh maaf bu, tadi saya tidak ngechek
dulu, ternyata mak unah sedang pergi, makanya saya datang mau minta maaf nih.
" O.. ya sudah".. Akhirnya kami
ngobrol yang lain sekedar basa-basi untuk mengurangi kekewaannya
"Memangnya ibu sakit apa sih!"
tanyaku disela-sela pembicaraan, meskipun sebenarnya aku sudah tahu waktu
ditelepon tadi.
"Ini punggung saya pegal-pegal, setelah
seharian jalan sama Bu anto"!
" O.. kalau cuma punggung sih saya juga
bisa mijat Bu" jawabku sekenanya.
"Ah yang benar Pak, tolonglah kalau bisa.
Waduh kena lagi basa-basiku, harus mijitin
nenek-nenek nih.
" Baik Bu, silahkan telungkup, lalu
akupun mulai memijat punggung Bu wenny yang tetap dibalut dasternya.
Bu wenny tampak menikmati pijatanku, dan tanpa
sadar pikiranku teringat akan cerita setengah baya di situs 17Tahun.com.
Kuperhatikan rambutnya yang tebal dan hitam (memang disemir), lalu pijatanku
sudah pindah kepundaknya. Kusibak rambut Bu wenny, tampak tengkuknya yang
putih, meskipun tampak guratan keriput namun tetap mulus.., terus membayangkan
tanpa terasa pijatanku berubah menjadi usapan.. dan anehnya Bu wenny.. malah
mengerang.. ahh.. ahh.. enak Pak. Dan aku yang sudah mulai konak.. tampaknya
sudah lupa kalau yang kuusap-usap adalah isteri bossku dan sudah berusia 60 tahun.
Lama-lama Akupun memberanikan membuka
resleting dasternya yang kebetulan berada dibagian belakang, rupanya Bu wenny
tidak memakai BH maka lamgsunglah tanganku bermain dan bersentuhan dengan kulit
Bu Wenny bagian belakang. Berulang-ulang tanganku naik turun dari pundak sampai
kepantatnya. Malahan di pantatnya aku susupkan tanganku dibalik CDnya dan
kuremas-remas. Lebih lima menit kami saling diam, hanya tampak tubuh Bu wenny
sudah menggeliat dengan ritme erangan yang semakin cepat, sementara "si
otong" juga sudah mulai berontak di balik CDku.
Aku menghentikan usapan, sekali lagi kusibakan
rambutnya lalu kucium tengkuknya. Bu wenny diam saja kuperlakukan seperti itu..
bahkan sesaat sambil mengerang.. dia raih kepalaku sehinnga menempel erat
ditengkuknya. Kemudian reflek saja tanganku memeluk erat tubuhnya dan jari-jari
tanganku sudah berada di payudaranya yang lentur-lentur kenyal. Reflek pula
gerakannya, dia memutar kepala sehingga kini bukan bibir dengan tengkuk yang
bertemu, namun bibir dengan bibir.., Kami saling menghisap, mengulum.. bak ABG
yang baru pertamakali ciuman, sambil tangan kami bergerilya untuk saling
melepas pakaian kami masing-masing. Kemudian entah siapa yang memulai. setelah
pakaian kami tanggal, posisi kami sudah menjadi 69. Diposisi ini saya temukan
sensasi yang luar biasa, karena disamping milik Bu Wenny harum juga tidak
berlendir, padahal tubuhnya sudah semakin menggeliat tidak beraturan. Setelah
puas dengan posisi 69, barulah "siotong" dibimbing masuk gerbang
sorga dunia.. yang kanan kirinya sudah dihiasi umbul-umbul.. (yang jelas hiasan
tsb tidak pernah ditemui pada pemilik yang masih ABG).. Kami saling memutar,
mendorong.. meremas.. memeluk .. sampai akhirnya.. ahh.. ahh..
"saya mau keluar
Pak!!
"saa.. maa.. Bu.. oohh.. akhh.." dan
terkulailah kami dalam kenikmatan.., semua menjadi sunyi hanya suara nafas kami
saja yang memenuhi ruangan kamar 312.
TAMAT