watch sexy videos at nza-vids!
Udin Namaku Bagian 2

Entah berapa kali dalam seminggu itu aku berhubungan badan dengan Bu Rina, tidak bisa dihitung sepertinya. Tidak pagi, siang, atau malam pokoknya kalau mau langsung saja kita berhubungan badan. Tidak hanya kebutuhan batin ku saja yang terpenuhi Bu Rina pun selalu menyiapakan makanan dan mengurus keperluanku.
Setelah suaminya pulang kami tak lantas berhenti berhubungan badan, pada siang hari kami selalu mencuri-curi waktu untuk saling memuasakan birahi. Bukan hanya birahi, rasa sayang pun kian menjadi bahkan menjadi cinta. Tak jarang juga saat Bu Rina sedang dengan suaminya timbul rasa cemburu di dadaku. Mungkin ini terlarang, bahkan dosa, namun semua itu seakan sirna saat tubuhku dan tubuh Bu Rina bersatu. Aku sudah seperti suaminya di siang hari dan kalau suaminya sedang tugas keluar kota dia menganggapku suami sepenuhnya. Hubangan sembunyi-sembunyi ini terus kami lakukan sampai aku lulusnya kuliah.
Setelah aku lulus tak ada lagi alasanku untuk menetap di kost-an Bu Rina. Aku pun tak ada lagi alasan untuk mengujunginya mungkin nanti bisa menimbulkan kecurigaan. Namun hubunganku dengan Bu Rina tidak sepenuhnya terputus. Kami masih suka bertemu melepas kerinduan yang selalu dituruskan dengan melepas birahi dengan bercinta. Mungkin hanya dua minggu sekali atau pada situasi yang memungkinkan, namun karena frekuasi yang berkurang itu menjadikan hubungan seks kami semakin ternikmati.
Asap mengepul dari mulutku setelah rokok kuhisap. Sudah hampir 15 menit aku duduk menunggu di depan hotel melati murahan di kota Bandung. Dari arah gerbang hotel datanglah sosok yang sudah aku dari tadi. Wanita dengan baju muslim lengkap dengan jilbabnya dengan tas kecil ditentengnya. Tanpa keluar sepatah katapun kami langsung menuju kamar di belakang yang sudah aku pesan tadi. Setelah masuk kamar pintu langsung aku kunci, kami langsung berpelukan. Hampir 5 menit lebih kami berpelukan erat. Rasa rindu yang menggebu du insan yang saling mencinta bersatu dalam sebuah pelukan. Ku kecup keningnya.
“Kangen say…” kata itu yang pertama terucap dari mulutku.
“Sama…” Bu Rina menjawab lirih.
Hampir sebulan kami tidak bertemu. Suami Bu Rina telah pensiun dan juga merka berlibur ke luar kota.
“Ga ilang juga…”
“Ilang apanya?” Bu Rina Bertanya.
“Cantiknya…”
“Ah bisa aja sih say.. kumu gimana kabarnya?” Bu Rina balik bertanya.
“baik”
“kalau dede nya?”
“Hmmm… kangen yah ma dede nya…” kucubit pipinya
Saat itu juga kami langsung berpelukan. Bibir kami menari-nari saling melumat, lidah kami bergumul dengan hebat nya dan ludah kami bercampur. Tanganku mulai meraya menuju gundukan daging di dada nya. Dengan penuh nafsu kuremas payudara itu. Tangan Bu Rina pun tak mau kalah, diremas-remasnya pula tonjolan di celanaku, yah penis ku yang telah bangun dan minta dikeluarkan dari celana.
Satu per satu kami saling melepas pakaian sampai kami telanjang bulat. Dari mulut bibirkupun terus menjilati pipinya, telinganya, lehernya payudaranya. Di daerah payudara jilatanku cukup lama, kumainkan putting coklat Bu Rina yang sudah mengeras. Desahan terus keluar dari mulut Bu Rina yang manis tipis. Jilatan lalu kuterukan ke perutnya, di pusarnya lidahku menari-nari. Dan semakin ke bawah menuju bulu rambut kemaluan Bu Rina. Seolah mengerti Bu Rina membukakan kakinya sehingga terlihatlah vaginanya. Tercium aroma khas yang menyengat namun aroma itu lah yang aku rindukan. Lidahku terus berkelana klitorisnya yang menyembul menjadi sasaran selanjutnya. Keras terasa dilidahku, semakin menggeliat pula tubuh Bu Rina saat lidahku menyentuh klitorisnya. Selanjutnya lubang vagina, lidahku menari-nari masuk keluar lubangnya. Kugigit juga bibir vagina Bu Rina yang seperti jengger pada ayam. Hampir 5 menit lidahku menari-nari di daerah vagina, dan akhirnya sampai juga pada moment yang kutunggu-tunggu. Yah, Ibu Rina orgasme. Ada perasaaan bahagia, senang, bangga saat aku bisa membuat Bu Rina orgasme.
“Aku udahh keluar saaayyyaaanggghhh…” Bu Rina berbisik lirih dengan nafas yang belum teratur.
Bu Rina lalu beranjak bangun, dan mengerti dengan tugasnya selanjutnya. Sambil berlutut diisapnya penisku dengan lahap. Hampir semua penisku dijelajahi dengan lidahnya dan buah zakar ku pun dikulum di mulutnya.
“Terus sayang…” ucapku.
Bu Rina semakin cepat dengan kulumannya. Yah aku sudah horny, lalu segera kutidurkan terlentang kembali Bu Rina, tanpa basa-basi langsung kutancapkan penisku ke vagina nya..
“AAahhhh… “ Bu Rina merintih saat masukan penisku ke vaginanya.
Kuangkat kaki Bu Rina ke pundak ku, aku tahu posisi itu lah yang paling disukai oleh Bu Rina, katanya penetrasinya lebih terasa. Setahap demi tahap kocokanku semakin kecang, demikian pula dengan desahan Bu Rina.
“Aaaaaahhhhhh,,,,, aku mau keluar lagi sayang….”
Mendengar itu semakin cepat pula kocokan ku….
“AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHH HHHHHHGGGGGGGGGAG…….” Tubuh Bu Rina menggeliat kencang, tangannya meremas kain seprei dan aku tau dia dah orgasme lagi..
“hah.. hah.. hah..” nafasnya masih belum beraturan namun tidak aku beri kesempatan berlama-lama. Aku segera membangunkannya dan meminta berganti posisi.
Kini aku yang terlentang, Bu Rina langsung menaiki ku dan menuntun masuk penisku ke vaginanya. Seperti anak kecil yang menaiki kuda Bu Rina terus mennggenjotku. Payudaranya yang sudah sedikit kendur ikut bergoyang naik turun mengikuti irama. Sambil sesekali membetulkan rambutnya yang terurai mulut Bu Rina tak berhenti mengeluarkan desahan. Tanganku pun ikut aktif memainkan klitoris untuk menambah kenikmatnya. Dan hanya 5 menit berselang orgasme ketiga nya tercapai.
“Aaaaaaahhhh… niikkkmaattt ssaaayyyanngggh…”
Tubuh Bu Rina terkulai lemas di atasku, penisku masih berada di dalam vagina Bu Rina, kupeluk dia, kuciumi pipinya. Berbisik Bu Rina di telingaku.
“Anal yah sayang…”
Aku hanya mengangguk menyetui permintaannya. Bu Rina langsung menungging, lubang pantatnya sekarang sudah longgar dan tidak serapat dulu sehingga tidak perlu waktu lama. Penisku pun sudah berada di dalam pantat Bu Rina.
“Nikmat sayang.. teruuuuss… Aku milikmu…”
Kalau sudah anal memang bukan hanya desahan, namun mulutnya pun tak berhenti meracau.
“Pukul pantatku… pliiissss….”
Plak.. Plak… Plaaaak… Kupukul dengan telapak tanganku pantat Bu Rina yang montok itu, warna putih mulus pantatnya kini berubah menjadi memerah…
“Kurang keraaas sayang… yang keras pukulnya… yang lebih keras….”
Pllllaaaaaaakkkk… Plllaaaakkk… semakin keras pukulanku dan semakin kencang juga kocokanku di pantatnya…
“AAaaahhhhhhkkkk….” Bu Rina menjerit “Akuu keluaarrr….”
“Aku jugggaaaaa… ..”
Crot.. crot.. crot.. croott…
Sperma ku pun menghujam di dalam pantat Bu Rina dan saat ku keluarkan penisku nampak spermaku berceceran keluar dari lubang pantatnya. Bu Rina tengkurap lemas dan aku pun terbaring terlentang di sampingnya. Untuk beberapa saat kami terdiam dalam capek. Ku sibakan rambutku hendak mencium pipinya, namun aku terkaget ketika melihat air mata menetes dari mata Bu Rina.
“Kenapa menangis?” tanyaku heran
“Ini untuk yang terakhir kali ya sayang”
“Kenapa terakhir?” Aku semakin heran, apa dia sudah bosan? “Ibu udah ga menginginkan aku lagi?”
“Ngga.. aku sayang kamu, aku cinta kamu, tapi ini harus” tangisannya menjadi “Aku akan pindah ke makasar”
“Tapi aku ga mau pisah” Aku tidak bisa menerima keputusannya “Kenapa??”
“Aku cinta kamu din, tapi aku ga mau menghancurkan hidup kamu, masa depan kamu, selamanya kita tidak mungkin bisa bersama”
Aku hanya tertegun, hatiku hancur berkeping-keping..
“Selamanya aku cinta kamu din.. maafkan aku…”

==================================================

Lima tahun sudah perpisahanu dengan Ibu Rina. Kami tidak pernah berkomunikasi, tidak ada kabar sedikitpun. Mungkin ia sengaja demikian dan aku juga tidak mencari jejaknya karena hanya akan membuat perasaanku sakit. Yah, setelah 5 tahun berpisah persaanku terhadap Bu Rina tidak hilang sehingga selama lima tahun ini juga aku tidak berhubungan khusus atau pacaran.

Aku bisa menahan perasaan tetapi tidak dengan birahiku. Kebiasaanku berhubungan badan dengan Bu Rina rupanya telah mejadi candu yang selalu menginginkan terpuaskan. Mungkin selama enam bulan syahwatku bisa tertahan namun lambat laun birahiku berontak minta terpuaskan. Akhirnya WTS lah yang menjadi sasaran pemuas birahiku, tida perlu hubungan khusus atau perasaan asal ada uang birahipun terpuaskan.

Sudut-sudut kota Bandung sudah kujelajahi untuk memuaskan birahiku. Mulai dari saritem yang terkenal, tegalega, stasiun KA sampai ke gang-gang yang kumuh, aku sudah hapal betul tempat-tempat yang aman untuk memuaskan birahi. Mulai yang kurus sampai yang gendut seperti gajah, mulai ABG anak SMA sampai nenek-nenek yang banyak kriputnya, mulai yang tarif 2 juta sampai yang 50 ribu telah aku coba namun tak ada satu pun yang seindah seperti Ibu Rina.

Umurku sekarang sudah 29, usia yang sudah layak untuk berumah tangga. Keluargaku selalu mendorongku untuk menikah karena umurku yang sudah cukup dan pekerjaanku yang sudah tetap dengan penghasilan yang lumayan. Beberapa kali mereka mencoba mencarikan calon istri buatku namun aku selalu menolak. Bukan karena kurang cantik atau kurang apapun, tapi aku memang tidak bisa menikah tanpa adanya perasaan.

Hingga suatu saat, ketika reuni akbar di sekolahku dulu aku bertemu dengan seorang wanita. Risna namanya, adik kelasku beda 2 angkatan. Aku dulu memang akrab dengan dia bahkan dekat sekali, tapi selam itu aku hanya menganggap tak lebih sebagai adik. Dari acara reuni itu kami saling tukar nomor telepon, kami pun lebih sering berhubungan. Sebenarnya dari dulu aku memgetahui kalau Risna memendam perasaan kepadaku, namun karena waktu itu aku hanya konsentrasi sekolah maka aku selalu mengabaikan hal-hal yang seperti itu.

Risna belum menikah bahkan dari pengakuannya dia belum pernah pacaran sama sekali. Mungkin terasa aneh ketika wanita umur 27 tahun belum pernah pacaran, tapi itulah dia. Setelah lulus SMA dulu dia tidak melanjutkan kuliah, tapi lebih memilih langsung bekerja untuk mengobati sakit bapaknya dan membiayai sekolah dua adiknya. Dua tahun yang lalu bapaknya meninggal karena sakit, dan sekarang adik-adiknya sudah pada lulus sekolah, mungkin sudah saatnya dia untuk mencari pasangan hidup namun sialnya justru aku lah yang menjadi sasarannya.

Awalnya aku menolaknya, karena dari dulu aku selalu menganggapnya adik namun akhirnya aku bersedia juga menikahinya. Rasa sayang ada namun tidak dengan cinta. Yah, memang sudah saatnya aku nikah dan daripada aku selalu jajan untuk memuaskan birahiku lebih baik aku nikah. Dua bulan setelah reuni kami melaksanakan pernikahan. Pernikahan yang ala kadarnya tanpa pesta yang mewah karena tanpa ada persiapan.
Setelah menikah aku tinggal di rumah orang tua Risna. Aku sebenarnya menginginkan tinggal berpisah namun Risna menolaknya. Kedua adik Risna sekarang sudah bekerja di Batam dan Jakarta makanya Risna tetap menginginkan tingal di situ untuk menemani ibunya.

Setelah tiga bulan menikah suatu hal yang aneh terjadi. Waktu itu hari sabtu, hari libur bagiku karena aku hanya kerja dari senin sampai jumat tetapi tidak dengan istriku Risna yang bekerja di pabrik garment. Pagi itu setelah istriku pergi aku hanya menghabiskan waktu luangku di kamar sambil mendengarkan musik dan tiduran.

“Libur yah A?” tanpa disadari mertuaku sudah ada di pintu kamar yang memang tidak tertutup. Risna anak pertama sehingga di keluarga dipanggil Teteh makanya aku juga ikutan dipanggil Aa.
“Oh, iya mah…” aku sedikit kaget.
“Tetehnya dah pergi?”
“Udah mah, barusan aja…”
“Owh.. mamah tadi abis senam ngerumpi dulu sih sama ibu-ibu jadi ga tau perginya… Aa hari ini ga kemana-mana?”
“Ngga mah, mang ada apa yah?” tanyaku
“Ah ngga, cuma mau ngobrol aja” tiba-tiba mertuaku masuk dan duduk di kasur di sebelahku. “Aa kapan atuh mau ngasih mamah cucu, mamah kan dah pengen ngegendong cucu nih” lanjutnya.
“Belum dikasih aja mah, kami juga sedang berusaha ko’”
“Mainnya kurang benar kali A”
“Main apanya sih mah” aku sudah tahu kalau mertuaku sudah menjurus ke seks, tapi aku pura-pura tidak tahu arah pembiacaraannya.
“Coba mamah lihat apa Aa mainnya dah benar apa belum” Aku terkaget tiba-tiba menrtuaku berdiri dan membuka bajunya sampai bugil. Mertuaku umurnya sekitar 50 tahunan , badannya sudah melar namun tak nampak lemak yang bergelambir. Meski melar tubuhnya terlihat masih pada kencang mungkin karena rajin senam. “Ayo donk A…”
“Ah ngga mah, ntar Risna gimana…” Meskipun penisku udah menegang melihat mertuaku telanjang aku coba untuk menolaknya, bagaimanapun aku sudah berjanji pada diriku sendiri tidak akan menghianati Risna.
“Udah… Teteh mah tenang aja ah A…” Melihatku hanya melongo mertuaku langsung membuka celanaku dan langsung mengulum penisku yang sudah tegang.
“Udah mah.. jangaaaaaann…” mulutku berucap tolakan, namun tidak dengan penisku, kuluman mertuaku begitu nikmat terasa, lebih nikmat daripada kuluman Risna istriku, mungkin karena lebih berpengalaman.

Aku pun terhanyut dalam kuluman ibu mertuaku, tak ada niat lagi tuk menolak atau berontak. Lidah ibu mertuaku lincah megenai titik sensitifku.

“Gantian yah A..” tanpa memberi kesempatan menjawab ibu mertuaku langsung naik dan menindih wajahku dengan selangkangannya. Vaginanya langsung menghujam wajahku, namun tidak seperti yang kubayangkan, ternyata vaginanya tidak terlalu bau, bahkan nyaris tak berbau hanya bau daun sirih yang kucium. Dibandingkan dengan ibu mertuaku ini vagina Risna istriku ternyata lebih bau, sekali pengalaman membedakan.
Lidahku pun bergoyang di vagina ibu mertuaku, saat klitorisnya kumainkan terdengar desahan nikmat.

“Hmmm… pintar juga nih Aa..” Ibu mertuaku turun dari atasku.. “Kalau punya Teteh suka dijilatin juga ga A..” lanjutnya.
“Ga pernah mau Risna nya mah..” Duh, kepikiran lagi istriku Risna.. maafkan Aa ya. Mungkin mamahmu ini udah edan. Udah dua tahun ga ngerasain makanya jadi haus banget, tapi ga bisa kupungkiri juga dia memang hot, aku lebih horny dengan mamah kamu dibanding kamu.. Ucapku dalam hati.
“Hok, sekarang masukin punya Aa ke mamah..” mertuaku langsung tidur mengangkang.
Kali ini aku tak berpikir panjang, kuhujamkan penisku yang sudah mengeras ke vagina ibu mertuaku. Perlahan-lahan ku kocok dan dengan berirama kocokanku kian cepat.
“Hmmm… dah bagus ritmenya A.. terussshhh A..”
Tak lama kemudian nampaknya ibu mertuaku mencapai orgasme, tubuhku dipeluk eratnya dan kukunya terasa mencengkram kulit punggungku.
“AAhhh… mamah keluar A…” ucapnya.
Untuk sesaat akupun berhenti
“Sekarang mamah yang di atas yah A” ucapnya lagi, aku pun hanya mengangguk mengiyakannya.
Aku terlentang, ibu mertuaku langsung menaikiku dan memasukan penisku ke vaginanya. Mertuaku hanya diam, tidak bergoyang, namun kurasakan vaginanya meremas-remas penisku. Sungguh nikmat.
“Gimana A, enak ga??” Tanya mertuaku.
“Iyaahh.. mah…”
“Teteh mah belum bisa nih kaya gini, harus senam khusus dulu…”

Mertuaku lalu bergoyang naik turun, tangannnya menuntun tanganku untuk meremas payudaranya yang sudah agak kendur. Sesekali putingnya yang kecoklatan aku mainin da pada saat itu juga desahan dari bibir mertuaku terlontar. Setelah beberapa lama goyangan erotis mertuaku akhirnya mencapai puncak orgasme yang kedua. Kurasakan selankangannya menjepit pinggulku dan dari dalam vaginanya mengejang, mengeras mencengkram kuat..

“Aaahhh… Aaahh.. mamah keluar lagi… Aa juga keluarin…”
“Eh, iyah mah…” jawabku sambil menikmati jepitan vaginanya.

Beberapa saat kemudian dengan posisi yang masih sama mertuaku kembali bergoyang. Kali ini goyangannya memutar. Kurasakan sensasi yang berbeda dari goyangannya. Penisku terasa dimanjakan dan terkena pada titik sensitifnya. Makin cepat goyangannya makin tak bisa aku tahan.

“Aku mau keluar mah…”
“Keluarin aja A…” jawab mertuaku.
“Dimana mah..??” aku ragu untuk menembakan sperma di dalam vagina mertuaku.
“Yah di dalam aja A…”
“Gapapa nih mah…”
“Gapapa A, biar nikmat…”

Kulepaskan cairan sperma yang dari tadi kutahan. Lima kali muncratan aku rasa spermaku menghujam vagina mertuaku. Setelah selesai muncratannya mertuaku langsung mengeluarkan penisku dari vaginanya dan turun dari atasku.

“Ternyata Aa udah hebat mainnya..” ucap mertuaku. “Ya udah mamah mandi dulu yah A”.

Mertuku langsung meninggalkan kamar dengan masih keadaan telanjang. Ditentengnya baju senam yang tadi berserakan di lantai. Aku tidak sempat membalas ucapan mertuaku karena aku masih sibuk mengatur nafas. Pikiranku melayang membayangkan apa yang telah terjadi. Kepuasan yang begitu hebat. Ingin aku menyusul mertuaku ke kamar mandi dan mengulangi yang telah kami lakukan. Tapi saat itu juga aku terbayang wajah Risna istriku. Tidak cukup kali ini, aku ku ga boleh mengulangi lagi. Ucapku dalam hati.

Setelah mertuaku selesai mandi aku segera mandi pula. Setelah selesai mandi aku langsung keluar menyalakan motor. Aku bilang ke mertuaku kalau aku mau servis motor sekalian jemput istriku. Padahal tidak ada rencana pada hari itu aku servis motor, namun aku tak bisa berduan dalam satu rumah dengan mertuaku yang edan itu. Bisa bisa nanti aku ditidurin lagi. Memang nikmat dan memuaskan tapi aku tak tega menghianati istriku.

Rupanya terlalu lama servis motornya sehingga aku terlambat menjemput istriku yang memang hanya setengah hari kerjanya. Setelah aku telepon istriku ternyata istriku sudah pulang duluan dan berada di rumah, saat itu juga aku putuskan kembali ke rumah.

Setiba di rumah kudapati isriku dan mertuaku sedang mengobrol di depan tv. Aku hanya menyapa mereka dan langsung menuju kamar. Aku sengaja tidak ikut mengobrol karena masih terbayang apa yang telah aku lakukan bersama mertuaku tadi. Aku tidak bisa membayangkan seandainya istriku tahu apa yang telah aku dan mertuaku lakukan. Tidak beberapa lama aku sampai kamar isriku langsung menyusulku ke kamar.

“Udah makan A..?” istriku menyapa.
“Belum, ntar aja ah Ris belum lapar…” nafsu makan ku seolah hilang
“Tadi sama mamah gimana A..?”
Dug. Pertanyaan itu terasa tajam. Apakah istriku sudah tahu? Apa yang akan dikatakan istriku nanti. Baru 3 bulan nikah aku sudah selingkuh, dengan ibunya dia sendiri lagi.
“Aa…?”
Aku merarik nafas dalam-dalam.
“Maafin Aa Ris… Aa ga bermaksud, tapi mamah yang” belum selesai kalimatku, istriku langsung memotongnya.
“Aa kenapa sih, kan risna yang menyuruh mamah..” ucapnya.
“Maksudnya??” Aku terkaget dan juga bingung dengan ucapannya.
“Iyah, mang Risna yang nyuruh mamah buat main ma Aa.”
Aku semakin bingung dengan ucapanya, apakah istriku mau ngetest kesetian aku. Kalau memang iya berarti sudah gagalah aku.
“Gimana Aa teh puas main ma mamah?”
“Emang maksud Risna tuh apa sih?” Nadaku agak meninggi.
“Aa marah yah?” Pertanyaannya semakin membuat aku bingung, kenapa harus aku yang marah seharusnya kan Risna yang marah karena aku telah berselingkuh dengan ibunya.
“Risna selama ini ngerasa belum bisa muasin Aa.” Lanjutnya. “Risna udah belajar ma mamah, semua yang mamah ajarin juga udah Risna praktekin tapi tetep aja Risna masih belum ngerasa Aa belum terpuaskan. Mamah juga katanya bingung mau ngajarin Risna apalalgi soalnya mamah sendiri belum tahu Aa sukanya kaya gimana, makanya Risna nyuruh mamah nyobain main ma Aa.”

Gila ! ! Ibu dan anak sama edannya. Aku selama ini memang suka kikuk kalau sedang bercinta dengan istriku Risna karena selama ini aku biasa bermain dengan wanita-wanita yang sudah berpengalaman. Tapi apa selama ini Risna ga sayang ma aku sehingga dia tidak cemburu sama sekali aku bercinta dengan orang lain.

“Sebenarnya Risna sayang ga sama Aa?” Aku bertanya penasaran.
“Ya sayang atuh A..” Jawabnya singkat.
“Tapi kamu kenapa ga cemburu Aa bercinta dengan orang lain.”
“Ai Aa orang lain siapa, itu kan mamah Risna sendiri, ngapain juga pake cemburu, kalau Aa mainnya sama orang lain baru Risna cemburu.”
“Mang tadi mamah bilang apa aja ma Risna?”
“Ya bilang yang Aa suka seperti apa, sukanya diapain… mau praktekin sekarang A?”
“Ayo” jawabku singkat.

Risna langsung membuka celanaku dan mengeluarkan penisku. Dihisapnya penisku secara perlahan, memang hisapanya berbeda dari biasanya namun masih tetap lebih nikmat ibunya. Setelah penisku cukup kerasa aku menyuruh istriku berhenti mengulumnya. Lalu aku menelanjangi istriku dan bersiap untuk merangsangnya. Kulumat mulut istriku, sambil kuremas-remas payudaranya. Payudara istriku memang tidak terlalu besar dibandingkan ibunya, mungkun hanya ukuran 34B tetapi masih kencang dan kenyal saat diremas. Lalu aku bukakan kakinya sehingga mengangkang dan hendak kujilati vaginanya. Namun ketika lidahku hendak menyentuh vaginanya istriku menolaknya.

“Jangan dijilatin yah A… linu, langsung masukin aja yah…”
“Yah.. Aa kan pengen ngerasain say..” jawabku kecewa.

Saat itu juga terdengar suara ketukan pintu kamarku..

“Teh… Teteh… Chargeran HP mamah yang dipinjam teteh dimana…?” tenyata mertuaku
“Nih di meja mah.. mamah ambil aja sendiri teteh lagi nangung nih, pintunya ga dikunci ko’” Jawab istriku.

Aku melirik pada istriku menandakan protes terhadap istriku yang malah menyuruh masuk pada ibunya saat aku dan istriku dalam keadaan telanjang.

“Gapapa atuh A.. kan mamah juga dah pernah liat Aa telanjang… iya kan mah..?” Jawab istriku sambil melirik mertuaku yang sudah masuk ke dalam kamar. “Oh iyah mah, gimana sih caranya biar kalau dijilatin ga linu?” lanjut istriku lagi.
“Ya tetehnya rileks atuh nyantai, jangan ditahan nikmati aja..” Jawab mertuaku lagi.
“Hok A,cobain lagi yah..” Pinta istriku padaku.
Duh, kacau nih dalam pikirku. Tiba-tiba mood ku hilang dengan masuknya mertuaku itu. Tapi yah tanggung, kasihan juga istriku kalau sampai tak jadi main. Lalu aku coba jilatin lagi vagina istriku, namun masih sama. Ketika lidahku menyentuh vagina, kaki istriku langsung merapat karena linu.
“Duh, teteh mah.. nih lihat mamah..” nampaknya mertuaku gemas dan langsung membuka celana dalam dan mengangkatkan dasternya. Mertaku lalu berbaring dan mengangkan kakinya. “Coba A punya mamah jilatin..” lanjutnya lagi.
Aku agak sedikit ragu, lalu kulirik istriku…
“Gapapa Ris??”
“Iyah gapapa atuh A, kan Risna juga pengen tahu” Jawab istriku.

Aku lalu berpindah ke vagina ibu mertuaku. Memang vagina mertuaku sudah berkerut dan bibir vaginanya sudah bergelambir coklat berbeda sekali dengan vagina istriku yang masih mulus kencang tidak bergelambir. Namun dari aromanya vagina mertuaku lebih nikmat dari vagina istriku yang berbau pekat. Aku mulai nenjilati bagian luar vagina mertuaku, bibir vagina yang bergelambirnya kuhisap-hisap. Mertuaku mulai mendesah sedangkan istriku memperhatikan secara seksama di samping ku.

“Nih teh, kaya gini… nyantai ajaaaahhh..” kata metuaku sambil mendesah.

Lalu aku jilati klitorisnya yang menyembul. Desahan mertuaku semakin menjadi. Saat itu juga istriku menarik tangan kiriku dan menempelkanya di vagianya untuk kumainin. Aku tak berhenti menjilati vagina mertuaku dan tanganku juga aktif di vaginaku. Sekarang istriku pun mulai mendesah.

“Dah ah A, tuh jilati punya teteh” kata mertuaku sambil beranjak mau pergi.
Aku pun menghentikan jilatan di vagina mertuaku.

“Mamah mau kemana, jangan pergi dulu atuh mah..” Istriku mencegah mertuaku pergi.
“Ya udah Teteh terusin aja.. Nanti mamah malah jadi pengen…” jawab mertuaku.
“Ajarin Teteh lagi atuh mah, kalau pengen mah ntar sekalian dimasukin sama Aa.. Mau kan A?” istriku melirik aku.
“Yah gimana Risna ma mamah nya aja..” Kataku.
“Ya sudah, tuh terusin dulu jilatin punya Tetehnya yah A..”
Aku pun bersiap kembali menjilati vagina istriku yang dari tadi sudah mengangkang.
“Pelan-pelan yah A..” kata istriku.

Perlahan mulai kujilati vagina istriku. Pertama-tama aku jilati bulu-bulu vaginanya, lalu bagian luar secara perlahan. Istriku mulai menikmati dan mengeluarkan desahannya. Kemudian kulanjutkan dengan bagian dalam vaginanya, perlahan-lahan klitorisnya kujilati. Saat klitorisnya kuhisap isrtiku seperti terhentak kaget sambil memegangi tangan ibu mertuaku yang sudah ada disampingnya.

“Linnuuuu Aa…. “ erang istriku. “Udah yah A…” pinta istriku.

Aku pun berhenti menjilati vagina istriku, lalu aku berganti ke payudara istriku. Kujilati puting kanan payudaranya, dan tanganku meremas payudara yang sebelah kirinya. Istriku sangat menikmati, desahannya semakin mengencang. Pada saat itu juga tiba-tiba penisku terasa hangat. Rupanya penisku sudah berada di mulut mertuaku yang masih menggunakan daster itu. Sungguh nikmat.

Melihat aku yang sedang menikmati kuluman mertuaku, istriku langsung bangun dan menyuruhku terlentang. Istriku memperhatikan secara detail kuluman mertuaku terhadap penisku. Melihat istriku yang memperhatikannya, mertuaku menyuruh istriku menggantikannya mengulam penisku. Kemudian dia membuka daster dan BH nya sehingga telanjang bulat. Didekatkannya putting payudara yang sudah agak mengendurnya ke mulutku. Tanpa bertanya lagi aku langsung mengshisap putting mertuaku itu.

“Masukin Ris.. masukin..” Aku sudah tidak tahan dengan kulumannya, kusuruh istriku untuk memasukan penisku ke vaginanya.

Istriku pun langsung menaikiku dan memasukan penisku ke vaginanya. Perlahan-lahan dia bergoyang, sedangkan mulutku masih menghisap putting mertuaku. Tanpa kusadari tangan mertuaku memegangi pinggul istriku, memberikan arahan dalam bergoyang.

“Nah gitu teh… enak kan…??” kata mertuaku sambil memberi arahan goyangan memutar pada istriku.
“Iyah mah… ahhh… Teteh mau keluar mah…. Aaaaaaaaaaaaaaaahhhhhhh…” seketika itu vagina istriku mencengkram, tubuhnya mengejang. Istriku sudah orgasme. Lalu istriku menghentikan goyangannya dan mengatur nafasnya.

“Gantian mamah yah…”
Istriku turun dari atasku sambil menarik mertuaku untuk menggantikan posisinya. Namun saat mertuaku hendak naik aku menolaknya. Aku tahu kalau mertuaku sudah bergoyang di atas aku pasti cepat keluar.

“Mamah di bawah dulu yah..”
Kataku sambil mendekap mertuaku dan meletakannya dalam posisi terlentang. Kumasukan penisku ke vagina mertuaku, kudekap erat sambil kuciumi mulutnya. Kugoyang terus sambil terus kuciumi mertuaku. Kuciumi lehernya dan kucupang sampai memerah.

“Aaahhhh… Aa terus A… iyah.. enak banget…” ucapan itu keluar dari mulut mertuaku.
Mendengar desahannya, semakin kupercepan kocokan penisku pada vagina nya. Dan beberapa saat kemudian tubuhnya mengejang, tangannya memeluku kencang, dan vaginanya mencengkram keras…

“Aa… mamah keluar… hah.. hah.. hah… hah… “ nafas mertuaku masih terputus-putus.

Sebenarnya saat tadi juga aku hendak keluar, namun kucoba tahan.

“Teh, sama teteh lagi nih..” kata metuaku.
“Ga ah mah, teteh masih linu… sama mamah aja yah… Gapapa kan A?” istriku bertanya padaku.

Aku juga sebenarnya lebih menikmati mertuaku dibanding istriku, mungkin karena lebih berpengalaman.

“Ya udah yah, tapi mamah yang di atas yah..” aku mengiyakan.

Kami pun bertukar posisi, sekarang mertuaku yang berada di atas. Pada saat penisku menancap di vaginanya mertuaku tidak langsung menggoyang. Tapi justru ini yang paling aku suka. Saat penis terasa dicengkram-cengkram oleh dinding vagina.

“Enaaaakk mah….” Gumamku.
“Ntar teteh ajarin yang itu yah mah…” kata istriku..
“Iyah.. ntar mamah ajarin..” kata mertuaku dengan senyum bangga.

Tak lama kemudian mertuaku mulai bergoyang. Payudaranya yang sudah menggelantung terlihat naik turun sesuai irama. Dan seperti yang sudah aku kira kalau aku tak kuat lama kalau mertuaku yang di atas…

“Nikmat mah.. mau keluar nih… “
“Keluarin ajah Aa.. “ jawab mertuaku.

Kugenggam tangan istriku yang berada di sampingku, dan tak lama kemudian kurasakan nikmat yang terkira. Air mani pun keluar dari penisku menghujam vagina mertuaku..

Crot.. crot.. crot.. crot..
“Arrrgghhhh……”

Setelah selesai aku keluar mertuaku langsung turun dan meninggalkan kamar dan masih juga dalam keadaan telanjang. Sekarang tinggallah aku dan istriku. Kubelai rambut istriku. Meskipun terasa gila tapi kurasakan aku semakin sayang istriku Risna.

“Riss…”
“Iyah A…”
“Ko’ bisa yah kamu berbagi seperti itu?” tanyaku yang masih heran.
“Risna sama mamah mah dari dulu juga memang dekat banget. Apa-apa suka berdua, pergi kemana-mana berdua, tidur berdua, bahkan mandi juga kadang suka berdua sama mamah. Makanya kalau Aa main sama mamah ya udah ga masalah buat Risna mah.” Jawabnya.
“Jadi Risna juga berbagi suami sama mamah?”
“Ya engga atuh A.. Aa tuh suaminya Risna, trus kalau mamah ya tetep aja mertuanya Aa. Ini kan cuma masalah seks aja A. Risna juga kasihan sama mamah, semenjak bapak sakit sampai meninggalnya mamah tuh ga pernah berhubungan badan gitu palingan cuma masturbasi sendiri. Terus kan nanti kalau Risna lagi mens atau sehabis ngelahirkan ga bisa main jadi kalau Aa mau tinggal main sama mamah, Risna kan ga mau Aa jajan atau nyari di luar.”

Jawaban istriku begitu datar seperti yang biasa, padahal bagiku ini hal yang aneh dan juga begitu gila. Tapi yah kalau boleh jujur aku ngerasa lebih puas dengan mertuaku yang lebih berpengalaman.

Setelah saat itu kami sering bermain bertiga, bahkan tak jarang kalau istriku sedang kerja aku bermain dengan mertuaku tapi dengan sepengetahuan istriku. Sekarang aku sudah 5 tahun menikan dan sudah dikarunia seorang anak. Sampai saat ini juga aku masih suka berhubungan badan dengan mertuaku, apalagi kalau istriku sedang datang bulan.


Tamat