Birahi Seorang Isteri Bagian 1
Panggil aku
Ayu. Sesungguhnya namaku yang benar adalah Kustinah. Sejak sekolah hingga
sekarang sesudah umur 28 tahun teman-teman gaulku selalu memanggilku Ayu karena
kecantikanku. Dan panggilan itu akhirnya keterusan hingga orang-orang rumaHPun
memanggilku demikian. Sebagai seorang perempuan, menurut omongan dari banyak
teman-temanku, aku termasuk cantik dan sensual. Dengan tinggi tubuhku yang 174
cm dan berat badan yang 57 kg serta wajah ayuku mereka bilang aku pantas kalau
jadi model atau bintang sinetron.
Dari ukuran normal, sebagai seorang istri aku telah mendapatkan segalanya.
Menjadi putri ke 3 dari keluarga yang cukup terpelajar, ayahku yang berasal
dari Jambi adalah seorang ahli hukum laut menikah dengan ibuku yang berasal
dari Jawa Timur adalah seorang dokter, aku mendapatkan kasih sayang yang cukup
melimpah.
Demikian pula, sebagai istri dari Mas Surya yang seorang insinyur arsitek, aku
mendapatkan apapun yang aku inginkan. Tetapi ini pula mungkin pangkalnya.
'Mendapatkan apapun yang aku inginkan' itu di kemudian hari ternyata menghadapi
banyak godaan yang tak mampu aku hindari dan kendalikan. 'Apapun yang
kuinginkan' ini berkembang dimensinya. Khususnya dalam masalah syahwatku.
Telah 8 tahun aku menikah dengan Mas Surya. Suamiku termasuk type pria idaman
bagi kebanyakan wanita. Insinyur, tampan, lembut, cerdas dan romantis. Walaupun
hingga kini belum memiliki anak, kami nggak pernah kesepian. Ada saja yang
membuat kami asyik mengarungi bahtera sebagai suami isteri ini. Setiap pulang
kerja ada saja oleh-oleh yang dia bawa untuk menyenangkan aku. Banyak kejutan
yang dia persiapkan untukku. Apa saja.
Dalam hal hubungan seksual, dia termasuk lelaki yang normal. Gairah, kelembutan
dan romantisme yang ada padanya selalu menghasilkan hubungan seksual yang tak
ada cacatnya.
Hingga terjadilah sebuah peristiwa yang sangat mempengaruhi tingkah-lakuku
dalam hal syahwat.
Bermula dari rumah temanku..
Sehabis program aerobik yang secara rutin aku lakukan bersama teman-teman dalam
klub, aku tidak langsung pulang. Yang punya rumah, Mbak Sari, namanya ngajak
aku ngobrol dulu. Kebetulan dia sedang sendirian. Suaminya belum pulang dari
kantornya, anaknya nginep di rumah neneknya dan Warsih pembantunya sedang
pulang kampung. Sesudah dia buatkan aku teh panas kesukaanku kami ngobrol di
ruang keluarga. Sesudah ngomong macam-macam topik, Sari ngajak aku nonton VCD
porno.
Walaupun aku sering dengar tentang VCD macam itu terus terang aku belum pernah
menontonnya. Dan aku kok nggak enak kalau menolak ajakan Sari ini. Yaa.., akhirnya
kami nonton sama-sama.
Ternyata dari VCD itu aku baru melihat apa-apa yang sebelumnya tak terbayangkan
olehku.
Wanita-wanita yang sangat cantik secara agresif digauli maupun menggauli lelaki
kasar, hitam atau coklat dan sebagainya. Wanita-wanita itu sepertinya begitu
bernafsu terhadap kemaluan lelaki. Dan yang aku nggak pernah terbayangkan
sebelumnya, ternyata lelaki-lelaki itu memiliki penis yang demikian gede, kuat,
panjang dan penuh otot. Penis itu begitu berkilat saat tegang karena birahi.
Saat 'close up' kulihat, bibir lubang kencingnya yang lebar dengan lubangnya
yang dipenuhi cairan syahwatnya yang jernih bening. Kameranya menangkap citra
kemaluan itu begitu tajam dan detail seperti penyajian citra makanan yang
demikian lezatnya. Kilatan kepalanya yang mengkilat seakan hendak meletus pada
saat tegang bernafsu. Aku jadi ingat kemaluan suamiku yang mungkin hanya
seperempat besarnya dibanding kemaluan-kemaluan bintang VCD itu. Dan pada saat
penis itu menembusi vagina, betapa sesaknya. Sampai nampak bibir vaginanya,
yang pasti sangat mencengkeram, ikut terbawa keluar masuk ketika penis itu
memompa. Aku jadi merinding melihatnya.
Dan lihat wanita-wanita cantik itu.. Dari desahan-desahan dan jeritan erotisnya
nampak mereka diterkam oleh kenikmatan yang tak terhingga. Dan kenikmatan itu
lebih lagi saat muncratnya air mani si lelaki yang ditumpahkan ke bibir-bibir
cantik mereka. Terkadang berceceran di seputar wajahnya, kacamatanya, buah
dadanya. Dan.. oohh.. si cantik-cantik itu menelan sperma-sperma lelaki kasar
itu. Bahkan mereka juga menjilati yang tercecer pada bagian-bagian tubuhnya.
Ah.. aku nggak tahan melihatnya.
Aku malu sama Mbak Sari kalau sampai dia melihati wajahku. Aku cepat-cepat
pamit dengan alasan rumah kosong. Dan sepanjang jalan pulang aku masih
berpikir.. benarkah ada kemaluan sebesar itu. Dan perempuan-perempuan tadi..
cantik-cantik dengan mulutnya yang terus menjilati penis-penis lelaki
kasar-kasar itu. Aku ingat betapa si lelaki menyeringai kenikmatan saat
spermanya muncrat-muncrat.. dan iihh.. si wanita dengan rakusnya minum, menelan
dan menjilati yang tercecer. Ahh.. Gedenya kemaluan ituu.. Aahh.. tidak!
Jangan! Aku berusaha melupa-lupakan apa yang barusan kutonton. Aku tak mau
mengingatnya lagi. Tetapi..
Sejak itu, setiap kali aku melihat lelaki, apalagi lelaki yang kasar-kasar
macam tukang becak atau kuli, tak terelakkan, aku selalu membayangkan dan
bertanya dalam hatiku, apa kemaluan mereka juga gede sebagaimana yang aku lihat
di VCD itu!? Dan yang membuat lebih repot lagi, saat Mas Surya menggauli aku
selalu datang bayangan kemaluan-kemaluan gede itu. Bahkan akhir-akhir ini aku
seakan merasakan hambar saat-saat kemaluan Mas Surya memasuki vaginaku. Rasa
kegatalan pada dinding-dinding vaginaku tak juga mau bangkit. Untungnya aku
bisa berpura-pura bergairah dan meraih orgasme, hingga Mas Surya tak merasakan
ketidak beresanku.
Tetapi aku rasa hal ini tak mungkin berjalan selamanya. Dorongan syahwatku
sendiri menuntut agar aku meraih orgasme. Kepalaku akan pusing dan kerjaku tidak
bisa konsentrasi setiap gagal orgasme saat bersetubuh bersama Mas Surya. Lama
kelamaan hal ini benar-benar menjadi derita bagi aku. Beberapa hari terakhir
ini Mas Surya menegorku, kenapa aku nampak kurang segar. Dia perhatikan raut
kegembiraan di wajahku nampak jarang terlihat. Dia bertanya apakah aku punya
masalah. Dia bahkan beri saran, kalau ada masalah ngomong, dia mungkin bisa
membantu. Jangan simpan masalah itu berlarut-larut. Hal itu akan mempengaruhi
kesehatanku.
Ah, kasihan Mas Surya. Dia nggak tahu apa yang sedang aku dambakan. Tetapi
kata-katanya yang 'jangan simpan masalah hingga berlarut-larut' itu telah
merangsang timbulnya gagasanku. Tapi entahlah.. Aku kacau dan oleng.
Setiap bulan aku belanja cukup banyak untuk keperluan rumah tangga. Aku belanja
di toko agen tidak jauh dari rumah. Dengan blus katun tipis yang adem dan
celana jeans ketat kesukaanku aku keluar rumah. Aku senang melihat para lelaki
dan juga wanita kagum dan menikmati sensual tubuhku berkat busanaku ini. Saat
pergi tanpa bawaan barang aku naik angkot, nanti pulangnya dengan berbagai
macam barang belanjaan yang cukup berat aku biasa naik becak. Toko agen itu
cukup mengenalku. Mereka melayani aku dengan ramah. Aku juga lihat bagaimana
taoke menikmati sensual penampilan tubuhku. Siapa tahu dia sambil mengelusi
kemaluannya dari meja kasirnya. Ah.. kenapa pikiranku mudah jorok macam ini
sejak menonton VCD di tempat Mbak Sari itu.
Sesudah selesai belanja seperti biasanya anak buah taoke pemilik toko membantu
aku memanggil tukang becak dan menaikkan barang-barangku ke becak. Saat aku mau
naik sepintas aku ngomong sama abang becaknya kemana tujuanku. Pada saat itulah
tiba-tiba aku merasa bergidik merinding. Melihat sosok tubuh yang kekar dan
kecoklatan serta bertatapan muka dengan si abang becaknya aku kembali ingat
tayangan VCD itu. Wajahnya sangat seksi dengan bibirnya yang tebal itu rasanya
siap melahap aku. Matanya nampak liar seakan hendak memandang telanjangnya
tubuhku. Aku sepertinya kena sihir, bengong, hingga dia yang menegor,
"Kemana, buu..?!"
Masih dalam bengong aku naik ke becak,
"Kemana, buu..?!," sekali lagi kudengar pertanyaannya.
"Ah, iyaa.. ke kompleks bang..," jawabanku terasa tanpa berpikir.
Sepanjang jalan itu aku terus melamun.. Adakah kemaluan si abang becak yang sedang
kutumpangi ini juga gede? Duhh.., kenapa pikiranku terus tertuju kepada si
abang ini? Sebagaimana biasa, begitu sampai di rumah, karena barang-barangnya
cukup banyak dan berat, si abang becaknya membantu untuk menurunkan dan
memasukkan barang-barang belanjaanku tersebut ke dalam rumah.
Aku tak bisa mengelak dari keinginanku untuk mengamati sosok si abang becak.
Kulihat tubuhnya yang hanya memakai kaos singlet dan celana pendek yang
setengah dekil, mengkilat karena keringatnya. Nampak gumpalan daging dan
otot-ototnya yang kecoklatan pada lengan-lengan dan paha serta betisnya.
Wajahnya nampak kasar oleh tempaan kehidupannya. Walaupun wajah itu tidak
tampan, dengan bibirnya yang agak tebal, dia nampak sangat seksi. Lelaki macam
inilah yang sering aku bayangkan memiliki kemaluan yang gede. Benarkah?
Dengan sigap dia mengangkat dan memanggul barang-barangku ke dalam rumah. Saat
itulah dorongan syahwatku kembali menyergap aku. Alangkah seksinya tubuh si
abang ini. Timbul keinginan untuk menahannya lebih lama. Aku bilang, tunggu
sebentar bang, sambil aku berpura-mencari dompet yang sengaja tak kutemukan.
Aku berpura-pura bingung seperti orang lupa. Sementara menungu kupersilahkan
dia duduk di kursi makan dekat dapur. Aku sendiri masuk ke kamar untuk meneruskan
pencarian dompetku. Sesaat kudengar dia ngomong,
"Bu, boleh pinjam toiletnya, saya pengin buang air kecil?"
Ah, kebeneran, kata dalam hatiku,
"Silahkan, bang," aku menyahut dari kamar.
Kemudian aku keluar sementara si abang becak kencing di toilet. Kuperhatikan
pintu kamar mandiku. Aku agak blingsatan. Darah syahwatku mengalir deras. Aku
pengin banget ngintip saat dia kencing. Ini merupakan kesempatan yang langka
dan paling kutunggu. Dan pada saat seperti sangat mungkin. Pintu kamar mandiku
yang terbuat dari papan memberikan celah-celah kecil sepanjang sambungannya.
Tak mampu untuk menahan diri aku berjingkat mengendap-endap untuk mengintip.
Jantungku berdegup keras. Cukup edan bagiku yang istri insinyur untuk bisa
berbuat macam ini. Tetapi..
Darahku langsung syuurr.. saat bisa mengintipnya. Nampak si abang sedang
memegangi kemaluannya. Loh, ngapain dia..? Kulihat kemaluannya tegang dengan
tangannya yang menguruti sambil wajahnya sesekali menyeringai menatap ke
langit-langit. Aku menjadi lebih penasaran lagi. Inikah yang disebut onani.
Jadi si abang becak ini sedang onani di kamar mandiku? Darahku langsung
tersirap naik ke permukaan wajahku. Kudengar pukulan jantung pada dadaku. Aku
sepertinya disergap kobaran birahi. Buah dadaku terasa mengeras dan didesak-desak
rasa gatal.
Secara otomatis tanganku menjamah dan meremas-remas buah dadaku kemudian
memelintir puting susunya. Kuraih kenikmatan tak terhingga. Pandangan ke
kemaluan si abang yang sedang ngaceng onani dan remasan buah dadaku membuahkan
nikmat syahwat yang tak terhingga. Nafasku memburu.
Kudengar si abang mendesah pelan, pasti karena khawatir aku mendengarnya. Aku
baru tahu sekarang, inilah cara lelaki melakukan onani. Aku kembali bertanya,
kenapa dia lakukan disini? Di rumahku, saat dia melakukan tugasnya selaku
penarik becak? Haa.. mungkinkah birahinya timbul karena dia menyaksikan
tampilan seksualku. Bukankah dia cukup kesempatan selama mengantar
barang-barang dan menunggu aku mencari dompet untuk mengamati aku. Sangat
mungkin.
Kocokkan tangannya yang membuat otot kemaluannya semakin mengencang. Dan
lihat.. Duuhh.. sungguh perkasa. Aku taksir kira-kira panjangnya 2 kali
genggaman tangannya. Itu nampak saat dia menarik ke belakang dan melepas ke
depan genggamannya. Dan bulatan batangnya, sepertinya dia sedang menggenggam
pisang tanduk. Aku sangat terpesona. Aku tak mau mengedipkan mataku. Aku sedang
benar-benar meyaksikan sensasi. Kulihat kembali wajahnya yang menyeringai
menahan nikmat tengadah ke langit-langit kamar mandiku. Sementara tangannya yang
terus mengocok ritmis dengan tempo yang semakin cepat.
Dan kusaksikan
kini detik-detik seorang pria meregang karena orgasmenya. Dengan sedikt
teriakkan kecil, dia meregangkan tubuhnya hingga seperti busur yang melengkung
ke belakang. Sementara penisnya yang begitu tegak dan tegar lurus ke arah depan
menampakkan kepalanya yang bulat licin berkilatan karena menahan tekanan darah
dari dalam. Dan aku sedikit tersentak kaget saat tiba-tiba kusaksikan puncratan
pertamanya. Spermanya muncrat seperti peluru yang di tembakkan kearah dinding
kamar mandiku. penis itu mengangguk setiap memuncratkan cairan kental dan
pekatnya. Kusaksikan ada sekitar 7 kali penis itu mengangguk dan memuncratkan
spermanya. Ternyata begitu banyak kandungan sperma abang ini.
Sesudahnya nampak si abang dengan lunglai bersandar kedinding untuk istirahat
sejenak. Mungkin energinya tersedot habis. Aku bergegas bangkit dan kembali ke
kamarku sebelum dia memergoki aku.
Saat aku keluar dia masih juga di kamar mandi. Kesempatanku untuk membuatkan
dia teh panas manis. Sikapku wajar-wajar saja saat dia muncul dari pintu kamar
mandiku.
"Ayo, Bang, minum dulu..," kutawarkan minumannya dan kuberikan upah
becaknya. Kuperhatikan sepintas, dia sepertinya seseorang yang telah berlega
karena telah melepas bebannya. Dan aku juga berpikir pasti dia melakukan onani
sambil membayangkan nikmatnya menyetubuhi aku. Aku kembali terbakar syahwatku.
Berhari-hari berikutnya peristiwa itu selalu lekat dalam pikiran dan hatiku.
Sering timbul rasa sesalku, kenapa tak kutahan saja dia untuk kemudian kuajak
ke ranjangku. Aku membayangkan bagaimana buasnya dia melahap diriku. Aku sangat
mendambakan bagaimana rasanya saat penisnya menembus kemaluanku. Tentu G-spotku
akan menjemputnya dengan penuh kegatalan yang amat sangat. Tentu aku akan
meraih orgasme beruntun dari si abang ini. Yang aku sesalkan juga, aku tidak
menanyakan namanya. Aku pastikan pada setiap kali belanja aku akan mencari dia
untuk membantuku nanti.
Sebenarnya sih, saat ini belum tanggalnya aku belanja. Baru seminggu yang lalu
aku ke toko agen. Tetapi ah.. mungkin aku sudah nggak bener lagi nih. Aku
pengin banget ketemu itu si abang becak itu. Aku bener-bener kesengsem dengan
kemaluannya. Aku nggak lagi berpikir pantas atau tidaknya orang ayu macam aku,
terpelajar dengan suaminya yang insinyur kok merindukan tukang becak. Apakah
syahwat itu memang demikian hebat kekuatannya hingga bisa merubah cara
pandangku mengenai kenikmatan syahwat. Aku sudah ditelan sikap masa bodoh. Aku
tak merasa wajib untuk lagi menempatkan yang namanya martabat atau harga diri
dalam kaitan syahwat ini. Lihat saja tontonan VCD itu. Bukankah mereka
cantiknya luar biasa. Dan juga nampak terpelajar dan bermartabat.
Mereka melakukan kesenangan seksualnya di tempat-tempat yang amat mewah, di
atas mobil mewah, di dalam apartemen yang mewah, bahkan di atas kapal-kapal
pribadi yang mewah juga. Dan lihat pasangan prianya, disamping yang juga nampak
terpelajar ada juga yang bertampang pekerja kasar. Bukankah
"contrastistic' itu juga menjadi salah satu konsep mengenai indah atau
keindahan. Terus terang aku memang mencoba mencari pembenaran atas sikap dan
tingkah lakuku ini.